Stayed with father

By suchasadgirl

405K 28.1K 1K

"17 tahun dan kau baru datang?" More

none
One
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
None
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Sixteen
Seventeen
Eighteen
nineteen
Twenty
Twenty one
twenty two
Twenty Three
Twenty four
Twenty Five
Twenty Six
Twenty Seven
Twenty eight
Twenty nine
Thirty
Thirty one
Thirty two
Thirty three
Thirty three
Thirty five
Thirty six
Thirty seven
Thirty eight
Thirty nine
Forty
Forty one
Forty two
Forty three
Forty four
Forty six
Forty five
Forty seven
Forty eight
Forty nine
Sixty
Fifty one
Fifty two
Fifty three
Fifty four

Fiveteen

6.8K 529 13
By suchasadgirl


    Aaric membalas tatapan tajam Coolio tanpa takut. Sedang Aaron hanya bisa diam dengan tatapan kedepan

Gregory berusaha memisahkan Ayah dan Anak yang apabila dibiarkan sudah pasti akan terjadi baku pukul

"Roy siapkan mobil, kita akan memasukan nya ke panampungan anak" ucap Coolio masih terus menatap Aaric "Aku tidak membesarkan seorang pembangkang"

Aaric mengalihkan pandanganya. Kini dia menatap Gregory yang tepat berada didepanya

"Apa semua anakmu besar menjadi seorang pembunuh? Atau mungkin memaksa seseorang untuk dibentuk menjadi pembunuh?"

Tanpa aba-aba Coolio memukul wajah Aaric. Perban dibibirnya berdarah, arti bahwa luka memarnya kembali terbuka

"Kau hidup dirumah ku!" Teriak Coolio

Roy dan Carlina menahan tangan Coolio yang mungkin sewaktu-waktu akan kembali menghajar anaknya sendiri

Dengan santai Aaric membuka perban bibirnya, menahan sakitnya sambil berjalan kearah Aaron yang masih diam ditempatnya

"Ayo pergi, ini bukan tempat kita"

Aaron menurut saat Aaric menyentuh bahunya dan mengajaknya pergi. Dari awal mereka memang tahu ini bukan tempat mereka

Dibelakang Coolio berteriak agar mereka kembali, tapi kini mereka sudah tidak perduli

Apa yang Coolio suruh? Menyerang Stokoe Shermen? Ayah Olivia? Kakek mereka?

Olivia membesarkan mereka dengan penuh cinta. Bukan seperti ini caranya

Aaron terus mengikuti kemana Aaric melangkah, bahkan saat Aaric masuk kekamarnya dia juga ikut masuk

"Kita akan keluar dari tempat ini Aaron, ini tidak seperti yang kita bayangkan"

Akhirnya Aaron menatap Aaric

"Bagaimana? Kita tidak punya uang" Jawabnya "Bukankah diluar lebih tidak aman? Bagaimana dengan Damien yang kau lihat disekolah? Kita akan mati Aaric"

Aaric menoleh ke arah Aaron

"Kau jadi pecundang sekarang? Bukankah kau penyebab kita menjadi buron keluarga Damien?"

Aaron menunduk

"Ayo bereskan pakaian mu"

Aaric mulai memasukan pakaian nya kedalam tas yang akan dia bawa, karena hanya ini yang dia miliki. Sisanya pemberian Coolio

"Kita akan kemana?" Tanya Aaron

Aaric diam

"Aku tidak ingin menjadi gelandangan"

"Kita akan kerumah paman Smith, aku ingat jalan ke showroom miliknya"

"Kita akan menumpang disana?"

"Tidak, kita akan memohon padanya agar dia mau membantu kita untuk pulang ke rumah mommy, jangan bertanya terus ayo bereskan"

Aaron bangun dari duduknya dan segera pergi kekamarnya untuk melakukan apa yang Aaric katakan

Selesai, mereka membawa ransel mereka masing-masing dan berjalan keluar. Mungkin mereka akan sedikit terhalang, karena sekarang semua anggota keluarga ada diruang tengah

Carisa yang pertama melihat terkejut saat tahu Aaric dan Aaron akan benar-benar pergi dari sini. Dia berjalan dan mengalangi kedua cucunya

"Apa ini? Kalian ingin aku mati gantung diri? Apa yang kalian fikirkan? Pergi? Apa maksudnya kalian membawa ransel-ransel ini?"

Bertubi-tubi pertanyaan dilontarkan Carisa, Aaric tahu wanita ini pasti akan menangis dan setelah itu Aaric menjadi merasa bersalah. Maka itu Aaric hanya menatap kebawah, bukan kearah mata Carisa

Aaric akan menjawab Carisa tapi tidak jadi karena Coolio sudah dulu bersuara

"Biarkan mereka pergi, biar mereka tahu Italia seperti apa"

Seluruh orang menatap Coolio marah. Aaric dan Aaron pun sama

Tanpa berkata apa-apa, mereka melewati Carisa dan kembali melangkah keluar. Tapi kembali berhenti didepan Coolio

"Kau harusnya tidak perlu kembali datang untuk meng-claim bahwa kami anakmu" Aaric menantang Coolio "Aku dan Aaron anak Olivia, dan selamanya tidak akan pernah menjadi anakmu"

Aaric kembali berjalan dengan semua amarahnya. Berbeda dengan Aaron yang menatap Coolio dengan tatapan kecewa

"Kau tidak seperti sosok yang kubayangkan sebelum tidur, kau Ayah yang payah"

Mengikuti Aaric, Aaron ikut keluar dari tempat itu. Rumah Coolio. Mansion keluarga mereka

Coolio merasakan sesuatu, sesak. Dia merasakan bagaimana perkataan Aaron masuk kedalam jiwanya

Ayah yang payah

Dia sepayah itu?

Dia mafia besar dan sekarang jadi seorang yang payah? Dan itu dikatakan oleh anaknya sendiri

"Here come, perjuanganmu dimulai dari sini. Semua rencana yang dengan sangat pedenya kau buat, sekarang hancur berantakan" Gregory berdiri disebelah Coolio dengan kedua tangan didalam sakunya "Sekarang kau tahu, bahwa yang kau anggap mudah justru adalah hal yang tidak akan pernah dapat kau raih son. Mereka dibesarkan dengan kesucian tangan Olivia bukan dengan cara kita, Stokoe mungkin lebih keji dari keluarga kita tapi aku yakin dia akan sangat bangga memiliki cucu seperti mereka"

"Papa tidak lakukan apapun untuk ku, dimana janjimu?"

"Aku berjanji akan membantumu melawan Stokoe, bukan memperjuangkan kedua anakmu. Itu urusan mu"

"Aku ingin kau membawa mereka kembali kesini"

Sahut Carisa sambil menghapus bekas air matanya. Coolio dapat melihat tatapan marah disana

"Bagaimana pun caranya, aku tidak perduli. Aku sudah kehilangan kembarku, dan aku tidak ingin terjadi lagi untuk yang kedua kalinya"

Didalam taxsi, Aaron terus menatap Aaric dari samping. Dia tahu Aaric masih marah, maka itu dia tidak mengatakan apapun

Pandanganya beralih pada luka Aaric. Lukanya dibiarkan terbuka, Aaron yakin itu sakit

"Aaric lukamu"

Aaric memegang bibirnya, dia lupa untuk menutupnya

"Ditempat paman Smith aku akan meminta plester"

"Kita naik taxsi, apa kau punya uang?"

Aaric mengangguk "Aku menyimpang uang saku dilemari"

Mereka menghabiskan sisa perjalan dalam hening, tanpa pembicaraan apapun

Aaric memberikan uang sesuai argo, kemudian ikut turun dengan Aaron

Mereka berdiri sebentar didepan toko Smith. Ini pertama kalinya mereka kesini tanpa Coolio

"Aku malu" kata Aaron

"Ayolah"

Mereka masuk kedalam. Orang pertama yang harus mereka temui adalah Elda, perempuan yang berdiri dibelakang meja administrasi. Terakhir kesini, Aaric menghinanya. Semoga perempuan itu lupa tentang kejadian lalu

Elda yang sedang berjongkok mengambil pena nya yang terjatuh, terkejut saat dia berdiri ada dua orang kembar didepanya

"Hai" Aaron mulai menghangatkan suasana

Elda menatap mereka bergantian, akhirnya dia paham. Mereka anak Coolio, teman Boss-nya

"Ada yang bisa kubantu?" Tanya Elda ramah

Aaric bersyukur Elda tidak membahas pertemuan mereka waktu itu

"Apa paman Smith ada?" Aaric mencoba tersenyum ramah pada Elda, walau sejujurnya rasanya sangat sakit karena lukanya

Elda meringis melihat luka Aaric "Dia ada tamu sekarang" Jawab Elda "Kalian bisa menunggu kalau mau"

Aaron memelas "Apa lama?"

"Kemungkinan tidak, sudah hampir dua jam mereka didalam"

"Kami akan menunggu" jawab Aaric yang lagi-lagi diiringi senyuman

"Kalian bisa menunggu disana" Elda menunjuk kursi panjang tempat customer menunggu giliran membayar "Maaf, tapi apa boleh aku mengobati lukamu?"

Aaric menatap Elda heran

"Aku tidak bisa melihatnya terbuka, itu bisa infeksi" lanjut Elda

Karena terlalu lama diam, akhirnya Aaron yang menjawab "Boleh, itu akan mengurangi sakitnya kan? Bukan begitu Aaric?"

Aaric melotot pada Aaron. Dia sedang menggodanya. Aaron tahu bahwa Aaric tidak bisa disentuh orang lain secara terang-terangan. Tapi saat ini, dia juga butuh sesuatu untuk membuat lukanya tidak sesakit ini

"Baiklah"

Mereka duduk dikursi panjang yang tadi ditunjuk Elda, sedang perempuan itu pergi entah kemana. Katanya ingin mengambil kotak P3k

Elda kembali, tentu dengan sebuah kotak. Dia duduk disebelah Aaric dan mulai membersihkan lukanya. Aaric harus menahan sakit, tapi dia juga harus menahan sesuatu yang paling penting. Keberadaan Elda yang tepat disampingnya. Dia harus kuat sampai Elda selesai

"Apa kau lama bekerja disini Elda?"

Sial, kenapa Aaron harus mengajak Elda bicara saat Aaric sedang mati-matian menahan sesuatu

"Sejak aku berumur enam belas tahun" jawab Elda tepat disebelah wajah Aaric

"Wow, apa kau tidak sekolah?"

Aaric memukul tangan Aaron agar dia berhenti bertanya, tapi dia lupa bahwa Aaron bodoh karena Aaron hanya mengusap tangan yang dipukul Aaric

"Disini wajib sekolah hanya untuk orang-orang tertentu, seperti kalian contohnya" Elda membuka bungkus plester dan memasangkanya "Hidup di Italia dan mendapat pekerjaan, adalah hal paling menguntungkan bagi rakyat tidak mampu seperti ku" Dia selesai memasangkan plester tapi belum beranjak karena Aaron masih bertanya

"Apa kau tidak hidup bebas disini?"

"Hidup bebas? Aku punya seorang Ibu dan kami harus bisa bertahan hidup disini, tidak ada hidup bebas di Italia semua orang punya peraturan mereka sendiri. Aku lebih baik bekerja disini, daripada hidup bebas diluaran seperti yang kau bayangkan"

"Maksudku hidup bebas itu adalah bersenang-senang Elda"

"Aku mengerti, dan aku tidak akan mengingkan hidup seperti itu" Elda membereskan kotak obatnya dan berdiri "Karena disini selain Mafia, yang bisa hidup bebas hanyalah seorang pelacur"

Elda pergi dan kembali ke mejanya

Aaron menoleh pada Aaric dan tersenyum menggoda

"You like her"

Aaric langsung memukul wajah Aaron "Dia sudah tua"

"Kau bilang dia baru empat tahun bekerja disini, aku menghitungnya tadi saat dia bilang bekerja sejak umurnya enam belas tahun. Berarti dia sekarang sembilan belas tahun Aaric"

"Dan tidak ada urusan denganku"

"Aku akan menceritakan pada mommy saat sampai"

Aaric langsung menarik rambut ikal Aaron "Jangan berani-beraninya kau bodoh"

Dan melepaskanya

Akhirnya, orang yang mereka tunggu datang. Smith keluar dari ruangan bersama tamunya. Elda menghampiri Smith dan berbicara padanya, kemudian
Smith melihat kearah mereka

Laki-laki ini sama bentuknya seperti Coolio, Aaric tahu saat pertama kali melihatnya. Dia yakin Smith pun bisa membunuh siapapun yang menghalangi jalanya. Bedanya dari Coolio, Smith tidak selalu menunjukan sisi kerasnya. Pria itu lebih hangat daripada Ayah mereka

"Hay boy, apa ingin mencari mobil lagi?"

Aaric dan Aaron saling menatap satu sama lain

"Tidak"

Smith menaikan kedua alisnya

"Apa kalian kesini tanpa Coolio? Dimana dia?"

"Lupakan dia, kami butuh bantuan mu"

"Bantuanku?"

Mereka mengangguk "Bantu kami pulang ke Las vegas"

Smith menatap mereka tidak percaya

.
.
.

Continue Reading

You'll Also Like

142K 11.9K 50
Hidup adalah tentang perjalanan, baik buruknya hanya tuhan yang tahu, tugas kita sebagai manusia adalah menjalani dan memahami maknanya. Seorang rem...
376K 31.3K 155
Title: Death Is the Only Ending for the Villainess BACA INFO!! Novel Terjemahan Indonesia. Hasil translate tidak 100% benar. Korean » Indo (90% by M...
499K 40.5K 33
Kehidupan Evelyn yang sempurna berubah setelah kematian kedua orang tuanya. Ia harus menjual harta dan kediamannya untuk membayar hutang keluarga. Se...
2.4K 254 32
Khanza tidak pernah tahu apa yang sebenarnya semesta rencanakan pada tiap lika-liku kehidupan nya. Selama ini, kehidupan Khanza baik-baik saja. Ia ba...