Mora & Megan 2

By dewisavtr

331K 9.9K 6K

Mora dan Megan terpaksa harus menjalani Long Distance Relationship saat Mora harus menempuh S2 di Kota Jakart... More

Cast
Mora & Megan 2 "Rewrite"
Prolog
Chapter 1 - Jakarta
Chapter 2 - Namanya Alivio
Chapter 3 - Hari Pertama
Chapter 4 - Soal Renatha
Chapter 5 - Jakarta Malam Ini
Chapter 6 - Kembali Lagi
Chapter 7 - Awal yang buruk
Chapter 8 - Salah Paham
Chapter 9 - Terlalu Kecewa
Chapter 10 - Terpaksa
Chapter 11 - Bicara pada Mora
Chapter 12 - Cukup sampai disini?
Chapter 13 - Akhir Cerita Cinta
Chapter 15 - Tak Ada Pilihan Lain
Chapter 16 - Tak Mampu Pergi
Chapter 17 - Persiapan Pernikahan
Chapter 18 - Aku Sungguh Cinta Kamu
Chapter 19 - Bahagia Bersama yang Lain
Chapter 20 - Ada aku yang sayang padamu
Chapter 21 - Sahabat Terbaik
Chapter 22 - Kesempatan
Chapter 23 - Bandung Kota Sejuta Kenangan
Chapter 24 - Ulang Tahun Megan
Chapter 25 - Kamu tidak akan mengerti
Chapter 26 - Menjagamu
Chapter 27 - Menyatakan Perasaan
Chapter 28 - Jawaban
Chapter 29 - Reuni (1)
Chapter 30 - Reuni (2)
Chapter 31 - I Can't Without You
Chapter 32 - Gara-gara Mora?
Chapter 33 - Berjuang
Chapter 34 - Pilihan
Chapter 35 - Seseorang yang mengerti dirimu
Chapter 36 - Tidak pernah bisa cinta lagi
Chapter 37 - Bimbang
Chapter 38 - Pulang
Chapter 39 - Perasaan Buruk
Chapter 40 - Pertemuan Terakhir?
Chapter 41 - Gundah

Chapter 14 - Semua tentang Alivio

2.9K 184 55
By dewisavtr

Megan terdiam seharian setelah acara pertunangan itu. Menurutnya semua acara itu adalah sebuah paksaan yang tetap mengharuskan dia untuk menuruti semua permintaan sang Ayah. Megan tidak punya pilihan lain, karena ia tidak mau David— sang Ayah berkata hal buruk pada Mora ataupun melakukan hal yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya pada perempuan yang amat sangat ia cintai. Megan tahu betul watak sang Ayah, jika keinginannya tidak terpenuhi, maka ia akan menghalalkan segala cara agar keinginannya tersebut tercapai. Bagaimana bisa Megan hanya berdiam diri padahal ia tahu apa yang akan dilakukan Ayahnya kalau saja ia tidak meninggalkan Mora? Megan pikir, semua ini demi kebaikan keduanya.

'Tok..Tok..'

Suara ketukan pintu terdengar dari luar. Megan tidak ingin keluar kamar seharian ini, begitu malas mendengar ocehan sang Ayah yang terlalu menyakitkan hati, atau bahkan raut wajah semua orang yang begitu berbahagia ketika ia tidak merasakan hal serupa. Semuanya begitu membuat Megan sakit. Tidak ada yang bisa merasakan apa yang ia rasakan saat ini. Megan bahkan enggan meminta tolong pada Destroyer— teman-temannya karena ia rasa akan percuma. Setelah pesta pertunangan itu, Megan tidak menyentuh makanan apapun, membuka ponsel, atau berbicara dengan orang lain. Bahkan, keluar dari kamarpun dia tidak mau. Tetapi mendengar ketukan pintu itu yang secara berulang kali akhirnya Megan terpaksa harus membuka pintu itu daripada ia sakit kepala.

Membuka pintu, Megan langsung saja melihat Renatha berdiri disana sembari membawakan ia sarapan pagi. "Untuk apa lagi kamu kesini?" Tanya Megan ketus.

Renatha hanya tersenyum, walaupun perkataan Megan begitu membuatnya sedih, "Aku— cuma mau anterin sarapan untuk kamu Megan. Katanya kamu enggan keluar kamar? Apa karena pesta pertunangan itu? Aku minta maaf untuk segalanya Megan tapi.. itu semua bukan kehendakku."

"Minta maaf soal apa? Pertunangan itu? Bukannya kamu senang soal itu?" Tanya Megan sarkas.

Renatha menggeleng, "Kalau boleh aku jujur, aku ingin menikahi orang yang mencintaiku, Megan. Aku mencintaimu, dari dulu. Tapi kalau kamu tidak? Megan.. cobalah membuka hatimu untukku. Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa dicintai kamu."

"Renatha.. ini bukan saatnya. Sorry, gue lagi nggak mood bahas soal itu." Megan lalu keluar dari kamarnya dan berjalan secepat mungkin menuju kelantai bawah.

"Megan, jangan seperti ini.." ucap Renatha sembari mengejar Megan dari belakang. Berusaha meraih tangannya tetapi ia tidak mampu. Satu tangannya masih memegang sarapan pagi untuk Megan.

"Megan! Apa-apaan kamu ini! Calon istrimu sudah mencoba berbaik hati untuk mengantarkan sarapan untukmu! Sikap apa yang Ayah baru saja lihat ini?!" Sentak David saat matanya melihat Megan dan Renatha yang baru saja mendaratkan kedua kakinya di lantai bawah. "Renatha! Jangan kau kejar dia!"

Megan hanya diam, tidak menjawab apapun dan hanya berjalan menuju mobilnya yang terparkir di bawah. Menghiraukan Renatha dan juga Ayahnya yang masih berdiri disana. Setelah mobil Megan pergi, David langsung saja menghampiri Renatha yang masih berdiri disana menatap mobil Megan pergi dengan sedih.

"Renatha, kamu baik-baik saja?" Tanya David.

Renatha tersenyum sembari mengangguk, "Iya, Om.. Renatha nggak apa.. hanya saja, Renatha merasa bersalah pada Megan soal instagram itu. Megan tidak tahu kalau Renatha membuka instagram itu.."

David menggeleng-gelengkan kepalanya lalu menjawab, "Justru itu yang Ayah inginkan, Renatha. Kamu membuka instagram Megan dan mengupload foto pesta pertunangan kalian adalah hal yang Ayah inginkan, itu sebabnya Ayah memberikan password instagram Megan pada kamu agar mantannya itu tahu bahwa Megan sudah terikat denganmu, dia tidak bisa merebut Megan kembali. Dan oh ya, lain kali kamu hapus saja seluruh isi foto instagram Megan bersama Mora."

"Menghapusnya? Tapi— Renatha takut, Om.."

"Kamu tidak perlu takut, Anakku. Megan biar Ayah yang urus, kamu hanya perlu menuruti semua permintaan Ayah. Buatlah Megan kembali mencintai kamu."

Renatha terdiam dan hanya mengangguk terpaksa. Bagaimana bisa ia membuat Megan mencintainya? Megan tidak mungkin bisa melepaskan seseorang yang ia cintai demi dia bukan? Tapi.. dilain sisi pun ia mencintai Megan sedari dulu. Maka dari itu, dirinya berjanji pada diri sendiri bahwa ia akan membuat Megan jatuh cinta lagi padanya.

Di lain tempat— di Jakarta, Mora hari ini sedang berdiam diri di kamarnya, merasa kehilangan semangat karena hal kemarin itu. Rachel dan Clara baru saja pulang tadi pagi ke Bandung karena ada urusan mendadak. Mora bahkan tidak tahu harus berbuat apa sekarang, melihatnya saja ia tidak mampu. Di dalam benaknya ia masih saja tak percaya bahwa Megan akan semudah itu bertunangan dengan perempuan lain. Apakah selama ini ternyata Megan sedang menyimpan rasa pada orang lain? Batin Mora bertanya sendiri.

Berulang kali Mora melihat foto pertunangan Megan bersama perempuan lain. Mora bahkan sudah tidak bisa lagi menangis, ia hanya bisa menatapi foto itu sembari berharap bahwa semua ini bukanlah kenyataan. Lalu kedua jarinya mencoba mengetik sesuatu di kolom komentar foto itu, Mora berusaha sekuat mungkin untuk memberikan selamat pada Megan namun ia tidak bisa. Ia tak kuasa memencet tombol kirim setelah mencoba mengetik sesuatu disana. Inginnya, Mora memang memberikan selamat tapi ia benar-benar tidak bisa.

Dilihatnya satu persatu komentar-komentar teman-temannya yang satu sekolah dengannya juga dengan Megan dulu. Hampir semua orang yang mengucapkan selamat pada Megan itu memberikan pesan pula pada Mora lewat instagram untuk memberikan semangat dan juga berkata sabar juga katanya ikut merasakan kesedihan Mora yang sedang Mora alami saat ini. Tapi yang Mora tahu, semuanya adalah fake. Mereka hanya orang-orang bermuka dua yang 'sepertinya' berusaha tidak memihak siapapun. Mora begitu sakit hati melihat pesan-pesan itu, karena bagaimanapun isi pesan yang terlihat baik itu, mereka tetap saja memberikan selamat pada Megan dan ikut berbahagia. Padahal, kalau saja mereka menjadi Mora, mereka pun pasti akan merasa kesal akan hal itu.

Lalu, tiba-tiba saja seseorang mengetuk pintu kamarnya. Seseorang itu adalah Alivio. Mora langsung saja membuka pintu itu karena merasa tenang ketika Alivio datang. "Surprise! Ini gue bawain makan siang untuk Mora.." ucap Alivio sembari menenteng dua plastik putih di kedua tangannya.

"Lo bawa apa, Vi?" Tanya Mora penasaran dengan kedua matanya yang sembab.

"Semua makanan yang Mora suka biar membangkitkan semangat!" Seru Alivio, "Mora harus memgembalikkan semangat Mora, senyuman Mora, semuanya! Mora harus makan banyak biar nggak sakit, nggak boleh mikirin orang terlalu berlebihan karena belum tentu juga dia mikirin kamu. Nih sekarang kita makan bareng! Abis itu kita jalan-jalan, Mora lagi pengen kemana? Alivio pasti turutin segala keinginan Mora deh, kemanapun Mora mau pergi, gue pasti ayo!"

"Vii.. lo nggak harus sebegitunya kali sama gue," ucap Mora pelan, "Lo nggak harus ada 24 jam buat gue, lo nggak harus kasih gue sarapan, makan siang, makan malem buat gue, lo nggak harus juga turutin apa yang gue mau, lo nggak harus kayak gitu.."

Alivio langsung saja mengernyitkan dahinya, "Kenapa? Gue bener-bener tulus kok lakuin semuanya. Gue nggak minta apa-apa dari lo. Gue lakuin semua itu karena gue mau, tanpa minta balasan atau apapun. Gue mau lo balik lagi kayak pertama kali gue kenal lo, Ra.."

Mora terdiam mendengar semua kalimat yang di lontarkan oleh Alivio. Baginya, semua itu memang tedengar tulus, apa adanya. Dan Mora pun merasa begitu. Alivio selalu melakukan sesuatu yang bahkan tanpa Mora pinta darinya, sama persis ketika dulu Megan melakukan hal itu pula untuknya. Mengapa semua ini terasa begitu kebetulan? Karena ketika Megan pergi meninggalkannya, kebetulan saja hadir seseorang yang sama persis seperti Megan bernama Alivio. Persis dalam hal perhatian, tahu cara membuat Mora bahagia dan lain sebagainya.

"Ra..?" ucap Alivio menyadarkan lamunan Mora.

Mora pun langsung saja terkejut dan memeluk Alivio erat, "Makasih ya, Vi.. Apapun yang lo lakuin untuk gue, semuanya terimakasih banyak.."

"Iya, Ra.. Sama-sama."

Alivio mengelus-elus puncak kepala Mora dengan sayang hingga Mora terlelap tidur di pelukannya. Sudah seharian ini Mora menangis seharian, ia sudah seharusnya istirahat dan tidak memikirkan hal apapun. Melihat Mora seperti ini saja, Alivio sudah merasa kesal pada Megan. Bagaimana tidak? Laki-laki itu tidak bisa menjaga hati perempuan yang mencintai dia, laki-laki itu itu tidak bisa bertanggung jawab perihal perasaan perempuan yang seluruh hidupnya hanya untuk dia.

Setelah Mora terlelap tidur, Alivio lalu menidurkan Mora ke tempat tidur, memberinya selimut agar ia tidak kedinginan, dan mengecup puncak kepala Mora sayang. Jujur di dalam hatinya, Alivio telah menyayangi Mora walaupun Mora tidak. Baginya, perasaan sayang tidak harus memiliki, tidak pula harus beralasan. Alivio tulus menyayangi Mora walaupun ia tahu hati Mora tidak bisa untuknya.

Setelah itu, Alivio lalu keluar dari kamar Mora secara perlahan. Menutup pintu kamar itu hingga tak dapat terdengar oleh siapapun agar Mora tak akan terbangun dari tidurnya. Begitu Alivio membalikkan tubuhnya, tiba-tiba saja ia melihat Megan tengah berdiri disana dengan keadaan basah kuyup karena terguyur hujan lebat di luar sana.

Megan kemudian menatap Alivio lama sebelum akhirnya bicara, "Mora— sudah tidur?" Tanyanya pelan.

Alivio mengangguk, "Sudah. Untuk apa lagi lo kesini? Mau nyakitin dia lagi?"

Megan menggelengkan kepalanya berulang kali, "Nggak pernah ada di benak gue untuk menyakiti Mora. Lo hanya gatau apa yang sedang terjadi, Vi. Lo nggak ngerti hidup gue dan apa yang sedang gue alamin ataupun tentang hubungan gue sama Mora."

Alivio tertawa kecil, "Nggak pernah ada? Lalu apa? Yang lo lakuin itu bener-bener jahat. Mora tahu lo tunangan sama orang lain. See? Lo itu jahat!"

"Da—darimana dia tahu?"

Alivio menatap Megan dengan marah, "Lo ini tolol apa gimana sih? Lo sendiri yang upload foto pesta pertunangan lo itu di instagram lo!"

Deg. Megan langsung terdiam karena ucapan Alivio. "Gue nggak pernah upload foto itu!"

"Terus itu yang upload siapa?! Setan?!"

Tanpa malu, Megan kemudian menangis di hadapan Alivio, "Lo nggak ngerti apa-apa, Vi. Gue mau ngomong sama Mora soal keadaan gue sekarang ini, gue mau minta maaf sama dia."

"Nggak perlu! Lo tahu? Dia selalu nangis seharian karena lo! Itu semua karena lo yang nyakitin dia!" Seru Alivio dengan marah, "Laki-laki mana yang tega meninggalkan perempuan yang seluruh hidupnya hanya untuk dia?! Lo bukan laki-laki, Gan! Lo cuma banci! Karena laki-laki sejati, nggak akan pernah meninggalkan perempuan yang mencintai dia begitu saja!"

Megan hanya diam dengan air matanya yang berulang kali jatuh ke pipi, begitu Megan baru saja akan menghampiri pintu kamar Mora, tiba-tiba saja Alivio langsung menghajarnya berulang kali hingga tubuh Megan terjatuh lemas tak ada perlawanan sama sekali. Megan hanya bisa menangis saat Alivio memukuli tubuhnya yang kian hari semakin mengurus. Dia hanya bisa memikirkan bagaimana perasaan Mora saat itu daripada memikirkan dirinya sendiri. Megan berpikir, dia memanglah hanya laki-laki jahat yang tega menyakiti hati Mora walaupun itu semua bukan kehendaknya.

"PERGI DARI SINI, GAN! DAN JANGAN PERNAH KEMBALI LAGI! MORA SUDAH BENCI LO DARI SEMENJAK HARI PERTUNANGAN ITU!" Sentak Alivio.

Sementara Megan masih terbaring di bawah lemas, hanya bisa terdiam mendengar semuanya.

***

Kamu team siapa nih?! #teammegan atau #teamalivio ?! Komen dibawah yaaa!

Jangan lupa tinggalkan votemu dan juga komentar kalian setelah baca chapter ini ya! Hihi

-tbc-

Continue Reading

You'll Also Like

3M 152K 62
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
1.9M 8.5K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
1M 42.8K 37
Mereka teman baik, tapi suatu kejadian menimpa keduanya membuat Raka harus menikahi Anya mau tidak mau, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa ya...
2.9M 302K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...