Chapter Fourty-Five

1.4K 52 0
                                    

"Apa kau yakin baik-baik saja? Wajahmu sejak tadi terus saja murung, Nathan."

Aku memandang Anna sejenak, ia melihatku dengan begitu lekat tanpa berkedip. Aku mencoba untuk bersikap biasa saja, namun ketakutan ku sejak tadi malam terus saja menghantui ku.

Rasa takut akan kehilangan terus menghampiriku seperti hantu. Aku bahkan tidak dapat untuk tidur, merasakan mata ini terpejam sebentar saja, aku sudah terbangun kembali karena aku membayangkan Anna pergi meninggalkan ku.

"Aku tidak apa, hanya.. memikirkan kondisimu saja."

"Kau yakin? Apa kau masih marah padaku soal.. ibumu?" Aku menggeleng pelan, "Tidak. Tolong jangan bahas itu, Anna."

"Baiklah. Lalu jika bukan itu, apa yang membuatmu kacau seperti ini?"

"Bukan apa-apa, sudah ku bilang aku hanya mengkhawatirkan mu. Itu saja."

Anna menunduk sejenak, "Baiklah jika kau tidak ingin berkata yang sebenarnya padaku. Aku tidak akan memaksa."

"Anna, percayalah. Aku baik-baik saja. Aku hanya, merasa bersalah karena tidak becus menjagamu hingga kau seperti ini. Maafkan aku."

"Nathan.. ini bukan kesalahanmu. Ini sebuah kecelakaan."

Aku melihatnya yang menatap ku dengan begitu lembut. Tatapan yang seketika membuat emosiku turun, "Tapi aku salah karena telah hilang seharian penuh tanpa memberikan mu kabar."

"Kau kemana saja kemarin?"

Sialan. Aku harus jawab apa? Aku bahkan belum menyiapkan jawaban untuk nya. Ayolah Nathan! Putar otakmu!

"Aku.."

"Anna!" Seketika kami menoleh, Larry masuk dengan tergesa-gesa dan langsung memeluk Anna.

"Hai, kau datang bersama siapa?"

"Floyd. Apa kau baik-baik saja? Kau kenapa?"

"Aku baik-baik saja, Larry. Kau tak perlu mencemaskan aku. Apa kau sudah makan?"

"Hm, sudah. Aku sangat sedih, Anna."

Anna mengelus rambut Larry dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang. Raut wajahnya begitu menggambarkan sosok keibuan pada Larry. Aku senang, aku memiliki Anna.

"Lalu dimana Floyd?"

"Dia sudah pergi, katanya mau ke kantor polisi." Jelas Larry.

"Aku ke kantin sebentar untuk membeli segelas kopi." Ucapku. Anna mengangguk dan kemudian aku berlalu pergi setelah mengecup lembut keningnya.

Anna's POV

Aku memandang punggung Nathan yang keluar dari ruangan ini. Ia begitu terlihat aneh dan kacau. Tak biasanya ia murung seperti ini. Bahkan, lingkaran hitam di matanya membuat aku yakin, jika ia tidak tidur semalaman.

"Kapan kau akan pulang? Aku tidak ingin berlama-lama dirumah Floyd. Memang, disana asik. Tapi, aku tidak bisa sendirian tanpa kau, Anna." Larry merengek di sebelahku.

"Jika aku sudah sembuh, aku akan segera keluar dari rumah sakit. Tapi, untuk sekarang ini, kau tinggal bersama Floyd, ok? Dan aku mohon, jangan nakal disaat kau disana. Bisa?"

"Hm. Tapi, kau janji. Kau harus segera pulang, ok?"

"Aku janji."

Ia tersenyum lebar dan memeluk ku dengan berjinjit karena ia sulit menjangkau diriku yang tengah berbaring di ranjang.

***

The JERK From SEATTLEWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu