Chapter Seven

2.9K 147 0
                                    

"Aku hanya sekedar memilih, itu saja." Jawabku kaku. Nathan tertawa pelan dan kembali menatapku dengan wajah tak percaya.

"Kau sungguh pembohong yang lemah." Ujarnya. Apa dia tau kalau aku sedang berbohong? Tamat lah riwayat ku.

"Katakan. Kenapa?"

Aku menutup mataku sejenak dan tiba-tiba saja aku merasa sesuatu menyentuh bibirku. Hangat dan lembut. Saat aku membuka kedua mataku, Nathan sudah mencium bibirku!

Astaga!

Aku mencoba mendorongnya, namun ia tak ingin menjauh dariku. Ia mendorong tengkuk ku agar terus dekat dengannya. Aku sangat sulit bernafas, kenapa dia melakukan ini?

Saat Nathan berhenti menciumku, aku menatap kedua manik matanya. Gelap dan tajam. Aku tak percaya ia menciumku sedangkan tadi ia pergi menghindar saat aku memilih untuk menciumnya.

"Kenapa?" Tanyaku pelan.

Wajah Nathan masih sangat dekat dengan wajahku. Bahkan kedua hidung kami bersentuhan, "Kenapa?" Dia bertanya balik.

Aku menelan ludah. Dari sini aku dapat melihat wajah Nathan dengan begitu jelas. Ia sangat.. Tampan.

"Aku hanya penasaran denganmu." Ia tertawa tak percaya. Apa itu terdengar konyol di telinga nya?

"Kau? Penasaran denganku? Kenapa?"

"Bukan apa-apa."

Ia kembali memasang wajah dingin, "Katakan, Anna. Katakan. Atau aku akan menciummu lagi." Ia bersiap untuk mencium ku namun aku memalingkan wajah.

"Hanya penasaran. Itu saja." Jawabku cepat. Entah kenapa jantung ku begitu berdegub kencang setelah ia menciumku. Rasanya aneh.

"Berhenti ingin tau tentang aku atau kau akan menyesal nantinya." Ia mencoba untuk mengancam ku? Sungguh?

"Percayalah, kau tidak ingin berurusan denganku suatu saat nanti." Ia berlenggang pergi dan meninggalkan aku yang masih membeku disini. Sialan. Ia baru saja mencium ku dan mengancam ku dalam waktu bersamaan?

Pria sinting.

***

Sudah sangat lama aku tidak melihat batang hidung Nathan di bar. Atau ia sedang sibuk sehingga tak lagi berkumpul dengan yang lain nya? Apa ini ada hubungannya saat terakhir kali kami bertemu?

Membayangkan Nathan menciumku malam itu rasanya berbeda. Ciuman Nathan berbeda dengan beberapa pria yang pernah berciuman denganku. Sensasi yang Nathan tinggalkan sangat jauh sehingga sampai detik ini aku masih ingat bagaimana rasanya dicium oleh pria itu.

"Kau kenapa melamun?" Tanya Gladys. Kami tengah berada di sebuah cafe untuk meluangkan waktu bersama. Kedengaran nya itu lucu. Sungguh tiap malam kami hampir setiap hari berjumpa dan sekarang ingin meluangkan waktu berdua?

"Bukan apa-apa." Aku menyeruput kopi milikku, sesaat aku memiliki pertanyaan untuk Gladys.

"Hei, apa kau tau kemana Nathan? Aku tak pernah melihatnya belakangan ini." Ucapku.

"Ah, dia menghilang sejak hari dimana kita bermain truth or dare waktu itu. Tidak ada yang tau dimana keberadaan nya. Dia memang sering menghilang."

Aku mengangguk kecil, "Kenapa kau bertanya soal nya?"

"Tidak apa-apa. Hanya penasaran saja kenapa dia tidak pernah ke bar."

The JERK From SEATTLEWhere stories live. Discover now