Chapter Nine

2.7K 136 2
                                    

"Lihat, kau baru saja pulang dan diantar oleh pelangganmu, huh?" Aku terkejut saat suara Bibi terdengar dari arah tangga. Bibi melihatku seperti aku ini sungguh menjijikkan.

"Aku tak bekerja seperti itu, Bi." Walaupun aku berharap dia mencoba memahami ku, aku yakin dia tak seperti itu.

Dia melangkah turun sembari terus menatapku, "Tak usah berbohong, Anna. Aku sudah memberitahukan semua ini pada suamiku agar dia tau, keponakan yang ia banggakan itu hanyalah seorang jalang!"

Ucapan Bibi begitu tajam untukku, entah kenapa aku merasa begitu sakit saat mendengarnya. Biasanya aku tidak perduli akan ucapan Bibi padaku.

"Aku bukan seorang jalang, Bi. Aku bekerja di bar sebagai karyawan."

"Kau bohong! Percuma saja kau mengelak, aku yakin disana kau pasti menjual dirimu untuk mendapatkan uang yang banyak, iya kan?"

"Kau salah, Bi. Aku bukanlah orang seperti itu!" Kini aku berteriak padanya. Wajah Bibi mengeras dan ia dengan cepat melangkah mendekati ku.

Sedetik kemudian tangannya sudah menamparku dengan kuat. Sakit, tentu saja. Aku kini tak dapat menahan air mata yang aku tahan sejak tadi. Bibi sudah keterlaluan, aku tidak dapat tinggal disini lebih lama.

"Kau lancang sekali, Anna!"

Aku menarik nafas panjang dan menatap nya, "Kau yang sudah lancang mengecap ku sebagai jalang, Bi. Aku tau kau tidak menyukai aku dan Larry. Tapi kau tidak berhak menjatuhkan harga diriku seperti itu."

Bibi mencengkam pipiku dengan tangannya. Ia sudah menggeram marah padaku, dan aku yakin sebentar lagi ia akan menghukumku.

"Kau sungguh anak yang tidak tau berterimakasih!"

Aku? Anak yang tidak tau berterimakasih katanya? Apa aku tidak salah dengar? Aku berdecak pelan sembari menepiskan tangan Bibi dariku. Cukup sudah aku berdiam diri selama ini, memang sejak dulu dia tak pernah menyukai keluarga ku terutama Ibuku.

"Kau sama saja dengan Ibumu!"

"Jangan bawa-bawa Ibuku, Bi!"

Aku kembali meneteskan air mata. Kenapa Bibi begitu benci padaku? Apa salahku padanya sehingga dia begini?

"Kau tau? Kau dan Ibumu sama saja seperti jalang! Jika dia tidak pernah muncul di hidupku dan Ayahmu, aku tidak akan seperti ini!"

Apa? Mulutku ternganga. Aku tak mengerti apa maksud dari ucapannya. Jadi..

"Ya, sayang. Seharusnya akulah yang menikah dengan Ayahmu dan bukan Ibumu yang sialan itu!"

Aku menggeleng. Mencoba menepis kenyataan yang Bibi bilang. Itu semua pasti hanya kebohongan Bibi untuk menyakitiku. Bibi melepas cengkraman nya dan menatapku dengan nyalang.

Aku terduduk di lantai sembari menangisi fakta itu. Ibuku bukan jalang. Dia bukan penghancur hubungan Bibi dan Ayah. Itu semua tidak benar. Tiba-tiba saja Bibi menarik rambutku dengan kuat, "Sekarang lebih baik kau pergi dari rumah ini! Aku tidak sudi tinggal bersama wanita yang merebut kekasihku dulu!"

"Ouch!" Tanganku sakit karena terbentur lantai yang keras. Bibi melangkah pergi dariku dan meninggalkan aku yang menangis disini.

Aku melihat Larry yang menangis diatas sana. Aku yakin dia melihat semuanya sejak tadi. Jujur saja aku tidak kuat dengan semua kenyataan ini, ini sungguh membuat aku sakit. Ayah meninggal dunia, Ibu juga, dan sekarang apalagi? Mendapat fakta bahwa Ibuku perusak hubungan Bibi dan Ayah?

"Anna.." Larry menangis menghampiriku. Aku memeluknya sembari menangis juga. Kami berdua menangis tersedu-sedu. Aku yakin Larry mencoba menahan air matanya agar aku tak semakin sedih melihat dirinya.

The JERK From SEATTLEWhere stories live. Discover now