Chapter Twenty-Nine

1.9K 83 2
                                    

"Kita harus melihatnya, Floyd."

"Kita bisa menunggu disini, Anna. Mereka akan segera datang dan memberitahu kita apa yang terjadi."

"Nathan kecelakaan." Ucap Gladys tiba-tiba. Seketika aku hanya bisa terdiam dan melihat mobil ambulan datang ke sini dan terus melaju ke area ujung jalan sana. Entah kenapa, aku meneteskan air mata. Aku tidak boleh sedih. Tidak. Aku harus bersikap biasa saja mulai sekarang.

"Are you ok, Anna?" Aku mengangguk dan menepiskan air mataku, "Yeah, aku baik-baik saja." Floyd membawaku ke pelukan nya. Ia pasti tau jelas kalau aku tidak baik-baik saja saat ini. Aku melihat ke arah keramaian yang baru saja tiba. Aku mencoba melepaskan pelukanku dan berlari menuju keramaian tersebut. Beberapa motor tiba dan aku tak melihat motor Nathan disini.

Sialan.

"Nathan!"

Aku tak melihatnya. Seketika aku mendengar suara teriakan dari belakang.

"Sialan, aku bisa berjalan! Lepaskan aku, bodoh!"

"Tapi kau terluka, dude."

"Aku hanya cedera biasa, bukan lumpuh. Jadi aku masih bisa berjalan. Jauhkan tangan sialanmu dariku, Clay." Nathan menepis tangan laki-laki botak disebelahnya. Saat Nathan membersihkan jaket nya, ia menatap lurus padaku. Tatapan kami terkunci dan ia berjalan menghampiriku.

"Anna?" Aku tak menjawabnya. Aku semakin tak bisa menahan tangis ku saat ini, aku berlari padanya dan memeluknya dengan erat.

"Sialan! Kau membuatku khawatir, brengsek!! Bisa kah kau sekali saja tak membuatku menangis ataupun khawatir, huh?!" Aku menepuk dada nya kesal sembari menangis di pelukan nya. Ia memelukku dengan sangat erat, aku dapat merasakannya.

"Aku baik-baik saja. Hanya motorku yang rusak parah, but i'm still ok. Look at me, Anna." Aku menggeleng pelan dan menenggelamkan kepalaku di dadanya. Kenapa aku harus seperti ini? Kenapa aku harus kembali berdekatan dengan Nathan setelah apa yang ia katakan padaku waktu lalu?

"Hei, lihat aku." Ia menangkup wajahku agar menatap matanya, "I'm ok. See? Don't cry, baby." Jari nya menepiskan air mataku yang mengalir di pipi. Ia mencium kening ku didepan semua orang. Aku baru teringat kami sekarang berada di tengah-tengah orang ramai. Jadi aku memilih menjauhkan diriku sebelum terlambat.

"Kenapa kau menangis?" Tanyanya. Aku menggeleng dan mencoba untuk melangkah pergi namun ia menahan tanganku agar tetap disini.

"Jawab aku, Anna."

Nathan's POV

"Karena aku khawatir denganmu!" Jawabnya. Aku tak dapat menahan senyum dibibirku untuk muncul. Aku kembali menarik nya ke pelukanku, "Thank you."

"Thank you for what?"

"Karena kau masih perduli denganku."

"No, i'm not. Aku tidak perduli denganmu." Jawabnya. Aku melihatnya sejenak, "Kalau kau tidak perduli denganku, untuk apa kau berlari kemari sembari menangis seperti itu, hm?"

"Sialan." Dia memukul dadaku lagi. Aku terkekeh pelan, "Lepaskan aku, Nathan. Semua orang menatap kita saat ini."

"Persetan dengan mereka, Anna." Dia memaksa untuk lepas dariku dan aku akhirnya melepaskan nya. Dapat kulihat wajahnya terlihat canggung saat ini. Setelah kejadian kemarin, aku yakin dia masih belum bisa bersikap seperti biasanya padaku.

"Ikut aku." Aku menarik nya untuk masuk kedalam mobilku.

"Kita mau kemana?"

The JERK From SEATTLEDär berättelser lever. Upptäck nu