Chapter Fiveteen

2.5K 121 0
                                    

Aku terbangun saat merasakan ranjangku bergerak. Saat mataku terbuka, hal pertama yang aku liat adalah wajah Nathan yang begitu dekat denganku. Sontak aku berteriak dan mundur.

"Hei, calm down."

"Nathan! Apa yang kau lakukan disini?"

Aku melihat dirinya tidak memakai pakaian atas nya. Ia mengusap kedua matanya dan mencoba duduk.

"Tidur?"

Aku menghela nafas kasar. Wajah Nathan seperti orang yang tidak ada salah apapun. Aku heran, apakah sifatnya memang seperti ini atau bagaimana. Saat aku bertemu dengannya, aku tak mengira kalau Nathan memiliki sifat seperti ini.

"Jadi saat aku sudah tidur kau masuk dan ikut tidur bersamaku?"

"Bisa dibilang begitu."

Aku memutar bola mataku malas, "Nathan.. Kau pasti ingat kita ini hanya teman, bukan? Dan menurutku tidak ada teman yang tidur bersama. Atau bahkan berciuman." Aku merasa pipi ku memanas saat mengingat kami berciuman waktu lalu.

"Tapi kau suka saat aku menciummu, iya kan?"

Aku dengan cepat menggeleng. Iya, aku suka. Tapi bukan itu maksudku. Itu hal yang tak wajar, dimana kami bukanlah sepasang kekasih lalu saling berciuman dan tidur bersama. Itu menjadi hal aneh di hidupku sebelum mengenal dia.

"Jika kau terus seperti ini, mungkin aku lebih baik mencari tempat tinggal sendiri dari pada harus menumpang di rumah mu." Wajah Nathan berubah menjadi dingin.

"Terserah kau saja." Ia lalu berdiri dan keluar dari kamarku. Apa aku salah bicara? Tapi itu wajar. Dia sudah kelewat batas belakangan ini. Dan sebelum semuanya terlambat lebih baik aku berhati-hati, bukan?

Masa bodoh dengan Nathan yang pergi begitu saja. Aku harus segera bersiap-siap mandi. Hari ini aku berencana untuk bertemu dengan Gladys. Aku sudah lama tak bertemu dengannya. Dia juga tak datang ke bar beberapa hari ini. Aku yakin ada terjadi sesuatu padanya.

Saat aku tiba di cafe biasanya kami bertemu, aku melihat Gladys tengah duduk di dekat tepi jendela. Ia tampaknya tengah melamun kan hal yang pastinya sudah membuat dia sedih.

"Hei!" Sapa ku.

"Hei, Anna."

Wajah Gladys tak seceria biasanya, "Kau tak apa? Kau terlihat berbeda." Dia mengangguk pelan, "Kau mau pesan sesuatu?"

Sebelum aku menjawab, ia sudah memanggil pelayan cafe untuk segera mencatat pesanan ku.

"Coffee ice."

Saat pelayan itu pergi, aku kembali fokus pada Gladys. Ia lagi lagi kembali melamun kan hal yang aku tak tau apa.

"Kau ingin menceritakan nya padaku?"

"Jack."

Alisku terpaut bingung, "Ada apa dengan Jack?"

"Dia brengsek, Anna. Dia hanya memanfaatkan ku."

"Kau suka padanya?" Dia mengangguk lalu tak lama aku melihat air mata jatuh di pipinya, "Dan dia tau?" Ia kembali mengangguk.

"Itu bukan nya bagus, hm? Dia tau kau suka padanya. Lalu apa?"

"Dia hanya ingin mengambil keperawanan ku, Anna. Dia brengsek!"

Aku cukup terkejut saat tau Gladys ternyata masih virgin sesaat sebelum Jack merenggut nya.

"Apa yang terjadi? Bagaimana bisa?" Yeah, Gladys benar. Jack adalah brengsek.

Gladys menceritakan semuanya dari awal. Sejak ia masuk ke bar dan bertemu dengan Jack dan yang lain, ia sudah jatuh cinta pada Jack. Menurutnya, Jack adalah laki-laki yang berkharisma, tapi menurutku tidak. Dia tak jauh dari kata menjijikkan saat aku mengingat betapa sering nya dia menggoda ku dengan ucapan-ucapan manisnya.

The JERK From SEATTLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang