Chapter Nineteen

2.1K 97 2
                                    

"Apa kau kedinginan?" Tanya Floyd. Aku hanya mengangguk kecil dan melihat Floyd melepaskan jaket kulit yang ia kenakan dan membungkus bahuku.

"Um, makasih, Floyd." Ia mengangguk lalu kami kembali memperhatikan jalanan dimana mereka sudah mulai menarik gas dan melaju kencang.

Aku berharap Nathan tak mengalami kecelakaan lagi seperti di Los Angeles kemarin. Aku melihat Jack dan yang lainnya saling memegang sebotol bir di tangan mereka masing-masing. Aku merasa jijik saat Jack merangkul bahu gadis yang tadi berada di satu mobil dengannya, begitu pula dengan Harris. Apa mereka berdua sengaja membawa dua perempuan itu kesini untuk menemari mereka?

Saat aku memalingkan wajah ku pada Gladys, ia terlihat menahan diri agar tak menangis atau marah karena melihat pemandangan ini. Aku memegang tangannya untuk sekedar menenangkannya dan ia tersenyum melihatku, "I'm ok, Anna." Ucapnya dan ia kembali menatap ke arah jalan.

"Hei, Floyd!" Teriak seseorang dari jauh. Aku melihat seorang perempuan sexy yang mengenakan bra dan jeans panjang serta heels yang tinggi berjalan mendekati kami, atau lebih tepatnya mendekati Floyd. Ia mencium pipi Floyd sebelum tersenyum pada kami semua.

"Hai, Vinca." Sapa Jack. Vinca membalas sapaan Jack dan menyapa Harris dan dua perempuan yang aku masih tidak tau siapa nama mereka. Jadi mereka saling kenal?

"Hai?" Dia menatapku, "Hai." Balasku. Ia menawarkanku botol bir yang ada ditangannya, aku menggeleng dan bilang bahwa aku tidak minum.

Gladys pergi meninggalkan tempat dan masuk ke dalam mobil Floyd. Aku mengikuti nya dan berharap ia tak berakhir menangis didalam sana. Dan dugaanku benar. Ia menangis pelan sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya, "Hei, boleh aku masuk?" Ia mengangguk. Aku duduk disebelahnya dan merangkul bahunya, berharap ia akan sedikit merasa tenang.

"Kau bilang kau tak apa?"

"Aku tidak bisa, Anna. Dia begitu polos bermesraan dengan Gia didepanku. Apa kau pikir aku bisa bersikap biasa saja?" Ia kembali menangis, "Kau pasti kuat, Gladys. Aku yakin itu. Ayo kita harus kesana, mereka pasti akan mencari kita, hm?"

Ia mengangguk dan keluar sembari menepihkan air mata nya, "Apa aku terlihat jelek, huh?" Aku tergelak, "Kau selalu terlihat cantik dalam keadaan apapun. Ayo." Ajakku. Kami akhirnya berjalan ke tempat tadi. Tapi disaat kami tiba, Floyd dan yang lainnya tidak ada di tempat. Mata kami terfokus pada segerombolan orang yang berkumpul di garis start.

Gladys menarik ku untuk pergi kesana. Saat tiba, aku terkejut melihat Nathan yang memegang kepala nya yang berdarah, "Nathan?" Aku mencoba menghampiri nya untuk melihat kondisi Nathan. Ia menatapku dengan heran, "Kenapa kau bisa seperti ini?" Dia menepis tanganku seketika membuat diriku terkejut, "Pergi, Anna. Urus-urusanmu sendiri." Ucapnya. Apa?! Aku mencoba untuk perduli dengannya dan ia menghusir ku?

"Aku tidak apa-apa. Ini hanya kesalahan kecil."

"Kesalahan kecil kau bilang? Lihat dirimu! Kau luka seperti ini, Nathan."

Apa yang baru aku lakukan barusan? Aku berteriak padanya? Oke, Anna, sikapmu semakin lama sungguh aneh. Apa aku mulai menyukai Nathan? Tidak. Tidak. Itu tidak akan mungkin.

"Kau meneriakiku? Beraninya kau!" Sesaat Nathan ingin menampar wajahku, Floyd terlebih dahulu menarik ku menjauh dari nya.

"Sebaiknya kau urus saja urusanmu, Anna. Jangan pernah ikut campur! Aku sudah memperingati mu." Rahang nya mengeras dan aku tak dapat menahan air mataku untuk tidak jatuh. Aku akhirnya memilih pergi meninggalkan tempat ini. Aku ingin pulang.

"Anna!" Aku mendengar Floyd meneriaki namaku, tapi aku tak hiraukan dan terus berlari menuju mobilnya.

Nathan's POV

The JERK From SEATTLEजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें