Chapter Thirty-Four

1.7K 73 1
                                    

Kami saling berpelukan setelah aksi panas kami di ranjang. Di kepalaku sangat banyak pertanyaan untuk Nathan. Ia membuatku penasaran, apa yang terjadi padanya hingga ia memilih mabuk.

Aku menatap wajahnya yang tengah tertidur pulas di sebelahku. Ada yang mengganjal di wajahnya. Dengan teliti aku melihat di sudut bibirnya sedikit membiru. Apa dia baru saja berkelahi? Aku mencoba menyentuh dengan pelan luka tersebut.

"Maaf karena membuatmu terbangun." Ia menatapku dengan matanya yang masih memerah, "Ujung bibirmu membiru. Kau baru saja berkelahi dengan siapa?" Dia menggeleng pelan sembari mengeratkan pelukannya padaku.

"Hanya orang yang tidak penting." Jawabnya santai. Apa ia berkata jujur? Lebih baik aku percaya saja ucapannya dari pada aku harus memancing emosinya.

"Kau sekarang jarang sekali emosi. Aku suka itu."

"Berkat kau." Dia mencium kening ku lembut. Aku tersenyum padanya.

Aku mendengar suara ketukan pintu. Dengan cepat aku melepaskan diriku dari pelukan Nathan dan memakai semua pakaianku. Sebelum aku berlari kedepan, aku memastikan kondisiku tidak terlihat seperti seseorang yang baru saja bercinta.

"Pakai pakaianmu, Nathan." Nathan memutar bola matanya lalu menuruti ucapanku.

"Hai." Ternyata itu adalah Floyd dan Larry, "Bagaimana? Apa Larry nakal disana?" Floyd menggeleng lalu tersenyum pada Larry, "Tidak. Dia anak yang baik dan penurut."

"Syukurlah."

Aku mengelus puncak kepala Larry dan menyuruhnya masuk.

"Apa kau ingin masuk?" Floyd menatap ke belakangku lalu menggeleng, "Aku ada urusan. Mungkin lain waktu." Aku mengangguk pelan dan kemudian aku merasakan seseorang memeluk pinggangku posesif.

Itu adalah Nathan. Dia menatap Floyd dengan datar, "Ada apa kau kemari?" Tanya nya langsung, "Bukan urusanmu."

"Tentu urusanku. Kau datang ke apartemen kekasihku."

Floyd sedikit terkejut mendengar Nathan menyebut ku sebagai kekasihnya, ia mengalihkan tatapan nya padaku untuk meminta jawaban. Aku mengangguk pelan.

"Aku hanya mengantarkan Larry pulang." Jawab Floyd.

"Oke, kau sudah melakukan tujuanmu. Sekarang pulang lah."

"Nathan.." Aku menatapnya tidak percaya. Dia mengusir Floyd?

"Kau bisa singgah jika kau mau." Ucapku cepat pada Floyd, "Tidak apa, Anna. Aku juga ada urusan. Lain waktu saja." Dia tersenyum lalu melangkah pergi.

Saat Nathan menutup pintu aku menatapnya dengan tajam, "Apa?" Tanya nya.

"Apa katamu? Kau menghusirnya dari apartemen ku sendiri, Nathan. Kau tidak sopan padanya."

"Kenapa aku harus sopan padanya? Apa kau senang dia ada disini? Didalam apartemenmu?" Aku menarik nafas panjang, "Bukan seperti itu maksudku, Nathan. Kenapa kau seperti membencinya?"

"Bukan 'sepertinya', tapi memang aku membencinya." Alisku terpaut, "Kenapa?" Dia menatapku dengan wajah 'kenapa kau bilang?'.

"Dia menyukai mu, Anna. Tidakkah kau sadar akan sikapnya padamu?"

"Nathan.."

"Sudahlah, Anna. Aku tidak memiliki tenaga untuk berdebat denganmu. Ayo, kembali tidur." Saat ia ingin menarik ku, aku mengelak, "Aku tidak mencoba berdebat denganmu. Kau yang memulainya."

"Terserah kau saja." Ucapnya lalu kembali masuk kedalam kamarku untuk melanjutkan tidur. Aku mendengus kesal lalu memilih untuk membuat roti isi karena aku sangat lapar.

The JERK From SEATTLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang