Chapter Fourty-Four

1.2K 54 0
                                    

Saat Anna sudah tertidur lelap, aku dengan cepat pergi menuju frat. Aku akan menghajar Liam jika dia membocorkan semua ini pada Floyd. Sialan, bagaimana bisa bajingan itu mengetahui semua ini?!

"Dimana Liam?!"

"Santai, Nathan. Ada apa? Liam pergi bersama Harris untuk membeli beberapa botol wine."

Gladys menetap diriku dengan heran, "Dimana Anna? Tak biasanya kau sendirian."

"Anna ada dirumah sakit. Dia mengalami kecelakaan bersama Floyd tadi saat ingin pulang kerumah."

"Apa?! Kecelakaan? Lalu bagaimana kondisi Anna, Nathan?"

"Dia sudah membaik. Ada beberapa luka yang harus di jahit."

Dalam hatiku aku terus merutuki manusia sialan itu. Liam. Kenapa dia sangat lama?!

"Kapan Liam akan kembali?"

"Mungkin sebentar lagi. Apa kau memiliki urusan yang penting dengannya?"

"Aku--"

"Nathan! Kenapa kau kembali? Apa kau merindukanku, hm?"

Aku melihat Joy turun dari lantai dua bersama Patrick, ia memegang gelas merah di tangan kanan nya.

"Diam, Joy."

"Nathan.. wow, kau kembali, huh?"

Aku memutar tubuhku saat suara Liam terdengar oleh ku. Ia membawa dua kantung berisikan botol-botol wine dan minuman yang lainnya.

"Jawab aku. Apa kau membocorkan tentang aku dan Joy pada Floyd?!"

"Floyd? Aku tidak membocorkan tentang itu padanya."

Liam menyengir lebar. Ia dengan santai berjalan melewatiku dan meletakkan kantung-kantung itu di meja. Gladys masih menatapku dengan bingung, "Kau dan Joy? Apa maksud kalian?"

"Kau belum mengetahui berita panas itu, huh?"

"Diam, Liam!"

"Baiklah, aku diam." Dia tertawa dan menuangkan segelas wine dan meneguknya dengan cepat.

"Floyd tadi mampir kesini untuk mencarimu, tapi aku bilang jika kau sedang sibuk. Yeah, kau tahu."

Tanpa berpikir panjang, aku berjalan mendekati Liam dan memberikan pukulan di wajah sialan nya. Ucapan Liam tidak dapat dipegang. Ia mengingkari janjinya untuk tidak membocorkan pada siapapun.

"Kau berbohong padaku, sialan!" Aku menghantam wajahnya dengan kepalan tanganku berulang kali, ia hendak membalas namun aku lebih cepat kembali memberi pukulan kuat di pipi dan perut nya.

"Brengsek!"

Buk.

Ia berhasil membalas pukulan ku. Ia memukul pipi kanan ku hingga aku sedikit terdorong.

"Kau pikir kau hebat, huh?!"

Buk.

"Aku tidak takut padamu, Nathan! Kau hanya pecundang dengan emosi tinggi yang gila!"

"Tutup mulutmu, brengsek!!" Aku menjatuhkannya dengan darah yang ia muntahkan ke lantai.

Semua orang menatap kami dengan takut. Tak ada seorangpun yang berani mendekati apalagi sampai melerai kami berdua. Liam benar-benar sialan, ia pandai memanfaatkan keadaan. Ternyata ia sengaja meminta aku bercinta dengan Joy agar ia dapat merusak hubungan ku dengan Anna.

"Kau tahu ini apa?" Ia mengeluarkan flash disk dari saku celana nya. Dengan cengiran sialan nya itu aku mengerti sekali apa maksud ucapannya. Dasar brengsek!

The JERK From SEATTLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang