Taruhan [END]

By vialivi_wdh

70.1K 5K 2.3K

Menjadi Taruhan antara beberapa Gengster untuk balas dendam itu sangat menakutkan. Tapi, tidak ada yang menya... More

Prolog
Segment 1. A news
Segment 2. Black Jacket
Segment 3. Beautiful Girl
Segment 4. Kantin
Segment 5. New Game
Segment 6. Polos
Kenapa Hari Kamis...?
Segment 7. Tamu Kurang Ajar
Segment 8. Pulang Bareng
Segment 9. Noda Tanggung Jawab
Segment 10. Rooftop
Segment 11. Penasaran
Segment 12. Mini market
13. Bersalah
14. Ketemu Mantan
15. Jadian
16. Minta Jatah
17. Buku Badboy
19. Perfect
20. Pesta Dansa
21. Kolam Rahasia
22. Cemburu
23. Salah Paham
24. Merantas
25. Skors
26. Gangster
27. Ancaman Sepupu
28. Muka topeng
29. Bully
30. Something
31. Taruhan
32. Gadis Taruhan
33. Feeling
34. Gadis Penakut
35. Terahasiakan
36. Trauma
37. Tak Disangka (Bertemu)
38. Aldi (Brengsek)
39. Ucap Terima Kasih
40. Utusan Tuhan (Mengaku)
41. Bolos
42. Bukit
43. Mantan berulah (Aldi)
44. Perjanjian
45. Pacar Ajaib
46. Persaingan
47. Penentuan (OM)
48. Papi Pulang
49. Balas Dendam
50. Menjauh (Kata Papi)
51. Sebelum Terlambat
52. Dikurung
53. Kejadian dibingkai jendela
54. Balapan
55. Pada Akhirnya
56. Menempati Janji
57. Sudah Berakhir
58. Ortu Raden
59. Mama
Epilog
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3
Extra Part 4

18. Raden Carmuk

1.1K 92 27
By vialivi_wdh

"Kenapa harus bertanya jika jawaban yang dikeluarkan tidak digunakan, itu sangat merepotkan."

>Luvia<

***

Luvia terbangun dari tidur siang, di lihat ponsel yang berada di meja belajar, Luvia males untuk mengangkatnya.

Ponsel itu berhenti berdering karena panggilan tidak di jawab. Luvia melirik jam masih pukul 3 sore, masih banyak waktu untuk dia meneruskan tidur kembali sebelum pergi ke pesta.

Belum sempat dia memejamkan mata untuk menyusul ke alam mimpi bertemu pangeran tampan di kerajaan dongeng, terdengar kembali dering ponsel.

"Ih! Siapa sih yang telfon?" Kesal Luvia.

Luvia melangkahkan kaki ke meja belajar untuk mengangat panggilan dari Amel, karena hanya Amel yang ribet kalau hendak pergi.

Pasalnya malam ini adalah acara pesta perayaan ulang tahun Tasya. Amel memanggilnya ingin menayakan pendapat baju, riasan atau semacamnya dan Luvia tidak mau mengomentari penampilan Amel untuk saat ini karena dia sangat kesal tidur siangnya terganggu hanya mengutarakan satu atau dua pendapat dan itu mungkin tidak dilaksanakan oleh Amel. Menyebalkan.

Kenapa harus bertanya jika jawaban yang dikeluarkan tidak digunakan, itu sangat merepotkan.

"Ada apa, Amel?! Ganggu orang lagi tidur taju gak?!" Omel Luvia menggeser tombol hijau di layar ponsel.

"Kebo!"

Jawab datar dari dalam ponsel dengan suara berat khas suara cowok.

Suara Cowok? Luvia melihat ke layar ponsel. Pikirnya panggilan dari Amel ternyata dia salah, tulisan 'RadenBangsul' tertera jelas di depan layar.

"Gue pacar lo, Luvia sayang!"

"Ada apa?"

"Huh!"

Terdengar hembusan nafas.

Luvia bingung dengan kelakuan Raden, baru kali ini dia menghubungi setelah satu bulan pacaran.

"Ini jam berapa?"


"Jam 3."

"Terus?"

"Tidur lagi."

"Sudah bego, kebo lagi! Kek gini pacar gue?"

"Putusin aja, gue juga gak mau jadi pacar lo."

"Buruan siap-siap-"


"Luvia sayang! Ada teman kamu dibawah turun gih temui dia!" Teriak Hera.

Luvia mengalihkan fokus ke Hera dan menyiritkan dahi bingung, siapa yang datang?

"Iya Mam-"

"Silahkan diminum dulu teh dan kuenya!"

Kata Luvia tertahan dengan suara didalam pensel yang tersambung palinggilan Raden. Cowok itu bertamu?

"Makasih Bik. Jadi merepotkan."

"Hahhaha! Tidak apa."

Luvia tidak asing siapa pemilik suara tersebut dia adalah Bok Jum, pembantu dirumahnya. Jadi, Raden?

"Cepat turun! Gue ada dibawah dengan nyokap lo."

"Lo!"

Tut... tut... tut....

Raden menutup panggilanya sepihak. Dia menemui Mami untuk apa? Luvia segera turun untuk menghentikan Raden jika dia ingin macam-macam dengan Hera.

Ditengah tangga, kakinya berhenti melihat Raden bicara dengan Hera. Dia lihat Hera senang kedatangan Raden ke rumah.

"Tante, ngomong-ngomong mana Luvia? Dari tadi belum turun juga." Tanya Raden sopan.

Hera menghentikan gelak tawanya akibat lelucon dari Raden, "Iya juga. Kebiasaan pasti tidur lagi."

Dia berdiri untuk menghampiri anaknya saat Hera berbalik mendapati Luvia yang hanya berdiri ditangga.

Hera berdecik, "Via! Kenapa berdiri disitu? Tidak sopan."

"I-iya Mi. Via turun." Luvia menuruni tangga.

Raden menatap Luvia menunduk saat menuruni tangga dengan senyum miring.

"Ngapain lo kesini?" Kata Luvia sinis saat sudah sampai.

Hera memegang pundak Luvia, "Via."

Raden ikutan berdiri mengimbangi dua perempuan, "Sudah biasa Tante, saya diperlakukan kasar oleh Luvia."

Apa? Jangan bilang kalau Raden sedang mengadu pada Hera. Luvia semakin kesal dengan itu.

"Katanya kalian mau jalan? Kenapa kamu belum siap-siap?" Tanya Hera membuat Luvia menyiritkan dahi bingung.

Hera menatap Raden, "Memangnya kalian mau kemana?"

"Itu Tante, teman kita ada yang ulang tahun jadi kita diundang untuk merayakannya. Tante mengijinkannya?" Ijin Raden sopan dengan senyuman.

Kenapa Raden sangat sopan saat berbicara dengan Hera? Dia juga mengijinkannya? Jangan bipang kalau Raden ingin meluluhkan Hera

"Tante ijinkan kalian pergi. Tapi, pulangnya jangan malam-malam, Oke? Dan Tante ingin kamu menjaga Luvia dengan baik. Kamu paham apa maksud Tante 'kan, Raden?" Hera memberi ijin.

Tidak. Tidak. Tidak mau bersama Raden ke pesta dia takut kalau akan terjadi sesuatu padanya seperti ancaman waktu itu.

Raden mengangguk untuk menyetujui permintaan Hera, dia akan menjaga Luvia tapi itu tidak gratis harus ada imbalannya

"Kamu masih disini? Buruan siap-siap! Mami juga mau siap-siap. Sana!" Usir Hera.

"Mami mau pergi? Kemana?" Tanya Luvia heran.

Hera membalikkan tubuhnya menatap Luvia, "Mami mau ke rumah Tante kamu. Kakak kamu sore ini pulang. Mami ingin menyambutnya, Vino juga ada disana pagi tadi, kemungkinan Mami menginap disana bersama Vino."

Kakak sepupunya pulang, dia senang mendengarnya dan ingin menyambut kepulangan yang sudah dua kali lebaran tidak pulang. Luvia sangat rindu.

"Via mau ikut!" Rengek Luvia.

Hera mengelah nafas tenang, "Kamu sudah ada janji dengan Raden. Jangan sekali-kali kamu mengingkari janji itu, tidak baik. Nanti Mami sampaikan salam kamu padanya."

Dia tahu putrinya itu sedih tidak bisa ikut dengannya, "Sudah jangan sedih. Nikmati acaranya dengan teman temanmu, bersenang senanglah malam ini. Buruan siap siap kasian Raden menunggu."

"Iya Mi, Via ke kamar." Kata Luvia sedih sangat berat melangkahkan kaki pergi kekamar.

Ini semua gara-gara cowok itu, cowok brengsek yang merayu Maminya. Awas saja nanti dia akan membalasnya.

Tidak lama setelah Luvia pergi, Hera datang dengan dua koper. Dia kewelahan untuk membawanya, Raden menghampiri Hera untuk membatu membawakan dua koper itu sekaligus.

"Kamu laki-laki yang baik. Makasih sudah membantu Tante." Puji Hera.

Raden tertawa malu, "Iya Tante sama-sama."

"Luvia belum turun juga?" Raden menggeleng sebagai jawaban.

"Pasti lama bersiapnya, apalagi pergi dengan cowok tampan dan sebaik kamu, pasti lebih lama lagi." Goda Hera membuat Raden tertawa.

"Tante bisa saja." Raden masih terus tertawa malu.

Sesampainya dimobil dan barangnya sudah masuk kebagasi, tinggal Hera yang masuk ke mobil.

"Tante percayakan kamu untuk menjaga Luvia, jangan sampai hal itu terulang lagi, kamu sudah tahu semua yang dulu pernah dia alami. Tante harap kamu bisa mengerti itu, Raden." Pinta Hera sebelum pergi.

"Tante jangan kawatir. Luvia aman bersamaku." Jawab Raden membuat Hera lega.

"Baiklah! Tante berangkat! Tante titip Luvia, kalau ada apa-apa langsung hubungin Tante! Sampaikan salamku padanya nanti kalau sudah turun." Kata Hera memasuki mobil dengan Raden yang membukakan pintunya.

"Iya, nanti akan saya sampaikan. Hati-hati dijalan!" Pesan Raden sebelum mobil itu keluar dari pekarangan rumah.

dia kembali masuk dan terkejut sudah ada Luvia disana.


Gadis itu memakai celana kotak kotak, sepatu putih dan rambut yang di kepang berantakan ke samping, sangat cocok ditubuhnya. Tapi, tidak sesuai dengan acara pasta.

Hanya itu yang Luvia kenakan, begitu simpel karena dia orangnya tidak suka ribet serta dia tidak terlalu menyukai make up.

Kalau ada yang simpel kenapa harus cari yang ribet.

"Lo mau ke pesta apa mau ke minimarket?" Raden mengomentari penampilan Luvia.

"Kenapa?"

Rasanya dia memakai baju yang tidak berlebihan.

"Lo cewek bukan sih?" Heran Raden karena penampilan Luvia yang terbilang seperti cowok.

Jelaslah seharusnya cewek pergi ke pesta itu memakai dress namun tidak dengan cewek yang satu ini dia mengenakan celana, astaga.

"Lah, 'kan yang penting sopan." Jawab polos Luvia seperti biasa.

Raden menepuk jidat. Konyol.

***

Raden melajukan mobil ke jalanan ibu kota yang padat, tujuan Raden bukan ke pesta, melainkan ke suatu tempat yang sudah lama sekali dia tidak kunjuni.

Cowok itu menyalakan lampu sen ke kanan sebelum dia membelokkan stir ke kanan. Luvia menyiritkan dahi, tidak mengerti apa yang cowok disamping ini pikirkan.

"Kenapa kita ke salon?" Tanya Luvia membaca tulisan berlampu di atas bangunan.

Cowok itu membawa Luvia ke salon sebelum ke pesta Tasya.

"Kita mau apa ke sini?" Tanya Luvia kembali yang lawannya masih tidak mau merspon malah membuka pintu dan keluar.

Luvia juga membuka pintu mobil Raden dan mengikuti Raden memasuki salon.

Raden menuju meja Resepsionis, Luvia mengikuti Raden dari belakang.

Cowok didepannya ini mulai berbincang bincang dengan pegawai andalan di salon tersebut, dan tangan pegawai itu memegang tangan Luvia.

"Mari ikut saya." Ajak ramah pegawai itu.

Luvia menoleh ke arah Raden dan hanya di balas anggukan kecil.

Raden menunggu di ruang tunggu. Dia teringat ulasan kecil bersama Mamanya dulu. Raden kecil sekitar umur 5 tahun di ajak Devi, Mamanya ke tempat ini untuk mencukur rambutnya.

Dulu Raden kecil memiliki rambut panjang di bagian belakang, tidak terlalu panjang sekitar 10 cm.

Mengingat umurnya sudah 5 tahun dan mulai memasuki jenjang taman kanak-kanak, Raden terpaksa mencukur habis rambut dibagian belakang.

Raden melihat ke arah tempat memotongan rambut, disana ada kursi panjang yang berwarna hitam lengkap dengan alat memotong rambut, ada bayangan Raden kecil disana yang tidak mau memotong rambut, dia menangis, memberontak dan lari kesana kemari agar pegawai dan Mamanya tidak bisa menangkap.
.
.
.
"Tidak Mama. Laden tidak mau potong lambut!!" Ucap cedal Raden kecil tidak mau potong rambut.

"Gak boleh gitu sayang, harus di potong rambutnya 'kan Raden mau masuk TK!" Jawab Devi kewelahan menangani putranya yang bandel itu.

Raden kecil melihat Devi, "Pokoknya Laden gak mau!"

Raden kecil berlari menuju keluar keluar salon.

Hubb!

Sebuah lengan kekar mengangat bocah cilik yang tidak kenal lelah itu, "Papa!"

Raden kecil terkejut. laki laki yang disebut Papa membopong tubuhnya menuju sang Mama.

"Gak Papa! Laden gak mau potong lambut!" Kata Raden kecil menggeleng tidak mau.

Burhan tersenyum, menatap bola mata bulat itu dengan lekat ,"Sekarang Papa tanya, Raden sudah besar atau masih kecil?"

"Laden udah besar mau sekolah yang tinggi dan bekelja kaya Papa dan kakek." Jawab polos bocah lima tahun itu.

"Kalau gitu rambutnya harus dipotong, tadi Raden mau sekolah yang tinggi dan biar gak dihukum sama guru galak, Raden harus mau dipotong rambutnya."

"Kalau gak di potong Papa sama Mama sedih. Raden mau lihat kita sedih? Kasian Mama dari tadi mengerjar kamu sampai kewelahan kaya gitu." Ucap Burhan mengelus kepala Raden kecil lembut.

"Dipotong ya nak?" Lanjutnya pelan penuh kasih sayang.

Dengan bibir manyun, Raden kecil akhirnya mau memotong rambutnya. Devi melihat manyun Raden sangat lucu dan imut, ingin rasanya dia mencubit pipi gembul itu dan membawanya pulang.
.
.
.

Raden tersenyum mengingat kenangan yang dia alami besama keluarga kecilnya dulu, begitu harmonis serta bahagia sebelum sebuah insiden telah menghancurkan semuanya.

Insiden yang penuh dengan teka-teki serta banyak misteri harus di pecahkan seorang diri.

Taruhan

.
.
Tbc...

Masa kecil Raden sangat harmonis ternyata...
Terus kenapa sekarang menjadi seperti ini...?

See you...

.
.
Luvia ke perta pake celana...

.
.
Raden yang sedang menunggu...

.
.
Kondisi salon..

.
.
Vialivi Wdh • Taruhan 18

Continue Reading

You'll Also Like

453K 14.4K 48
Judul awal : Culun Boy and Ice Girl DON'T COPY MY STORY!!!! PLAGIAT JAUH JAUH!!!! DAVIN FERNATHAN SMITH Cowok tampan yang memiliki cerita masa lalu y...
409K 19.3K 56
[17+] "Ketika kamu hadir menjadi pewarna hidupku dan juga sumber lukaku." Blurb : KEZIALITA AULIA Gadis cantik dengan segala kelebihan dan kekurangan...
VELLA By vxzscaa

Teen Fiction

7.9M 417K 55
"Dasar cowo gila!seenak jidat ngeklaim gua!" -Vella Rachellia Smith. "lo gak akan pernah bisa lepas dari gue setelah apa yang lo lakuin pertama kali...
35.7K 4K 17
Kalok luu suka, vote nya jangan sampe ketinggalan. Neken bintang gak bakal mutusin urat nadi luu! ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ Haechan tak secerah ketika b...