The JERK From SEATTLE

By whiskeypink

118K 4.8K 71

❌Don't Copy My Story❌ _______________ Joanna White perempuan 22 tahun memiliki hidup yang begitu rumit setela... More

Chapter One
Chapter Two
Chapter Three
Chapter Four
CAST! YOU GUYS MUST SEE IT!
Chapter Five
Chapter Six
Chapter Seven
Chapter Eight
Chapter Nine
Chapter Ten
Chapter Eleven
Chapter Twelve
Chapter Thirteen
Chapter Fourteen
Chapter Fiveteen
Chapter Sixteen
Chapter Seventeen
Chapter Eighteen
Chapter Nineteen
Chapter Twenty
Chapter Twenty-One
Chapter Twenty-Two
Chapter Twenty-Three
Chapter Twenty-Four
Chapter Twenty-Five
Chapter Twenty-Six
Chapter Twenty-Seven
Chapter Twenty-Eight
Chapter Twenty-Nine
Chapter Thirty
Chapter Thirty-One
Chapter Thirty-Two
Chapter Thirty-Three
Chapter Thirty-Four
Chapter Thirty-Five
Chapter Thirty-Six
Chapter Thirty-Seven
Chapter Thirty-Eight
Chapter Thirty-Nine
Chapter Fourty
ANOTHER STORY
Chapter Fourty-Two
Chapter Fourty-Three
Chapter Fourty-Four
Chapter Fourty-Five
Chapter Fourty-Six
Chapter Fourty-Seven
Chapter Fourty-Eight

Chapter Fourty-One

1.4K 54 3
By whiskeypink

"Nathan, hentikan!" Aku menarik tubuh Nathan agar menjauh dari Floyd. Wajah Floyd sudah sedikit terdapat tanda kebiruan karena beberapa pukulan dari Nathan.

"Pergi dari sini!" Teriak Nathan. Floyd menatap Nathan dengan sangat tajam, seakan ia ingin memangsa kekasihku.

"Floyd.."

"Anna, kau tidak seharusnya bersama laki-laki ini. Dia kasar. Dia bisa saja terus menyakitimu."

"Bajingan!"

Buk!

"Anna akan bersama siapa itu adalah urusannya. Bukan urusanmu!" Nathan menduduki tubuh Floyd dan memberikan beberapa lagi pukulan hingga Floyd melemah.

Aku melihat Floyd tak melawan Nathan dan hanya tertawa pelan, "Nathan!" Aku mencoba menarik Nathan, namun ia menghempas diriku sehingga aku terdorong kebelakang.

"Anna!" Teriak Floyd.

Nathan melirik ku dan ia menatapku tak percaya, "Hei, maafkan aku."

"Tidak apa. Hentikan semua ini, Nathan. Kumohon."

"Asalkan dia keluar dari sini dan berjanji akan berhenti menganggumu."

"Itu hak ku jika ingin berhubungan dengan Anna." Sergah Floyd yang sudah berdiri dihadapanku.

"Apa kau ingin wajahmu itu semakin babak belur, huh?!"

"Aku tidak takut padamu, Nathan. Kau hanya laki-laki temperamen yang suatu saat nanti akan menyakiti Anna. Ia bahkan tidak pantas untuk laki-laki seperti mu, dia terlalu sempurna."

"Sialan!"

"Sudah! Hentikan!" Aku menahan tangan Nathan agar tak mendekati Floyd, "Floyd, kumohon. Pergilah." Aku menatapnya dengan tatapan memohon. Ia menghela nafas panjang sebelum melangkah pergi dari dalam apartemen ku.

Nathan membantuku berdiri dan ia cemas dengan kondisiku yang di tepis olehnya. Tapi, sungguh. Aku tidak apa-apa, walaupun memang tenaga Nathan tadi sangatlah kuat, tapi aku baik-baik saja.

"Maafkan aku, sayang."

"Aku tidak apa-apa, Nathan. Sungguh."

Nathan menatapku sejenak sebelum ia mendekatkan bibirnya padaku. Mencium ku seakan kami telah lama tak bertemu. Seakan kami akan musnah setelah ciuman ini. Ciuman nya sungguh berbeda dari biasanya, ini sedikit panas dan terburu-buru.

"Nathan.."

"Ya?"

"Kau tak apa?"

Nathan mengangguk pelan, "Ya, aku baik-baik saja. Aku hanya merindukanmu." Ia kembali mencium ku.

Tangannya meremas bokong ku dengan lembut dan mendekatkan tubuhku padanya. Aku merasakan nafasnya begitu terburu-buru. Tidak, ini tidak seperti biasanya. Aku mendorong tubuh Nathan agar sedikit menjauh.

"Kau sedang tidak baik-baik saja, bukan?"

"Aku baik-baik saja. Aku hanya sedikit kesal karena mendapati si sialan itu berada disini. Sedang apa dia?"

Aku mencoba mencari jawaban yang bagus, selain harus jujur tentang apa yang Floyd utarakan padaku tadi.

"Dia hanya ingin bertemu Larry."

"Kau yakin hanya itu?"

"Ya. Ia ingin mengajak Larry untuk bermain kerumah nya bersama Sheila, tapi sayang sekali Larry sedang tertidur." Aku mencoba untuk menjawab dengan santai agar Nathan tak curiga. Ia mencoba menilai ekspresi ku, "Aku harap kau jujur, sayang."

"Aku jujur. Apa kau tidak percaya padaku?"

"Aku percaya." Dia mengecup bibirku sekilas, "Bersiap-siaplah, Ibuku memintaku untuk makan malam dirumah sialan nya. Dan ia ingin aku mengajakmu."

"Tapi aku harus bekerja, kau ingat?"

"Bolos malam ini, Anna. Aku muak melihat kau dan dia bertemu malam ini."

"Aku tidak bisa, Nathan. Aku sudah sering izin untuk tidak bekerja, aku tidak enak dengan karyawan lain."

Nathan menghela nafas, ia mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu di layar ponsel, "Aku sudah mengirim pesan pada bajingan itu bahwa kau tidak masuk malam ini. Atau mungkin kau harus berhenti saja dari bar sialan itu?"

"Tidak, Nathan. Aku harus bekerja, kalau tidak bagaimana aku bisa membiayai sekolah Larry dan kehidupan kami?"

"Aku bisa."

"Tidak." Aku menggeleng pelan, "Anna.."

"Tidak, Nathan. Kumohon jangan seperti ini.."

"Baiklah, kau akan tetap bekerja disana asal malam ini kau bolos."

Aku menatap manik mata Nathan yang menunggu jawabanku. Ia menarik sebelah alisnya menuntut jawaban dariku. Dengan malas, aku menghela nafas panjang lalu mengangguk.

"Gadis pintar." Ia mengecup bibirku lalu berdiri, "Kau mau kemana?" Tanyaku.

"Mandi. Apa kau ingin mandi bersamaku?"

Seketika pipiku memanas. Ini begitu frontal untuk diucapkan, dasar Nathan sialan!

"Pipimu memerah, sayang. Kau tak harus malu padaku. Aku sudah melihat seluruh tubuhmu, kau ingat?"

"Nathan!"

Dia terkekeh pelan kemudian berjalan masuk kedalam kamar. Sungguh ucapan Nathan sering kali membuat pipiku memanas. Efek ucapan Nathan ternyata sungguh besar padaku.

Aku kembali pada duniaku. Mengingat ucapan Floyd tadi, membuatku jadi terus memikirkan nya. Ia ada benar nya, Nathan memang selalu membuat ku kesal. Ia selalu membohongiku. Tapi tak dapat ku pungkiri bahwa aku mencintainya. Dialah laki-laki yang aku cintai.

Mungkin aku terlalu bodoh untuk terus menetap, padahal ia sudah beberapa kali membuatku sedih. Entahlah, Nathan seperti candu bagiku. Yang aku tidak tahu harus bagaimana untuk menghilangkan rasa cintaku padanya.

***

"Bagaimana penampilanku?" Tanyaku pada Nathan, setibanya kami didepan rumah Loren. Nathan memandang ku sejenak, "Kau sempurna." Bisiknya, lalu mengecup bibiku pelan.

Ia keluar dan membukakan pintu untukku. Kami berjalan dengan santai dan mengetuk pintu rumah nya. Tak lama, Loren membukakan pintu dengan wajah gembira nya.

"Hai, Anna. Aku senang melihatmu lagi. Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik. Kau sendiri?"

"Seperti yang kau lihat. Aku sangat baik."

Aku terkekeh pelan, "Ya, aku dapat melihat itu." Loren tersenyum lebar lalu menatap putra nya dengan seksama, "Kau sangat tampan, sayang." Loren mencoba mengelus pipi Nathan, namun ia malah menghindar dari Ibunya.

"Nathan.." Bisikku.

"Tidak apa. Um, pasti kalian sudah lapar, bukan? Ayo, kita ke meja makan. Aku sudah memasakkan banyak sekali makanan untuk kalian berdua."

"Kau tak perlu merepotkan dirimu, Loren." Aku memberikan senyum lebar padanya.

Dapat aku dengar dengusan dari belakang. Nathan menyusul kami berdua dan ia duduk disebelah ku dengan malas. Aku yakin, ia datang kesini karena terpaksa.

"Kau mau ayam panggang nya?"

"Boleh." Jawabku. Loren memotong daging ayam untuk ku dan Nathan. Ia lalu menuangkan kentang tumbuk dan beberapa sayuran ke piring kami berdua. Kelihatannya ini sangat lezat, dari aroma nya saja sudah berhasil membuat perutku berbunyi. Untung saja mereka berdua tidak mendengarnya.

"Ini adalah makanan kesukaan Nathan. Aku sengaja membuat semua ini karena ini adalah malam spesial."

Aku melirik Nathan yang memutar bola matanya malas, "Aku bisa lihat itu." Aku melihat Nathan memakan semuanya dengan lahap.

Aku dan Loren asik mengobrol selepas makan malam selesai. Nathan menyibukkan dirinya di halaman belakang dimana kata Loren, Nathan sangat suka duduk di tepi kolam sejak kecil. Aku langsung menghampiri Nathan, disana ia tengah melamunkan sesuatu.

"Hei, ternyata kau disini."

Ia memandang ku dengan terkejut, "Hei." Sapa nya. Aku ikut duduk disebelahnya, "Kau melamunkan apa?"

"Bukan apa-apa. Aku hanya bosan disini."

"Kenapa? Ini kan rumah mu juga. Apa kau tak merindukan Loren, hm?"

"Tidak."

Ia membuang wajahnya dariku. Aku tahu jelas ia tengah berbohong. Ia pasti sangat merindukan sosok Ibunya selama ia menjauh. Sikap acuh tak acuh Nathan membuat ia membentengi dirinya untuk menyadari bahwa ia telah berbohong pada dirinya sendiri.

"Apa kau masih lama disini? Jika tidak, ayo pulang." Ajaknya. Aku memutar bola mataku, "Apa kau tak ingin berlama-lama disini?"

"Tidak. Tidak pernah."

"Nathan--"

"Anna, jika kau ingin memaksa ku untuk berlama-lama disini, aku tidak akan segan meninggalkanmu sendirian."

Aku tercengang, ia dengan tega akan meninggalkanku sendirian disini? Tanpa nya?

"Apa kau yakin dengan ucapanmu?"

"Ya, aku sangat yakin, Anna."

Aku menunduk, "Baiklah, aku akan berlama-lama disini." Ia seketika menoleh padaku dengan tatapan terkejut, "Kau tidak bersungguh-sungguh, iya kan?"

"Apa kau melihat wajahku tengah bercanda, Nathan?"

Dia tertawa mencemooh, "Kau becanda. Kau sedang mengerjaiku, bukan?"

"Tidak."

Ia terdiam dan menunduk sejenak, "Nathan, Loren sangat merindukanmu. Ia adalah Ibumu. Ibu yang melahirkan mu, Nathan. Kenapa kau sangat membencinya?"

"Kau mau tahu kenapa aku sangat membenci perempuan itu, huh?!"

"Kenapa?"

"Karena dia telah meninggalkan aku disaat Ayahku meninggal! Dia tidak perduli pada kematian Ayahku dan lebih memilih laki-laki sialan itu ketimbang aku dan Ayahku!!" Aku seketika terdiam. Itu tentu akan sangat membuatku terpukul jika hal itu terjadi padaku.

"Nathan, maafkan aku. Aku--"

"Sudahlah. Jika kau ingin lebih lama disini, silahkan saja. Aku mau pulang." Dia berdiri dan meninggalkan aku sendirian di tepi kolam. Dapat aku lihat Loren menatap kami dari kejauhan dengan air mata yang sudah meluncur deras di pipinya.

TBC

JANGAN LUPA VOTE ZHEYENK ZHEYENK KU SEMUA!😝

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 90.2K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
1.4M 133K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
1.4M 69.4K 69
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
3.3M 34.7K 31
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...