Chapter Twenty-One

2.2K 94 5
                                    

Aku hanya diam dan tak berbicara sedikitpun saat berada di dalam mobil Floyd. Ia menawarkan untuk menjemputku saat tau aku pergi dari rumah Nathan, tapi aku tak memberitahu nya apa alasanku pergi. Itu sedikit menjijikan, aku rasa. Kami tiba didepan pagar yang sangat tinggi besar yang terbuka menampakkan pemandangan indah di dalam nya. Disepanjang jalan banyak sekali pohon membuat udara disini terasa lebih sejuk.

Terlihat dari jauh mansion besar milik Floyd yang membuat aku tak henti-hentinya bersumpah diri dalam hatiku. Rumah nya sangat besar dan mewah. Ia membuka kan pintu ku dan menyambut ku keluar dari mobil, "Tidak ada yang tinggal disini kecuali adikku, Sheila. Jadi anggap saja kau berada dirumahmu sendiri, ok?" Aku mengangguk canggung.

Floyd membawa koperku dan kami berdua masuk kedalam rumah. Wow, bahkan isi rumah ini lebih mengejutkan dari penampakan nya diluar. Ada piano di ujung ruangan, apa Floyd pandai bermain piano? Mungkin saja, kalau tidak, benda itu tidak akan ada disana.

"Kau pasti lelah, akan aku antar kau ke kamarmu."

Kami berjalan ke lantai dua, sebuah pintu yang besar berada di depan kami. Ia membukanya dan ketika aku masuk, holly shit!! Bahkan kamar ini dua kali lipat dari kamarku yang ada di penthouse milik Nathan. Ranjang nya sangat besar dan aku yakin aku akan merasa kesepian tidur disana sendiri.

"Aku harap kau menyukai kamarmu." Ucapnya ketika ia meletakkan koper milikku tak jauh dari meja rias yang begitu indah.

"Apa kau becanda? Ini sungguh menakjubkan, Floyd. Rumahmu sangat menakjubkan." Aku tersenyum kecil dan Floyd hanya bisa menggaruk tengkuk nya sembari tersenyum canggung.

"Ok, selamat malam, Anna. Beristirahatlah."

"Selamat malam, Floyd." Ia menutup pintunya dan aku segera mengganti pakaian tidurku lalu langsung terjun ke atas ranjang besar itu hingga akhirnya aku terlelap sampai pagi tiba.

Aku memakai pakaian biasa saat aku siap mandi. Tidurku tidak lah baik, aku bermimpi Nathan mengejar ku dan melanjutkan aksi kacau nya itu padaku. Sungguh, melihat Nathan tadi malam sangat membuatku terpukul. Apa yang ada dipikirannya? Apa dia sungguh tidak sadar jika ia menyakitiku?

"Anna?"

Aku mendengar Floyd mengetuk pintu kamarku, aku segera membuka nya dan melihat dirinya membawa senampan besar berisikan sarapan untukku, "Ini sarapan mu."

"Yaampun, Floyd. Kau sungguh tidak perlu melakukan hal ini untukku, aku bisa turun untuk mengambilnya."

"Kau mau kemana?" Tanya nya saat sadar dengan pakaianku.

"Um, kerja."

Dia terlihat terkejut, "Kerja? Dimana?"

"Um, hanya sebagai karyawan di tempat makan cepat saji. Sekedar menambah penghasilanku untuk membeli rumah agar aku dan adikku bisa tinggal bersama."

"Astaga, betapa tidak sopan nya aku membuatmu memegang ini sangat lama." Aku meraih nampan itu dan membawanya keatas ranjang.

"Kau bisa membawa adikmu untuk tinggal disini, jika kau mau. Kau tau? Rumah ini masih sangat cukup untuk menerima kehadiran adikmu, Anna."

Aku menggeleng pelan, "Um, tidak, Floyd. Kau sudah sangat membantuku. Aku bahkan tidak tau harus membalas budimu bagaimana."

Ia berjalan mendekati ku, "Kau tak perlu membalas segala bantuanku, Anna. Aku ikhlas membantumu dan tak mengharapkan imbalan apapun." Aku menatapnya sejenak, "Um, maaf. Tapi aku rasa aku tetap tidak bisa menerima bantuan mu untuk tinggal disini. Maaf, Floyd." Dia mengangguk pelan.

"It's ok. Jika kau butuh bantuanku, katakan saja." Aku mengangguk.

Saat Floyd meninggalkan ku dikamar, aku segera menghabiskan sarapannya dan ketika aku siap aku membawanya ke dapur kembali.

"Siapa kau?" Aku terkejut dan sontak melihat ke belakang. Ada gadis yang mungkin umurnya sedikit lebih tua dari Larry, ia sangat cantik.

"Um, aku Anna."

"Ok, Anna. Apa yang kau lakukan disini?"

"A-aku.."

"Dia temanku, Sheila. Aku yang membawanya kemari tadi malam."

Ah, iya. Bagaimana aku bisa lupa jika itu adalah adik Floyd yang ia katakan semalam. Sheila sangat cantik dengan rambut lurus panjang nya itu. Sama seperti Floyd, mereka berdua sangat tampan dan cantik.

Sheila kelihatan menahan tawanya, "Kau tak biasanya membawa seorang wanita kerumah ini, Floyd!" Akhirnya tawa geli nya pecah. Apa dia bilang? Aku melihat Floyd menggaruk tengkuknya. Aku menatapnya dan ia mengangguk kecil sebagai pengakuan bahwa ucapan Sheila adalah benar.

"Um, betapa tidak sopan nya aku tidak mengenalkan diriku. Aku, Sheila Mackenzie." Ia menyodorkan tangan kecilnya padaku dan aku menggapai nya.

"Senang bertemu denganmu, Sheila. Kau sangat cantik."

"Ah, kau terlalu berlebihan, Anna." Dia terkekeh geli, "So? Apa kau kekasih kakak ku?" Apa?! Tidak. Tidak. Bagaimana bisa Sheila mengatakan aku ini kekasih Floyd?

"Sheila. Sudah ku katakan padamu, Anna ini adalah temanku. Dia juga bekerja di bar-ku."

"Aku hanya becanda, Floyd. Kenapa wajah kalian berdua mendadak memerah, huh?"

"Bukan apa-apa." Jawab aku dan Floyd serentak. Sebelum semuanya semakin kacau, aku sebaiknya segera pergi kerja.

"Floyd? Bisakah kau mengantarkan ku hingga ke jalan besar?"

"Kenapa? Aku bisa mengantarkanmu ketempat kerjamu."

"Um, aku takut merepotkanmu."

"Itu tidak mungkin. Ayo, aku antarkan."

"Bolehkah aku ikut?" Sheila memasang puppy eyes nya pada Floyd, namun Floyd menggeleng, "Tidak. Kau dirumah saja."

"Oh, ayolah! Aku bosan dirumah sendirian. Boleh kan, Anna?"

"Um, tentu saja. Kenapa tidak?"

"Aku sangat menyukaimu! Tunggu, aku akan mengambil ponselku. Jangan pergi tanpa aku, guys!" Ia berteriak sepanjang anak tangga dan aku hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah Sheila yang sungguh menggembirakan. Aku jadi merindukan Larry-ku. Apa kabarnya? Apa dia baik-baik saja disana?

"Anna?"

Aku tersadar dan segera mengambil tas ku lalu pergi. Sepanjang jalan Sheila terus menceritakan bagaimana Floyd dirumah. Aku tak jarang tertawa mendengar lelucon yang Sheila buat. Dan tak jarang Floyd memarahinya dan mengancam akan menuruninya di tepi jalan jika masih terus berbicara tentang nya.

Aku mendesah pelan ketika kami akhirnya tiba di tempat kerjaku, "Kau bekerja di McDonalds?" Aku mengangguk pada Sheila.

"Aku sangat suka kentang goreng nya. Bisakah kau pulang membawa kan ku satu?" Aku mengangguk lalu tersenyum. Floyd menegur Sheila untuk tidak merepotkan ku.

"Tidak apa, Floyd. Kalau begitu aku kerja dulu. Makasih atas tumpangannya."

"Anna! Telfon aku jika kau sudah pulang, ok?" Aku terdiam sejenak dan akhirnya mengangguk setelah melihat Sheila memberi kode anggukan di kursi belakang, "Ok. Aku akan menelfonmu."

Saat aku masuk, Noel berdiri di dekat kasir dan berbicara dengan Lisa. Kasir disini.

"Hai, Anna."

"Hai."

Noel melirik keluar dimana saat mobil Floyd meninggalkan tempat ini, "Apa itu kekasihmu?" Aku menggeleng pelan, "Tidak. Dia bos ku juga. Aku bekerja di bar miliknya.

"Oh, oke."

Aku berjalan masuk kedalam ruang ganti, namun Noel menahan tanganku, "Apa kau lupa, kau seharusnya libur dan pergi menonton denganku?" Ah iya, bagaimana aku bisa melupakan itu? Aku sudah berjanji untuk memberikan kepastian padanya secepat mungkin.

"Um, baiklah."

Noel menarik tanganku dan bergegas keluar. Semua pekerja disini menatap kami dengan heran. Tentu saja, sejak kapan seorang bos memegang tangan karyawan nya didepan semua orang dan membawanya masuk ke dalam mobil BMW mewah milik si bos?

To Be Continued.

The JERK From SEATTLEWhere stories live. Discover now