Chapter Fourty-Two

1.2K 50 1
                                    

Kejadian dimana Nathan meninggalkan aku dirumah Loren, memang sedikit membuatku kesal. Ia bahkan tak meminta maaf padaku setelah malam itu. Aku tahu, ia marah karena aku lebih memilih berlama-lama dirumah Ibunya. Tapi, aku tidak menyangka Nathan akan tega meninggalkan aku sendirian disana.

Bahkan, hari ini aku tidak mendengar kabarnya. Ia bersikap biasa saja setelah malam itu, tapi aku cukup merasa bersalah padanya.

"Hei, jika kau menerima pesan ini, aku harap kau menghubungi ku. Aku merindukanmu." Ucapku saat aku menelfon laki-laki itu, tapi malah terhubung pada voicemail nya.

Aku sudah lama tidak menelfon Paman. Kira-kira bagaimana kabarnya sekarang? Apa aku telah menjadi keponakan kurang ajar yang tidak menghubungi Paman ku sendiri?

Disaat dering ketiga, Paman mengangkat telfonku.

"Hai, Anna!"

"Hai, Paman. Bagaimana kabarmu? Maaf aku telah lama tidak menelfon mu, aku sangat sibuk belakangan ini."

"Tidak apa, sayang. Aku baik-baik saja, bagaimana kabar kedua keponakan tercintaku, hm?"

"Aku dan Larry baik-baik saja, Paman."

Saat aku hendak berbicara, Larry keluar dari kamarnya. Ia memandang ku dengan ekspresi penasaran.

"Apa kau ingin berbicara dengan Paman?"

"Paman? Tentu saja!"

Ia berlari dan duduk di sebelahku.

"Paman! Aku sangat merindukanmu!"

Aku memandang wajah Larry yang begitu antusias bertelfon dengan Paman. Ia sesekali tertawa kecil dan membahas hal ringan bersama Paman, seperti tentang sekolah nya lalu keseharian kami di apartemen.

"Ya, Anna sudah memiliki kekasih, Paman. Namanya Nathan!"

Aku membelalak kan mataku, "Larry!"

"Ya! Dia tampan!"

Aku meminta nya untuk diam dan tak membicarakan hal aneh pada Paman. Aku takut jika Larry menceritakan hal yang tidak-tidak selama Nathan disini.

"Dia baik." Larry menatapku sejenak lalu tertawa kembali. Aku penasaran apa yang Paman katakan pada Larry sehingga membuat Larry tertawa seperti itu. Apa pembahasan tentang Nathan adalah hal yang lucu?

Ting tong!

Aku membuka pintu saat mendengar bel berbunyi. Aku pikir itu adalah Nathan, ternyata itu adalah Floyd.

"Hai, Noel. Ada apa?"

"Aku ingin memberimu ini." Ia menyodorkan bungkusan besar yang aku tidak tahu apa isinya.

"Ini coklat untukmu."

"Sebanyak ini?" Ia mengangguk, "Aku baru saja kembali dari Paris, dan memikirkan oleh-oleh apa yang cocok untuk ku berikan untukmu."

"Ah, kau sungguh berlebihan Noel. Ini banyak sekali." Aku menerima bungkusan itu dan melihat isi dalam nya. Ini lebih dari sepuluh jenis coklat. Astaga!

"Aku tidak tahu kau akan suka yang mana, jadinya aku membeli semua ini untukmu."

"Apa itu?" Larry bersuara, tampaknya ia sudah selesai berbincang dengan Paman.

"Ini coklat. Ah, Noel, perkenalkan, ini adalah adikku namanya Larry. Larry ini temanku namanya Noel."

Larry terus memandang bungkusan yang aku pegang, "Kau mau? Ini, bawalah kedalam." Larry berteriak senang, ia langsung membawa semua coklat itu kedalam kamarnya.

The JERK From SEATTLEWhere stories live. Discover now