Chapter Fourty-One

1.4K 54 3
                                    

"Nathan, hentikan!" Aku menarik tubuh Nathan agar menjauh dari Floyd. Wajah Floyd sudah sedikit terdapat tanda kebiruan karena beberapa pukulan dari Nathan.

"Pergi dari sini!" Teriak Nathan. Floyd menatap Nathan dengan sangat tajam, seakan ia ingin memangsa kekasihku.

"Floyd.."

"Anna, kau tidak seharusnya bersama laki-laki ini. Dia kasar. Dia bisa saja terus menyakitimu."

"Bajingan!"

Buk!

"Anna akan bersama siapa itu adalah urusannya. Bukan urusanmu!" Nathan menduduki tubuh Floyd dan memberikan beberapa lagi pukulan hingga Floyd melemah.

Aku melihat Floyd tak melawan Nathan dan hanya tertawa pelan, "Nathan!" Aku mencoba menarik Nathan, namun ia menghempas diriku sehingga aku terdorong kebelakang.

"Anna!" Teriak Floyd.

Nathan melirik ku dan ia menatapku tak percaya, "Hei, maafkan aku."

"Tidak apa. Hentikan semua ini, Nathan. Kumohon."

"Asalkan dia keluar dari sini dan berjanji akan berhenti menganggumu."

"Itu hak ku jika ingin berhubungan dengan Anna." Sergah Floyd yang sudah berdiri dihadapanku.

"Apa kau ingin wajahmu itu semakin babak belur, huh?!"

"Aku tidak takut padamu, Nathan. Kau hanya laki-laki temperamen yang suatu saat nanti akan menyakiti Anna. Ia bahkan tidak pantas untuk laki-laki seperti mu, dia terlalu sempurna."

"Sialan!"

"Sudah! Hentikan!" Aku menahan tangan Nathan agar tak mendekati Floyd, "Floyd, kumohon. Pergilah." Aku menatapnya dengan tatapan memohon. Ia menghela nafas panjang sebelum melangkah pergi dari dalam apartemen ku.

Nathan membantuku berdiri dan ia cemas dengan kondisiku yang di tepis olehnya. Tapi, sungguh. Aku tidak apa-apa, walaupun memang tenaga Nathan tadi sangatlah kuat, tapi aku baik-baik saja.

"Maafkan aku, sayang."

"Aku tidak apa-apa, Nathan. Sungguh."

Nathan menatapku sejenak sebelum ia mendekatkan bibirnya padaku. Mencium ku seakan kami telah lama tak bertemu. Seakan kami akan musnah setelah ciuman ini. Ciuman nya sungguh berbeda dari biasanya, ini sedikit panas dan terburu-buru.

"Nathan.."

"Ya?"

"Kau tak apa?"

Nathan mengangguk pelan, "Ya, aku baik-baik saja. Aku hanya merindukanmu." Ia kembali mencium ku.

Tangannya meremas bokong ku dengan lembut dan mendekatkan tubuhku padanya. Aku merasakan nafasnya begitu terburu-buru. Tidak, ini tidak seperti biasanya. Aku mendorong tubuh Nathan agar sedikit menjauh.

"Kau sedang tidak baik-baik saja, bukan?"

"Aku baik-baik saja. Aku hanya sedikit kesal karena mendapati si sialan itu berada disini. Sedang apa dia?"

Aku mencoba mencari jawaban yang bagus, selain harus jujur tentang apa yang Floyd utarakan padaku tadi.

"Dia hanya ingin bertemu Larry."

"Kau yakin hanya itu?"

"Ya. Ia ingin mengajak Larry untuk bermain kerumah nya bersama Sheila, tapi sayang sekali Larry sedang tertidur." Aku mencoba untuk menjawab dengan santai agar Nathan tak curiga. Ia mencoba menilai ekspresi ku, "Aku harap kau jujur, sayang."

The JERK From SEATTLEWhere stories live. Discover now