EVENT AIRIZ "Realita di balik...

By AirizPublishing

2.8K 272 81

Work ini akan berisi karya-karya terbaik dari penulis Airiz dengan tema #Realitadibalikvalentine. Event ini d... More

CUAP - CUAP
Despicable Val
Momen Emosional
UNFULFILLED PROMISE
You're not My Valentine
Ingatan dan Lamunan di Hari Valentine
UNDERCOVER
JOIN
CACTUS
Memori Merah Jambu
Kebaikan dalam Lautan Cokelat
CYCLOPATH
Sweet Memorize Sunshine
Pengakuan Tak Terduga
VALENDRA
You are not CLAUDIUS II
Fase Bestfriend
Look-Out
Fix You
Surat untuk Cokelat
Flower Road
Penghujung Kantin
Dari Kara Untuk Fadhil
Memorable Chocolate
LOST STAR
Rachel
MOVE ON
Penenun Nasib
Another Ending
My Almost Valentine
Bloody Val
Duka dalam Kata
Gadis Perindu
KAMUFLASE
Hari Kasih Sayang Terakhir Bersama Ibu
Kasih Sayang

Dibalik 14 Februari

30 3 0
By AirizPublishing

Cerita ini dikarang oleh rymarhiyanti

****

Mendung bertebaran di langit pagi itu, pagi di mana ada 4 laik-laki dan 2 perempuan sedang asyik bercanda di sebuah cafe ditemani kopi panas untuk menghangatkan tubuh. Bercanda bersama seakan tidak memiliki beban dalam kehidupannya. Potret remaja masa kini tersemat dalam jiwa mereka. Persahabatan yang lahir dari kecil hingga membawa mereka pada masa sekarang.

Sukacita telah dilewati bersama, ujian persahabatan mereka pun datang silih berganti. Seolah ditunjukkan pada dunia bahwa persahabatan mereka selalu kuat oleh apapun. Justru sebaliknya persahabatan mereka semakin erat. Mereka sama-sama kuliah di universitas yang sama dan jurusan yang sama pula. Di sela canda tawa, mereka membahas penelitian mereka sebagai tugas akhir semester mereka. "Des, gimana jadinya penelitian kita ?"

Desta adalah ketua dari kelompok mereka, memiliki kepandaian yang di atas rata-rata, tegas dan juga berwibawa itulah sosoknya. Sehingga teman-temannya sering menjadikan dia sebagai leadernya. "Sejauh ini lancar Ris." Desta menjawab dengan santai. Teman mereka yang lain yaitu Ayu, Ratna, Ringgo dan Yudha mendengarkan.

Tak berselang lama, terlihat dua orang memasuki cafe itu. Mereka adalah Bayu dan Fitri yang satu kelompok dengan Desta, Aris, Ayu, Yudha, Ratna dan Ringgo. Bayu mencoba masuk dan mencari kelompoknya. Ringgo yang tahupun langsung melambaikan tangannya dan berucap "Bay, Fit, kita di sini!" teriaknya. Tak berselang Bayu dan Fitri menghampiri mereka berenam. "Maaf kami telat, tadi macet dijalan." terang Fitri.

"Iya , ndak papa santai aja." jawab Ratna mewakili yang lain.

"Oke, karena kita semua udah kumpul langsung saja kita bahas tentang penelitian kita ini. Bay Punya saran tempat kita buat penelitian?" tanya Desta. "kalau masalah tempat aku sama Fitri ikut kalian aja. Enaknya gimana kita ikut, tapi kalau buat bahan penelitiannya aku sama Fitri udah selesei buat skemanya. Seperti yang kita bahas kemarin." terang Bayu pada yang lainnya.

"Kalau ndak salah kemarin aku denger bakal ada pembagian tempat penelitian." sambung Yudha. "Iya aku denger juga gitu, anak kelas sebelah yang bilang kalau tempat penelitian kita ditentuin dari kampus." Ayu menambahkan ucapan Yudha.

"Coba besok aku tanya ke pembimbing kita, kebenaran berita itu." terang Yudha.

Tanpa terasa azan magrib membubarkan keasyikan mereka. Mereka berjalan bersama untuk menjalankan kewajiban mereka sebagai umat muslim. Tetapi dalam hati Ayu dan Ratna ada kegundahan tersendiri bagi mereka. Mereka merasa ada yang kurang dengan dalam kehidupannya. Ayu dan Ratna beserta Fitri melangkahkan kakinya menuju masjid untuk melaksanakan kewajibannya.

Setelah mereka selesai melaksanakan salat Magrib mereka berpisah, Bayu dengan Fitri, Desta, Aris, Ayu, Yudha, Ratna, dan Ringgo berjalan menuju mobil mereka. Di tengah perjalanan tiba-tiba Ayu melihat sesuatu yang lewat di depan mobil mereka, "Awaaaassssss.....!" Seketika Ringgo yang saat itu sedang mengemudikan mobilnya langsung menginjak rem mobil.

"Kamu kenapa Yu?" tanya Yudha. "Ring, kamu nabrak orang Ring. Ayo turun, turuuunn !" Ayu berteriak histeris.

"Yu! kamu tenang ya, Yu. Ringgo ndak nabrak orang. Tenang ya, Yu." Ratna menenangkan Ayu.

"Aku ndak percaya, tadi jelas aku lihat Ringgo nabrak ibu-ibu."

"Yaudah sekarang kita turun aja buat lihat." Ringgo dan yang lainnya turun dari mobil untuk melihat keadaan di luar. Mereka semua kebingungan karena ternyata diluar tidak ada orang sama sekali dan tidak ada bekas menabrak orang. "Yu, kamu ngantuk, Yu?" tanya Desta.

"Ndak Des, serius aku tadi lihat ada ibu-ibu yang lewat." Ayu menjelaskan. "Udah sekarang kita balik mobil, pulang trus istirahat." Aris menengahi. Mereka semua masuk mobil dan melanjutkan perjalanan pulang. Perlu diketahui kalau mereka berenam tinggal satu rumah, mereka saling menjaga satu sama lainnya.

Waktu bergulir dengan cepat, matahari pagi telah menunjukkan keberadaannya. Kampus yang semula sepi kini telah ramai oleh mahasiswa yang mondar mandir untuk melakukan kegiatan mereka masing-masing. Tak ubahnya delapan orang yang kini telah menunggu kedatangan seseorang di ruang dosen. "Lama banget sih, Pak Bambang." komentar Aris. "Sabar kali Ris, baru juga kita di sini, coba kamu tanya tuch bocah dia udah satu jam nunggu bu Yuli tetapi tak datang-datang" jawab Desta.

' Dari ujung lorong tampak seseorang yang berjalan dengan wibawanya, semua mahasiswa menyapanya. Tak lama sampailah orang itu di depan ruang dosen "Kalian menunggu saya?" tanyanya. "Iya pak, kami menunggu pak Bambang." jawab Bayu.

"Kalau begitu mari ikut saya!" Delapan mahasiswa itu berjalan mengikuti pak Bambang menuju ruangannya yang berada di pojok belakang ruangan tersebut.

"Silakan duduk!" perintahnya. Bayu, Desta, Aris, Ayu, Yudha, Ratna, Ringgo, dan Fitri duduk di kursi depan pak Bambang. "Begini pak, kami bermaksud menanyakan tentang kabar kalau tempat penelitiannya dipilihkan oleh kampus. Apa itu benar pak?" Yudha mewakili teman-temannya.

"Benar sekali Yudha, dan sebenarnya bapak sudah diberitahu dari kemarin, karena kemarin bapak ada urusan makanya bapak baru bisa menyampaikan sekarang. Kelompok kalian ditempatkan di Tulungagung. Lusa sudah harus berangkat ke sana." Terang pak Bambang.

"Bapak serius lusa kami harus berangkat ? Persiapan kami belum seratus persen pak." sanggah Desta. "Itu sudah menjadi keputusan dari kampus, lagi pula bapak lihat skema rancangan kegiatan kalian itu sudah cukup untuk bekal kalian. Selebihnya, bisa dilakukan sambil jalan bukan?" ucap pak Bambang dengan santai.

"Bapak yakin dengan skema rancangan kami ? " tanya fitri.

"Sangat yakin, karena kalian adalah orang-orang yang bertanggung jawab dan cekatan. Bapak yakin kalau kalian bisa melakukannya sesuai dengan target yang ditetapkan oleh kampus. Pembicaraan kita sampai di sini, kita bertemu kembali lusa waktu pemberangkatan kalian, dan keputusan itu tidak dapat diganggu gugat lagi." Tegas pak Bambang.

"Baik pak." Bayu, Desta, Aris, Ayu, Yudha, Ratna, Ringgo, dan Fitri menjawab serempak. Pasalnya mereka tahu bila Pak Bambang sudah berkata seperti itu sudah tidak bisa terbantahkan lagi, kecuali kalau ingin dipersulit oleh beliau dalam segala hal.

Di sinilah mereka, di bawah pohon rindang dekat dengan kantin. "Yud, coba kamu cari tahu semua tentang kota Tulungagung itu." perintah Desta pada Yudha. Mereka membahas kembali tentang penelitian yang akan mereka lakukan dan apa saja yang harus dipersiapkan untuk keberangkatan mereka yang mendadak. Yudha langsung mencari informasi mengenai Tulungagung. "Eh, aku udah nemu nich."

"Gimana gimana?" antusis teman-temannya.

"Sepertinya Pak Bambang ndak salah ngebuang kita ke Kota Tulungagung."

"Emang di sana ada apa aja Yud?" tanya Renata.

"Tulungagung memiliki banyak pantai yang belum banyak terekspos dan juga pengelolaannya juga masih belum sempurna. Kalau kita penelitian di sana berarti kita bisa ngembangkan pantainya menjadi tempat wisata yang banyak dikunjungi orang sekaligus bisa menambah pendapatan warga sekitar dan juga pemerintah daerah." Terang Yudha.

"Udah sore nich yuk balik, udah fix kan ini?" tanya Ratna. "Udah semua kok, ayok balik kita persiapan malam ini besok kalian berdua datang ke tempat kita ya sore, biar kita bisa diskusiin lagi apa yang kurang dan harus dibawa. Satu lagi kalau ada yang sakit dan butuh obat kusus mending bawa dari sini. Soalnya Tulungagung itu tak sebesar Jakarta." Desta mengingatkan.

"Siap bro." Jawab Bayu.

"Kamu gimana Fit ?" tanya Ayu.

"Tenang Aku selalu bawa obat ke manapun aku pergi kok. Kalian ndak usah khawatir." Fitri menenangkan teman-temannya. Pasalnya Fitri memiliki sakit asma yang bisa kambuh sewaktu-waktu. Setelah percakapan itu mereka semua bergegas pulang kerumah masing-masing.

*****

Malam berganti siang, siang berganti malam. Waktu yang ditunggu telah tiba, hari di mana keberangkatan mereka ke tempat penelitian. Ditengah-tengah keriuhan mempersiapkan keberangkatan terdengar teriakan dari lantai atas rumah minimalis itu. "Aaaaaaayuuuuuuu..!" teriak Ratna dan Fitri bersamaan.

"Ring, kamu denger suara teriakan itu?"

"Iya Yud, susulin susulin!" Ringgo dan Yudha lari meninggalkan tas-tas mereka yang akan dimasukkan ke dalam mobil begitu saja. "Na, Ayu kenapa?"

"Aku ndak tau Yud, tadi aku sama Fitri lagi ngangkatin tas kita di samping tempat tidur. Pas aku balik badan Ayu udah kayak gini, hiks hiks hiks." Ratna sesegukan.

"Fit kamu ambil minyak kayu putih di laci!" perintah Ringgo.

"Ini Ring." Fitri menyerahkan minyak kayu putih itu pada Renata yang saat itu memangku Ayu. Ratna mengoleskan minyak kayu putih ke Ayu. Tak lama kemudian, Ayu tersadar dari pingsannya.

"Yu, kamu sadar, Yu! kamu kenapa yu? Apanya yang sakit Yu?" Renata memberikan pertanyaan bertubi-tubi pada Ayu.

Bukannya menjawab Ayu malah tersenyum melihat kepanikan teman-temannya. "Yu, kita itu panik, kamu malah senyam senyum." kesal Ringgo.

"Maaf ya semua, aku ndak papa kok. Aku juga ndak tau aku kenapa. Tetapi tadi aku mimpi bertemu sama ibu-ibu yang kemarin aku bilang waktu kita pulang malam-malam itu. Dia ngasih aku kerudung warna biru kesukaan aku trus dipakein di aku. Abis itu aku diajak jalan ke suatu tempat yang menurut aku belum pernah aku lewatin. Ibu itu bilang, 'ini yang kamu cari.' Abis itu aku sadar. Udah."

"Apa mungkin dia nyuruh kamu buat berhijab Yu?" tanya Fitri. "Aku juga ndak tau Fit, tetapi jujur aku merasa ada yang kurang dalam hidup aku Fit."

"Udah, udah sekarang kita berangkat yang lain udah nunggu di bawah." ucap Ringgo.

Mereka pun bersama-sama turun ke bawah. "Kalian lama amat, ngapain aja sih di dalam?" tanya Desta yang tadi sudah menunggu kedatangan teman-temannya. "Maaf ya Des, tadi Ayu pingsan waktu kita mau turun" jawab Fitri.

"Lalu keadaan kamu gimana Yu?"

"Aku ndak papa kok Des." jawab Ayu.

"Yaudah sekarang mending kita berangkat, Pak Bambang udah nungguin kita. Beliau chat aku." terang Yudha. Mereka semua berangkat ke kampus diantar sopir Fitri. Sesampai di kampus ternata sudah sepi. Tinggal mereka yang belum berangkat, untungnya pesawat mereka pukul 10.00. mereka bergegas menuju bandara untuk mempersiapkan keberangkatan mereka.

Beruntungnya jalanan Jakarta pada hari itu lenggang, sehingga perjalanan mereka tak menemui kendala yang berarti dalam perjalanan mereka. Sesampainya di bandara mereka langsung melakukan check in. "Kita duduk di sana yuk !" ajak Fitri pada yang lainnya.

Mereka semua berjalan beriringan menuju kursi tempat menunggu penumpang. Lagi-lagi kejadian yang tak diharapkan terjadi, Ratna mendadak berdiri kaku dan tak bisa berbicara. "Na, Ratna!" panggil Aris yang saat itu berjalan bersebelahan dengan Ratna. Suara Aris yang keras membuat teman-temannya menoleh ke arahnya. "Kamu kenapa Ris, teriak-teriak!" Bayu bersuara dengan kesal.

"Ratna, ndak bisa jalan, ndak bisa ngomong."

"Ris kamu jangan bercanda!" Yudha mulai panik. "Coba aku lihat." Ayu berjalan mendekati Ratna.

"Na, Ratna. Kamu kenapa na? Jangan macam-macam dech, kita mau perjalanan nich, Na." Ayu bertanya sambil menahan isak tangisnya. Bagi Ayu, Ratna adalah segalanya. Bukan hanya sekadar teman, tetapi sudah saudara baginya. "hiks hiks, Na ngomong dong Na. Jangan bikin aku khawatir, Na!" Ayu semakin terisak.

Tiba-tiba tangan Ratna bergerak menunjuk suatu arah, di mana banyak kerumunan orang berlalu lalang. "Na, ada apa Na?" tanya Desta. Ratna masih tetap diam, tiba-tiba Ratna terjatuh. Untung saja Desta dan Aris dengan sigap menangkap tubuh Ratna. "Na, ngomong dong Na. Jangan buat kita tambah khawatir sama kamu." kini Yudha yang bersuara.

"Hiks hiks, tadi ada bayangan lewat. Aku pikir kalau tu bayangan Cuma lewat aja, tetapi abis itu mendadak badanku ndak bisa gerak trus mau ngomong ndak bisa. Aku mau manggil kalian tetapi tetep aja ndak bisa hiks hiks. Abis itu aku lihat kita semua dalam perjalanan, lewat hutan hutan, tetapi ada satu yang mengerikan." Ratna semakin sesegukan. "Udah-udah ndak usah dilanjutin. Sekarang kita siap-siap pesawat kita udah mau take off." potong Bayu.

Mereka semua bergegas menuju ke pesawat mereka. Ratna duduk di sebelah Ayu. Ratna masih kepikiran dengan apa yang dilihatnya tadi. Ratna banyak diamnya sekarang dibandingkan tadi sebelum kejadian itu. "Na, kamu ndak papa? Jangan diam aja na." bujuk Ayu. 

"Aku ndak papa Yu, udah ya kita tidur. Aku capek." terang Ratna.

Mereka terdiam dalam pikiran masing-masing hingga masuk dalam mimpi. Setelah menempuh perjalanan udara mereka semua bergegas menuju mobil penjemputan yang telah disiapkan oleh pihak kampus. Rombongan berangkat dari Bandara Adi Soemarmo sekitar pukul 11.00 WIB menuju kota Tulungagung. Perjalanan yang panjang dan tak kunjung tiba menyebabkan mereka terserang rasa kantuk. Di tengah-tengah perjalanan Ratna terbangun dari tidurnya.

Ratna melihat teman-temannya tertidur pulas, akhirnya dia putuskan untuk melihat ke luar jendela. Alangkah terkejutnya Ratna ketika melihat pemandangan di perjalanannya, namun apa yang dilihatnya sekarang adalah apa yang dilihat sebelum naik pesawat tadi pagi. Tiba-tiba rasa takut menghinggapi diri Ratna, tak ayal berbagai pikiran buruk masuk dalam pikirannya. Kegelisahan menyelimuti hatinya.

Tanpa sepengetahuan Ratna, Desta terbangun dan mengamati setiap gerak gerik Ratna. "Na, kamu kenapa ?"

"Eh Des, udah bangun?"

"Kok malah tanya balik, Na."

"Emm, salah ya?" Ratna tampak bingung.

Desta merasa heran dengan tingkah Ratna hari itu, pasalnya ratna yang dikenal tidak pernah gagal fokus dan selalu tenang. Namun kali ini yang ada dihadapannya seperti bukan Ratna. " Na, kamu beneran ndak papa?" Tanya Desata lagi.

"Iya Des, aku ndak papa kok." Sambil tersenyum untuk menutupi segala rasa gelisah dan kekhawatiran dalam dirinya. "Ya udah, istirahat lagi gih, perjalanannya masih jauh" ucap Desta.

Tak lama Desta kembali terlelap dalam mimpinya. "Mbak!" panggil sopirnya pada Ratna. "Iya pak?" jawab Ratna.

"Kalau bapak boleh tahu, kenapa mbak sepertinya gelisah dan ketakutan?" tanya sopir itu lagi.

"Emm, bapak lihat ?"

"Iya mbak."

"Bapak nanti hati-hati ya kalau mengemudi."

"iya mbak." jawabnya sambil tersenyum. Suasana kembali hening, tanpa terasa matahari mulai kembali diperaduannya.

Suara azan berkumandang di mana-mana. Teman-teman Ratna bercanda gurau bersama seolah tak mendengar suara azan. Namun ada sepasang mata yang mengamati Ratna dari bangun tidurnya. Desta semakin khawatir dengan Ratna, pasalnya Ratna semakin ketakutan dan wajahnya terlihat semakin pucat.

Apalagi semenjak masuk ke perbatasan kota antara Ponorogo dan Tenggalek. "Na, kamu ndak papa?"

"Des, aku takut Des." Suara Ratna mulai bergetar. Ayu menyadari Ratna terisak. Tetapi belum sempat Ayu memeluk Ratna, Ratna sudah berteriak dengan histeris "Aaaawwwwwaaaaaasssssssss.............!"

Kecelakaan pun tak dapat dihindari, mobil menabrak pembatas jalan, berguling dan menabrak tiang listrik. Kembali lagi mobil oleng ke sisi kiri menuju bibir jurang.

Warga yang tahu ada kecelakaan itu berbondong-bondong untuk menolongnya. Terlihat dari luar mobil sudah tak berbentuk lagi. Warga dengan paksa membuka pintu mobil. Keadaan seluruh rombongan sangat memprihatinkan.

Ratna dan teman-temannya langsung dilarikan ke rumah sakit di Tulungagung, namun sebelum itu semua telah mendapat pertolongan pertama di puskesmas setempat. Jarak anatara tempat kejadian dan rumasakit umum tulungagung membutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Setelah menempuh perjalanan, korban luka berat langsung dimasukkan ke ruang ICU untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut, sisanya masuk ke UGD.

Di antara 10 korban, hanya Aris yang memiliki luka ringan, karena dia duduk di bangku belakang tengah. Aris menunggui teman-temannya yang lain sambil memberikan kabar pada pihak kampus dan orang tua bahwa mereka mengalami kecelakaan. Sekitar 30 menit dokter keluar dari ruang UGD. "Dok, bagaimana keadaan teman-teman saya?"

"Teman-teman kamu sudah siuman dan sebentar lagi akan dipindahkan ke ruang perawatan." terang dokter sambil tersenyum pada Aris. "Terima kasih dok, lalu bagaimana dengan keadaan 2 teman perempuan saya dok?"

Dokter tampak bingung untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Aris. "mari ikut saya!" Aris mengikuti langkah dokter menuju ruang ICU, di dalam ruangan terdapat dua orang gadis yang tertidur dengan tenang. "apa yang sebenarnya terjadi dok?" tanya Aris.

"Para tim dokter di sini juga merasa aneh, tidak ada luka serius pada tubuhnya. Bahkan, bisa dibilang mereka tidak apa-apa. Nyatanya mereka belum juga terbangun, ada satu yang membuat kami, dokter dan suster terheran."

"Apa itu dok?" sergah Aris.

"Ekspresi mereka, kadang tersenyum bahagia, namun juga terdapat air mata yang keluar. Kami semua bingung, bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi saat bersamaan. Mereka semua akan kami pindahkan di ruang perawatan."

"Lakukan yang terbaik untuk kedua saudara saya dok, saya mohon!" Ucap Aris. "Kami akan melakukan yang terbaik yang bisa kami lakukan." tegas sang dokter.

****

Waktu terus bergulir dengan cepatnya, satu bulan sudah kedua gadis yang koma itu tak kunjung bangun. Hanya ekspresi yang menggambarkan keberadaan mereka. Semua teman-temannya telah sembuh seperti sedia kala dan menjalankan kegiatan penelitian yang sempat mundur dari jadwal yang telah ditentukan. Tepatnya di taman ruma sakit, malam itu teman-teman ke dua gadis itu kini berkumpul.

"Besok adalah tanggal 14, berarti besok tepat satu bulan Ayu dan Ratna berada di ruma sakit ini dan 2 minggu menuju berakhirnya penelitian kita. Baik dari medis dan obat-obatanpun juga tak mampu menunjukkan perkembangan apapun pada Ayu dan Ratna. Bahkan dalam tidurnya mereka masih sempat menolak semua itu. Kira-kira apa yang harus kita lakukan untuk mereka?" tanya Aris pada semua temannya yang berkumpul pada saat itu.

"Apa ada yang dipengenin Ayu dan Ratna? jujur aku kasihan melihat om dan tante dan juga aku merasa ada yang kurang." Bayu ikut nimbrung. "Kalau aku tidak salah denger waktu itu, Ayu dan Ratna pengen menutup aurat." terang fitri.

"Sekarang coba kalian beli jilbab dan juga gamis!" perintah Desta pada Ringgo dan Yudha. Mereka bergegas berdiri dan mencari apa yag dibutuhkan. Sekitar satu jam Ringgo dan Yuda kembali membaca apa yang dipesan oleh Desta. "dari mana saja kalian, lama sekali" tanya Aris dengan kesal.

"Maaf, nyari baju sama jilbabnya yang susah. Sekarang kan udah jam sebelas malam."

"Ya sudah, kasihkan ke Fitri." Ucap Desta.

"Fit, minta tolong gantiin baju mereka pakai ini ya, nanti kalau sudah kita semua bakal masuk." Lanjutnya.

Fitri pun berjalan menuju ruang perawatan Ayu dan Renata, yang lainnya berjalan menyusul di belakang Fitri. Fitri mulai mengganti baju Ayu dan Renata dengan sabar. Kemudian Ayu memanggil temannya yang lain. "udah selesei, kalian semua bisa masuk".

"Kita pakaiin jilbabnya bersama-sama sambil bersholawat. Semoga dengan ini mereka bakal bangun. Kalau pun tak bangun setidaknya kita sudah mewujudkan keinginan mereka." ucap aris dengan suara sedikit bergetar. Yudha sudah meneteskan air matanya. Begitupun dengan Ringgo dan Fitri. Bayu hanya melihat itu dengan hati yang pilu, apalagi kalau melihat Desta dan Aris.

Mereka sama-sama rapuh, namun Aris dan Desta menutup semua itu dengan diamnya. "ya udah yuk, kita ke ruangannya Ratna sama Ayu, kasihan mereka pasti nunggu kita. Padahal mereka paling tidak suka kalau disuruh menunggu." ajak Bayu. Isak tangis mengiringi langkah kaki mereka menuju ruangan yang bernuansa putih itu. Fitri pelan-pelan memasuki ruangan tersebut.

"Hiks hiks, Des ini pakaiin ke Ratna dan Ris ini untuk Ayu ya." terang Fitri. Desta dan Aris menjawabnya dengan anggukan kepala. Mereka berdua berjalan ke bankar masing-masing, sedangkan teman-temannya yang lain memulai sholawat dengan bersamaan Desta dan Aris memakaikan jilbab. Isak tangis terdengar di ruangan tersebut. Ada rasa tak tega, kasihan dan juga kehilangan menjadi satu rasa.

Mereka terus bersolawat hingga tertidur pulas. Di saat mereka semua terlelap dalam tidur dua orang anak manusia mulai membuka matanya bersamaan terdengarnya azan subuh pagi itu. Renata melihat sekelilingnya, begitu pula dengan Ayu. Mereka saling pandang dan tersenyum. Perlahan mereka menggerakkan tubuhnya untuk duduk. "Ayuu !"

"Iya Na." jawab Ayu.

"Kita beneran berhijab, Yu." terang Renata dengan mata berbinar.

"I..iya Na, kita berhijab beneran."

"Alhamdulillah." ucap keduanya bersamaan.

Tak lama terdengar suara pintu dibuka, Renata dan Ayu melihat ke arah pintu. Bersamaan dengan itu Aris dan Desta muncul, mereka terkejut melihat apa yang ada di hadapan mereka. Pasalnya, mereka baru saja mengurus kepulangan Renata dan Ayu ke Jakarta. Aris dan Desta berjalan menuju bankar tanpa melepaskan kontak mata dari ayu dan juga Renata. Setelah dekan mereka berpelukan dan mengucap syukur karena telah mengembalikan teman mereka.

"Hoe bangun semuanya, bangunn, bangun, Ayu sama Renata sadar, mereka sehat." Aris membangunkan teman-temannya yang lain dengan senyum yang tak luntur. Ketika membuka mata mereka semua pun terkejut dan langsung berhamburan dan berpelukan.

Setelah menjalani proses pemeriksaan, pada hari itu juga Ayu dan Renata diizinkan untuk pulang. Mereka semua pulang ke basecamp selama mereka melakukan penelitian. "Yu, Re, ceritain apa aja yang kalian alami sampai sampai suster dan dokter aja bingung sama kalian." tanya Ringgo. "Ceritanya panjang, kita berjalan di taman bunga yang indah, tiba2 ada orang yang menarik rambut kita dengan keras." mengalirlah cerita dari Ayu dan Renata apa yang dialaminya selama satu bulan di bawah alam sadar mereka.

Setelahmendengar cerita itu, teman-teman yag lain mulai belajar agama. Waktu yangtersisa 2 minggu itu mereka manfaatkan untuk belajar agama dan hijrah ke jalanyang lebih baik. Waktu penelitian merekapun usai, dan bersiap-siapuntuk kembali pulang ke Jakarta dengan fitrah yang baru dan ilmu yang baru.Utamanya. menjadi seseorang yang lebih mendekatkan diripada-Nya. 14 Februari menjadi awal yang baik untuk menemukan jati dirimereka untuk menjadi lebih baik menuju pada surga-Nya.

****

Hayo Bagaimana?

Jangan lupa vomment ya~

Continue Reading

You'll Also Like

73.6K 8.7K 46
[SEQUEL MY SOULMATE] "Maksudnya apa coba main cium, emang ada temen tapi ciumannya di bibir?" "Yaudah kita pacaran! Mulai detik ini juga." Hidup seor...
670K 102K 74
Ini kelanjutan story Different Soul★DERA☆ ya. kalau berkenan, mampir ke sana dulu~ ________ Bukan hanya menceritakan perbedaan sikap antara Delon dan...
79.9K 3K 15
"siapa namamu?" "o-oline kakk"
659K 17.1K 51
WARNING⚠⚠ AREA FUTA DAN SHANI DOM YANG NGGAK SUKA SKIP 21+ HANYA FIKSI JANGAN DI BAWA KE REAL LIFE MOHON KERJASAMANYA. INI ONESHOOT ATAU TWOSHOOT YA...