Takdir Cinta Nadia [SELESAI]

By titancantip

2.5K 284 11

TETAP VOMENT MESKIPUN CERITA SUDAH SELESAI!🔥❤️ Pernah merasakan sakitnya ditinggalkan oleh dia yang pernah m... More

PROLOG
1. Nadia Kirana Ningrum
3. Kepingan Masalalu
4. Obat Rindu
5. Melupakan
6. Al-Kahfi
7. Mencoba Berbahagia
8. Terimakasih
9. Siapa Dia?
10. Zaki Kalandra
11. Pendekatan
12. Perjalanan Cinta
13. Kebersamaan
14. Menyatakan Atau Bungkam?
15. Virus Rindu
16. Benih Cinta
17. Bayang-bayang Masalalu
18. Asraf Giandra Bagaskara
19. Jejakmu
20. Menepi
21. Komitmen?
22. Sudah Cukup
23. Haruskah Memilih?
24. Antara Cepat Dan Tepat
25. Kisah Kita
26. Mengggenggam
27. Ketetapan
28. Ketika Kita Bersatu
29. Kejutan Pernikahan
30. Takdir Cinta
EPILOG

2. Sahabat

154 22 2
By titancantip

"Jadilah sahabat yang mampu mengubah luka menjadi tawa."

-Takdir Cinta Nadia

🕊️🕊️🕊️


Semilir angin lembut membelai kedua pipi Nadia. Menghadirkan rasa dingin yang membuatnya ingin kembali menarik selimut.

Perlahan Nadia membuka matanya dengan masih setengah sadar, ia paksakan matanya membuka dengan sempurna. Jarum jam pendek berada di angka lima, sedangkan jarum jam panjang di angka dua. Dengan susah payah Nadia mengangkat tubuhnya dari atas kasur menuju kamar mandi.

Nadia mengamati seluruh isi kamarnya, dindingnya berwarna coklat susu, dengan perpaduan warna hitam dan putih.

Nadia membuka jendela kamarnya terlebih dahulu sebelum ke kamar mandi. Terlihat awan yang masih sedikit gelap, burung-burung berkicauan, rerumputan dan dedaunan yang mulai berkembang, dan bunga-bunga yang terlihat penuh embun yang turun semalam.

Pemandangan yang sangat indah. Ditambah lagi dengan munculnya matahari perlahan-lahan yang turun ke bumi.

Nadia jadi malas untuk mandi. Ia ingin menikmati pemandangan indah ini. Sangat indah nan cantik. Nadia menghembuskan nafas, menghirup udara yang terasa segar. "Seger nya." Nadia memeluk erat tubuhnya sendiri.

Nadia mulai berjalan ke arah kamar mandi, mempersiapkan diri untuk pergi kuliah hari ini. Meski tubuhnya tak bersemangat karena kejadian kemarin dengan munculnya pesan dari email yang berisi pesan tidak penting itu. Membuat Nadia malas untuk beraktifitas.

🕊️🕊️🕊️

Matahari mulai menampakkan dirinya ke bumi, membuat sensasi kilauan. Nadia berjalan menuju lorong perpustakaan di bagian kiri laboratorium. Terlintas di kepalanya untuk meminjam buku tugas, atau sekedar membaca.

Setelah sampai di perpustakaan, Nadia melihat ada beberapa orang yang sedang membaca buku, bermain handphone atau sekedar berbasa-basi dengan temannya. Dan ada Bu Tita juga yang sedang melihat nomor-nomor buku. Nadia menyapa Bu Tita, Dosen yang memang sudah lumayan dekat dengannya.

Nadia melepaskan sepatu dan mulai berjalan ke arah Bu Tita. "Assalamualaikum Ibu." Nadia menyalami tangan Bu Tita.

"Waalaikumssalam," balas Bu Tita dengan senyuman di pipinya.

Bu Tita baru berumur kepala tiga jika dikira-kira. Ia adalah tipe guru yang disukai oleh para mahasiswa ketika di perpustakaan. Sikapnya yang baik membuat ia disukai banyak orang.

"Ibu selamat pagi, lagi ngapain Bu?" tanya Nadia yang melihat Bu Tita yang sedang duduk mengecek buku-buku yang menumpuk di mejanya.

"Pagi juga Nad. Ibu lagi ngecek-ngecek nomor buku," balas Tita.

"Asiap semangat Ibu. Nadia mau liat-liat buku dulu ya Bu. Sekalian mau minjem," Nadia izin pamit untuk meminjam buku.

"Iya monggo,"

Nadia menelusuri setiap buku-buku. Ia mencari buku yang akan ia gunakan untuk mengerjakan tugasnya.

Bau-bau buku menurut Nadia sangat enak. Karena memang ia tipe orang yang suka membaca. Tetapi bukan buku pelajaran, ia sukanya buku novel.

Jika buku novel yang beratus ratus halaman bisa ia baca dalam waktu satu hari pun. Tetapi, buku pelajaran baru membukanya saja sudah enek. Nadia terus mencari buku yang ia cari. Hingga akhirnya ia menemukan buku yang cocok dengan tugasnya.

Nadia melangkah untuk mencari buku yang lain, karena ia kekurangan buku. Jika membeli, ia tidak mau. Karena buku ini hanya dipakai sekali, jika meminjam ke perpustakaan, akan lebih hemat uang.

"Dar!" seseorang menepuk bahu Nadia dan membuat Nadia terkejut bukan main.

"Astagfirullah! Rara. Kamu ngagetin aja ishhh. Kalo aku jantungan gimana? Kamu mau tanggung jawab!" Nadia berdecak. Ia memanyunkan bibirnya kesal.

"Hihihi, maafin Rara. Habisnya di panggil-panggil dari tadi nggak denger," kata Zhafira sembari ngos-ngosan.

Nadia hanya bergumam lantas bertanya, "Kamu habis dari mana? Ko ngos-ngosan gitu?"

"Habis dari kerajaan mermeid," jawab Zhafira dengan cengiran polosnya, yang menampakkan kedua lesung pipinya yang cantik.

"Kerajaan mermeid pala mu, yu ah pergi, lagian aku udah beres pilih bukunya." Nadia berjalan ke arah meja Bu Tita, untuk mencatat namanya karena telah meminjam buku. Zhafira juga menyusul Nadia yang berjalan ke arah Bu Tita.

Nadia dan Zhafira berjalan keluar perpustakaan, dan memakai sepatunya masing-masing. Tiba-tiba Nadia melihat teman sekelasnya yang sedang melepas sepatu.

"Intan, ko disini? Kan sebentar lagi masuk." Nadia berdiri lalu mendekati temannya yang bernama Intan itu.

"Jam Pak Dudi kosong, lagi ada urusan, Bu haji Kokom juga kan izin anaknya kecelakaan, sama yang terakhir Pak Anang beliau juga nggak bisa masuk ada kerjaan di luar. Jadi hari ini nggak ada pelajaran, kosong semua," Intan berbicara panjang lebar.

"Oh, untung ada kamu yang ngasih tau, makasih ya tan," kata Nadia mengucapkan terimakasih kepada Intan. Lalu Intan masuk ke dalam perpustakaan bersama temannya.

"Tan tan, mantan sayang. Hahaha," perkataan Zhafira dibalas oleh pelototan Nadia.

"Sahabat nggak ada akhlak dirimu!" cibir Nadia yang mulai melangkah berjalan.

Zhafira tersenyum sembari menggerak gerakkan bibirnya. "Mangafin Nad,"

"Mangaf-mangaf, maaf sayang,"

"Cie panggil sayang cie," Nadia yang melihat aksi godaan dari Zhafira mulai kesal.

Nadia mencibir tidak jelas, ia tidak suka jika terus digoda. "Mulai deh mulai," lanjutnya. "Eh kan aku sama Afifah nggak ada kelas, kamu ada kelas nggak?" tanya Nadia mengalihkan pembicaraan yang tak mau membuat dirinya malu.

"Ada satu pelajaran ,tapi dosen nya nggak tau ada nggak tau enggak. Aku coba cari tau dulu ke kelas ya, entar kalo aku nggak ada kelas juga. Kita pergi makan gimana? Mau nggak? Udah lama juga kita nggak pergi keluar dikarenakan tugas yang manja,"

"Okey deh aku setuju. Yaudah aku mau ke kelas dulu, mau liat si Afifah tuh anak udah dateng belum, nanti kamu chat kalo kamu nggak ada kelas."

Nadia dan Zhafira berjalan ke arah kelasnya masing-masing. Nadia melangkah ke arah kelasnya, ia hanya menemukan segerombolan teman lelakinya yang sedang bermain game, ada pula yang sedang makan sembari mengobrol ria. Nah ada juga yang tidur seperti kebo.

Nadia celingak-celinguk mencari Afifah di dalam kelasnya. Ada sekitar enam orang teman perempuannya yang sedang menggibah pastinya. "Lihat Afifah nggak?" tanyanya.

"Tadi sempat kesini nanyain kamu, pastinya ke kelas kakaknya itu," jawab Lina temannya.

"Oh okey makasih." Nadia berbalik menuju kelas, namun ia ingat sesuatu dan berbalik lagi. "Eh iya aku lupa, itu anuan aduh apa sih lupa lagi, ituan apa anuan," Nadia komat-kamit tidak jelas mengingat sesuatu yang ia lupakan. Nadia lalu bolak-balik memikirkan sesuatu, sehingga teman-temannya merasa aneh.

"Ngomong yang bener pea! Anuan ituan anuan ituan lu pikir apaansih anuan ituan tuh!" decak Bagas si fakboy tingkat dewa yang tiba-tiba menyerobot tak jelas.

Nadia melototi Bagas yang so ikut campur. "Ishhh diem lu, ini lupa aduh," Nadia perlahan-lahan mengingat sesuatu yang ia lupakan. "Nah kan udah inget kan,"

"Apa Nad?" tanya Lina.

"Itu ada tugas dari Bu Neti, kalo kalian harus bikin kelompok dengan disamakan rata. Tugasnya nanti aku sebar di grup." Nadia mengibaskan kerudungnya, gerah, juga bau-bau ketek eh bau-bau tak sedap. Teman-teman lelakinya pasti tengah merokok sehingga dia merasa pengap akan bau rokok.

"Kirain ada apa. Tugas lagi tugas lagi. Lama-lama ni pala bisa membeludak kebanyakan dikasih makan tugas yang kagak ada ngarti-ngartinya," umpatan dari Ridwan si tukang molor.

"Pala lu bocah! Bukan lu yang kagak ngarti, emang lu nya aja yang butek, dasar bodoh!" seru Galang temannya yang paling gendut. Diantara semuanya, Galang lah yang paling memiliki badan yang super besar. Hobinya makan dan makan.

Seketika tawa dari teman-temannya menggema mendengar perkataan dari Galang.

"Setan!" seru Ridwan tak terima dengan tuduhan dari Galang.

"Hahahahaha," tawa teman-temannya terus terdengar melihat recokan dari Galang dan Ridwan.

Nadia yang sedari tadi tertawa sudah tak tahan karena sakit perut, memilih untuk pergi mencari Afifah. "Udah ya, aku pamit, mau cari Afifah." Nadia melangkah untuk bangkit dari duduknya.

"Hati-hati ayang embep ku," kata Roni yang memang notabenya naksir kepada Nadia.

Nadia memutar bola matanya malas. Ia ingin muntah melihat wajah Roni yang alisnya sudah diangkat-angkat. "Najis!"

Nadia melangkah pergi tak lagi meladeni teman-temannya yang sudah tak waras. Bisa-bisa ia darah tinggi jika terlalu lama di sana.

🕊️🕊️🕊️


Nadia dan Zhafira tengah berada di kafe ramen yang masih sepi, karena ini baru saja pukul sembilan pagi. Tempat ramen itu terlihat indah dengan tataan meja dan kursi nya yang rapi.

Nadia dan Zhafira duduk paling ujung, agar bisa langsung melihat pemandangan taman yang berada di belakang kafe tersebut.

Sembari menunggu pesanan Nadia dan Afifah, mereka berdua memainkan handphonenya masing-masing.

"Ra, pen beli novel ey," kata Nadia yang meletakkan handphonenya karena baterai handphonenya mulai melemah. Seperti perasaanya melihat dia bersama dengan yang lain. Eh.

"Beli jangan curhat. Curhat doang mah nggak akan ada-ada atuh novelnya," Zhafira menjulurkan lidahnya mengejek.

"Ish kamu mah." Nadia membenarkan letak kerudungnya yang agak berantakan. "Afifah mana sih lama banget, katanya mau nyusul,"

"Itu Afifah,"

Afifah datang dari arah depan, ia melangkah menuju Nadia dan Zhafira. Afifah tersenyum memantau langkahnya.

"Assalamualaikum." Ucap Afifah sembari duduk di kursi.

"Waalaikumsalam," jawab Nadia dan Zhafira.

"Lama banget dah, kita berdua udah nungguin sekitar 12 abad, artis ya emang lama," sindir Nadia.

Afifah hanya menyengir kuda tanpa dosa. Ia lantas memanggil mbak-mbak pelayan untuk memesan makanan.

"Yee sirik. Tadi tuh aku pulang dulu ke rumah, disuruh bawain tugasnya si Fahad nggak ada akhlak itu. Dijadiin babu lah aku. So-soan ketinggalan itu tugas, jadinya kan repot,"

Nadia dan Zhafira mendengarkan omelan Afifah, lalu mereka berdua menerima makanan yang sudah mereka pesan yang akhirnya sudah datang.

"Hahaha mampus," ledekan tawa dari Zhafira.

"Makan duluan ya Fah, udah laper ini dari tadi perut keroncongan, lama nunggu sih." Nadia mulai memakan makanannya ke dalam mulutnya.

"Iya-iya maafin ya. Tau ko menunggu tanpa kepastian itu sakit," ungkap Afifah.

"Uhuk!" Nadia yang mendengar perkataan dari mulut Afifah tersedak.

"Minum-minum Nad." Zhafira menyodorkan minuman dan membantu Nadia untuk minum.

"Apaansih mulai bucinnya, kan jadi kebawa perasaan. Hahaha." Kata Nadia yang meletakkan gelas berisi air minumnya.

Nadia kesal dibuat main oleh Afifah yang membucin atas nama menyindir dirinya.

Tidak lama setelah makanan Nadia, dan Zhafira datang. Makanan Afifah juga menyusul datang, karena memang Afifah hanya memesan makanan ringan. Mereka bertiga memakan makanannya dengan lahap. Kadang ada tawa yang membuncah dan membuat tersedak hingga batuk batuk.

Setelah memakan makanannya, mereka tidak langsung pulang, karena memang waktu yang masih siang juga tidak ada kerjaan.

Nadia, Afifah, dan Zhafira memang sudah bersahabat. Mereka sangat dekat layaknya saudara. Mereka bertiga tidak pernah bisa terpisahkan. Kadang memang dalam persahabatan mereka, pasti ada yang namanya rintangan.

Persahabatan mereka dibuahi dengan kebahagiaan yang menyenangkan. Mereka berdua selalu ada ketika masalah melanda, ataupun kesusahan datang.

Masing-masing dari mereka selalu membantu ketika salah satu sahabatnya tengah mengalami kesusahan. Itulah pentingnya persahabatan, yang setia menemani ketika tengah terluka apapun bahagia.

Sahabat sejati itu, yang bisa saling menjaga satu sama lain. Meskipun tak ada ikatan darah sekali pun. Bukan kah ikatan itu dijalin dengan cara menjaga dan menyayangi kan?

Mereka mengobrol hingga tak terasa adzan dzuhur berkumandang. Mereka bertiga berjalan menuju arah kasir untuk membayar makanan mereka. Saling membuka dompet masing-masing untuk membayar.

"Aku pulang duluan, ada urusan sama tugas juga banyak banget," ujar Zhafira yang memang akan pulang terlebih dahulu, setelah mereka melaksanakan sholat dzuhur di masjid dekat dengan kafe tersebut.

Nadia mengangguk. "Okey hati-hati ya Ra," Nadia tak akan langsung pulang juga, ia akan pergi ke gramedia terlebih dahulu.

Sebab buku-buku yang ia cari sebagian tidak ada di perpustakaan kampus, alhasil ia harus membelinya. Sekalian juga membeli buku novel terbaru yang sudah lama ia incar.

Zhafira pergi dengan dijemput oleh adik laki-lakinya Azril Kasfuranja. Zhafira memang sering dijemput oleh sang adik jika memang adiknya tidak sibuk.

"Afifah, aku mau ke gramedia dulu, kamu mau langsung pulang?" tanya Nadia yang membenarkan letak sepatunya yang terasa kurang nyaman.

"Iya aku langsung pulang ya nggak ikut nemenin. Soalnya ini badan nggak bisa diajak kompromi, mau tidur aja,"

"Okey nggak papa aku sendiri aja." Nadia mulai mengambil kunci motornya yang berada di tas ransel nya. "Eh iya kamu dijemput kan? Soalnya kalo aku nganterin nanti harus puter balik, jauh lagi deh ehe." Nadia mulai melangkah ke tempat parkir, tempat ia menitipkan sepeda motornya.

"Tunggu atuh Nad, iya aku dijemput ko," Afifah berlari menyusul Nadia yang sudah berjalan terlebih dahulu.

🕊️🕊️🕊️

Bandung, 2 November 2020.

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum semuanya
Jangan lupa vote dan komen di lapak ini😗

 

Continue Reading

You'll Also Like

53.7K 3K 68
Cinta datang tanpa syarat bahkan bisa dari orang yang sangat kita bencipun cinta bisa tumbuh. Seiring berjalannya waktu tak ada yang bisa menentukan...
308K 28.2K 79
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
110K 5K 43
#240 (08-07-2018) di Spiritual. Cerita sudah lengkap yah. Kalian tinggal baca dan vote serta koment ceritanya. Masukin ke perpustakaan kalian dan jng...
2.8K 483 51
Zalfa, siswi begajulan nomor satu seantero Chandra Buana tiba-tiba menjelma jadi sosok bidadari surga dibalik balutan kerudungnya. Kata orang hijrah...