EVENT AIRIZ "Realita di balik...

By AirizPublishing

2.8K 272 81

Work ini akan berisi karya-karya terbaik dari penulis Airiz dengan tema #Realitadibalikvalentine. Event ini d... More

CUAP - CUAP
Despicable Val
Momen Emosional
UNFULFILLED PROMISE
You're not My Valentine
Ingatan dan Lamunan di Hari Valentine
UNDERCOVER
JOIN
CACTUS
Memori Merah Jambu
Kebaikan dalam Lautan Cokelat
CYCLOPATH
Sweet Memorize Sunshine
Pengakuan Tak Terduga
VALENDRA
You are not CLAUDIUS II
Fase Bestfriend
Look-Out
Fix You
Surat untuk Cokelat
Flower Road
Penghujung Kantin
Dari Kara Untuk Fadhil
Memorable Chocolate
LOST STAR
Rachel
MOVE ON
Penenun Nasib
Another Ending
My Almost Valentine
Bloody Val
Dibalik 14 Februari
Gadis Perindu
KAMUFLASE
Hari Kasih Sayang Terakhir Bersama Ibu
Kasih Sayang

Duka dalam Kata

16 4 0
By AirizPublishing

Cerita ini dikarang oleh S_sarahyst

****

Suaranya tak terdengar lagi, lenyap bersama air yang terus menghujam bumi. Peluru saling memburu mengejar sang target, dan bunyi dentuman saling sahut-menyahut. Walaupun dalam benaknya ia sudah yakin bahwa ajalnya pasti ada di tempat ini, malaikat maut pasti sudah mulai mengekorinya dari tadi. Tapi, entah mengapa kakinya terus membawahnya berusaha menjau dari tempat ini.

"TO-LO-NG!" ucapnya nyaris tak terdengar, entah untuk siapa kalimat itu di tujukannya tak ada siapa pun di sini yang masih hidup. Hanya ada manusia yang tergeletak tanpa nyawa di sekitarnya dan keadaan yang sama-sama mengenaskan satu sama lain.

"Sssttt!" sebuah anak panah berhasil menyobek lengan bajunya untung saja anak panah itu tak menyentuh kulitnya sama sekali. Sebuah sentakkan yang kasar dan kuat berhasil membuatnya kaget "Dasar bodoh!!! Apa yang kau lakukan ditempat ini, mau membuang nyawa mu begitu saja" walaupun suaranya terdengar berat dan sungguh itu membuatnya takut, tapi entah kenapa Coklat Kimerlim bisa menaru harapan padanya, bahwa orang itu yang akan membawahnya selamat dari tempat ini.

"Ambil ini, dan ikuti aku dari belakang." untuk sesaat dia hanya bisa menerima benda itu dengan bengong dalam seumur hidupnya dia baru pertama kali memegang yang namanya panah dan sekalinya memegang panah langsung terjun ke medan perang.

"Tarik! Lepaskan!"

"Apa? Bagaimana?" Ia tak tau apa yang harus ia lakukan, sungguh ini jau dari kehidupannya yang sebelumnya. "Apa yang harus aku tarik dan lepaskan?" ulangnya dengan panik.

"Dasar bodoh! Lakukan apa saja yang bisa kau lakukan untuk menyelamatkan nyawamu" dia sudah benar-benar geram dengan orang yang dari tadi mengekorinya.

Musuh langsung menampakannya wujudnya secara nyata, bukan lagi sekedar bayang-bayang atau bunyi langkah kaki yang datang mendekat. Tanpa pikir panjang dia langsung menusukkan anak panah tadi langsung keleher sang musuh, sebagai wujud dari gerakan refleks untuk melindungi diri.

"Kerja bagus."

"Terima kasih, panggil aku Okla."

"Maaf aku tak mau kenal dengan mu, aku hanya tidak mau ada korban lagi dalam perang ini."

"Terserah." Ucapnya acuh padahal dalam hati ia sudah kesal.

Akhirnya Okla sampai pada daerah perbatasan, tempat yang dulu menjadi tempat tinggalnya. Dulu sebelum tarjadinya perang antara distrik 11 dan 12. Katanya, pemerintah sudah berupaya untuk mengehentikan pering ini, namun perang ini tetap berkebobar. "Tunggu, sekarang aku harus kemana?"

Sungguh sekarang ia tak tau harus ke mana, "itu terserah hidup mu!" Rasanya Okla ingin sekali memakan orang ini hidup-hidup dan menyisakan kepalanya sebagai bukti lalu menggantungnya dimenara jam.

Berbicara mengenai menara jam, menara jam adalah sebuah menara yang terdapat sebuah jam yang sangat besar di pusat kotak, setiap satu jam sekali jam itu akan mengeluarkan bunyi yang sangat keras dan dapat didengar di setiap sudut kota.

"Boleh aku ikut dengan mu?" Ucap Okla dengan nada memelas.

"Oke, begini gadis kecil, aku seorang prajurit aku adalah seorang pengabdi, aku telah mengabdikan hidupku hanya untuk negara, artinya jika kau ikut denganku kau harus jadi prajurit" sekarang yang terbayang dalam benak Okla adalah kehidupan prajurit yang hidup dipusat kota, bukan pinggiran dan makanan yang telah dijamin.

"Aku setuju." jawab Okla dengan senyum sumringah menghiasi wajah ovalnya.

"Kau tak tau kehidupan prajurit itu seperti?"

"Aku tau dan aku ingin."

Sesampainya di lingkungan prajurit rasa semangat begitu menyelimutinya, binar matanya begitu penuh harap, begitu banyak harapannya ditempat ini. "Hey Jendral Anantha!" sapa seseorang, tampangnya sungguh kumuh tapi tegas, garis wajahnya semakin mempertegas kesan tegasnya. Dia yang dipanggil Anantha langsung memberi hormat yang juga dibalas dengan hormat.

Sekarang Okla telah sampai pada sebuah ruangan yang sangat besar, ditengah-tengah ruangan itu terdapat sebuah tiang yang sangat besar hampir berdiameter 10 meter, tapi penuh goresan. Didinding-dinding kayu terpajang begitu banyak foto.

"Tunjukan kesetianmu!"

Okla tak tau apa yang harus diperbuatnya, iya hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh orang yang telah menyelamatkan nyawanya. Tubuhnya tinggi dan punya perawakan tegas, dengan garis wajah yang kuat ditambah lagi dengan alis dan kumis yang tebal menambah kesan tegasnya, tatapannya terarah lurus ke Okla seperti sedang meneliti sesuatu dan seolah-olah sedang bertanya apakah ia benar-benar ingin menjadi seorang prajurit dan pengabdi.

"Saya bersungguh-sungguh ingin menjadi seorang prajurit dan saya juga bersedia mengorbankan nyawa demi keamanan negara, Tuan dapat memegang semua perkataan saya." ucap Okla dengan yakin entah dari mana datangnya semua kata-kata itu.

"Bagus aku suka kepribadiaanmu, aku suka kepercayaan dirimu tapi aku harap, semangat mu tak akan pernah pudar saat latihan nanti." ucapnya tanpa tersenyum sedikit pun, sungguh Okla bertanya-tanya dalam hati apakah semua orang di sini memiliki wajah yang dingin, sedinginnya es di Antartika. Ok, selain misi dari negara yang diemban olehnya Okla, ia juga berjanji dalam hati kecilnya akan membuat suasana di sini menjadi sehangat mentari di Musim Semi.

Setelah tadi menghadap pemimpin tertinggi di sini Okla berjalan-jalan berkeliling tempat ini ditemani jendral Anantha. Langkahnya sungguh panjang dan cepat, Okla susah payah untuk mengimbangi jalan Jendral Anantha.

"Jalan yang pelan dong, Jendral!" gerutu Okla sambil terus mengimbangi langkah Jendral Anantah

"Dengar yah, gadis kecil, di sini dilarang manja dan beringkah kekanak-kanakan." Ucapnya terus berjalan dan tanpa menatap wajah Okla. "Nama ku Coklat Kimerlim, tapi panggilnya Okla aja kok, jangan panggil Coklat, karna aku gak mau dikira makanan, tapi kalau mau manggil Kim juga boleh." Okla tak memberikan jedah di setiap kalimatnya. Sepertinya Jendral Anantha akan menjalani hari-hari yang memusingkan dengan adanya Okla di sampingnya.

"Oh yah Jendral, 5 hari lagi ada hari Valentine kan, Jendral mau saya kasih apa? Cokelat? Bunga? Atau kue?"Jendral Anantha tetap berjalan tanpa mempedulikan Okla, mencoba menutup mati indera mustamiknya.

Sepanjang malam Okla tak bisa tidur, ia terus memikirkan apa yang akan terjadi esok, semua pasti menyenangkan itu yang terbayang dalam benaknya. Pasti akan menyenangkan menikmati senja di akhir sore bersama para prajurit perang. Okla juga berpikir apa yang akan mereka bicarakan nantinya di ujung senja, entah mengapa beberapa hari ini Okla selalu berpikir tentang senja yang damai tanpa bunyi peluru yang saling memburu dan dentuman yang saling beradu dan pikirannya juga dipenuhi dengan Valentine yang sebentar lagi.

Dalam kisahnya, Valentine Bukanlah hari kasih sayang melainkan hari perpisahan, tapi bagi Okla itu tak masalah, yang penting ada cinta dan kasih sayang dalam kisah itu. Okla punya misi 5 hari memberikan cinta dan kasih sayang.Dalam kisahnya valentine bukanlah hari kasih sayang melainkan hari perpisahan, tetapi bagi Okla itu tak masalah, yang penting ada cinta dan kasih sayang dalam kisah itu. Okla punya misi 5 hari memberikan cinta dan kasih sayang di sini.

Hari pertama, mentari telah menyingkap tirai gelapnya malam, dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajah ovalnya Okla keluar dengan wajah sumringah. Baru beberapa langkah Okla melangkah, ia mendengar seseorang meneriakinya. "Hey kau, cepat ke sini ambil senjata mu dan mulai lah latihan." Okla butuh waktu untuk mencernah ucapan itu.

"Tapi ... aku belum sarapan." sanggah Okla dengan bingung.

"Itu urusan mu, kenapa bangun kesiangan?" untuk sesaat Okla menatap ke langit mencoba memahami alam, cahaya fajar masih terlihat jelas, "menurut ku, ini belum bisa disebut siang." Okla berusaha membela diri dan masih berdiri di posisinya.

"Ini bukan tempat bermanja-manjaan, jangan mengeluh!" gertak orang tu, Okla hanya bisa mengikuti pasrah

Latihan hari pertama adalah latihan yang sungguh berat, rasanya kaki Okla sudah tak lagi memijak tanah, tapi seperti melayang di udara, sudah tak terasa lagi. Dari semua senjata yang sudah dicoba oleh Okla, Okla merasa lebih nyaman menggunakan panah, mungkin karena ini kali kedua Okla menggunakan panah dan Okla juga sudah pernah menghabisi nyawa seseorang menggunakan panah, walaupun dengan penggunaan yang salah.

Semuanya tak berjalan seperti apa yang dibayangkan oleh Okla, memulai pagi tanpa sarapan dan melakukan latihan yang keras tanpa istirahat. Pernah juga beberapa kali Okla di bentak dan dimarahi, semua tanpa belas kasihan dan semua orang di mata orang lain dianggap seperti binatang di tempat ini.

"Jendral Anantha, apa latihan menjadi prajurit seberat ini?" keluhnya pada orang yang dulu, menolongnya. Sudut bibirnya agar tertarik ke atas, seakan-akan mengejek, "ke mana perginya semangat mu duluh gadis kecil?" ucapnya sambil mangacak-acak rambut Okla yang jauh lebih pendek dibanding Jendral Anantha. Okla hanya mengangguk pelan, ia belum melupakan misinya berada di sini. Mengubah tempat tanpa cinta ini, menjadi tempat yang penuh dengan kasih sayang.

Cahaya bulan menerobos masuk melalui celah-celah ventilasi, Okla mengeluarkan buku catatannya dan juga sebatang pensil yang sudah sangat pendek, kebiasaan Okla tiap malamnya adalah menulis apa yang ia rasakan untuk hari ini.

Walau kadang harapan tak sesuai kenyataan

Hanya satu cara untuk terus bahagia

Belajar ikhlas menerima semuanya

Jangan biarkan harapan mengekang ke bahagian

Bahagia itu cukup syukuri semuanya

Insyaallah semua akan indah.

Okla menutup buku catatannya dengan tersenyum, berharap semua akan lebih indah dan menyenangkan. Okla mulai menenggelamkan dirinya dalam dunia mimpi, menapaki setapak-demi setapak dunia indah tanpa beban dan air mata.

Misi hari ke-2. Okla tak mau memulai harinya tanpa sarapan, dengan sedikit sisa kesadaran Okla menarik semua kesadarannya dari alam mimpi. Dengan langkah gontai, Okla menuju ke ruangan yang memang disediakan untuk makan. Okla tak melihat menu apa pun, hanya ada segelas air putih. Rasa bingung begitu memenuhi otaknya.

"Maaf Nyonya, apa tidak ada makanan di sini?" Tanya Okla dengan semua keberaniannya pada seorang juru masak di tempat itu, "setiap pagi kami hanya menyediakan segelas air mineral, karna stok bahan makanan yang dikirim pemerintah pusat tidak mencukupi." kata-kata itu berhasil merusak pikiran Okla, tentang kehidupan prajurit selama ini, karna Okla pikir jadi prajurit itu menyenangkan. Dengan langkah kecewa, Okla pergi meninggalkan tempat itu.

Okla adalah tipe orang yang mudah untuk beradaptasi, tapi tidak untuk situasi ini. Ini jauh dari kehidupannya sebelumnya. Okla tat tahan lagi, perut yang melilit karena hanya sarapan dengan segelas air mineral dan latihan ang keras tanpa belas kasihan. Menangis hanya itu yang bisa dilakukannya sekarang.

"Jangan salahkan aku, karena sebelumnya aku telah memberitahu mu." entah dari mana datangnya, tiba-tiba Jendral Anantha sudah ada di samping Okla.

"Aku tak tau jika harus sekeras ini." Okla berusaha menghapus air matanya.

"Keras kepala itu tidak baik."

"Sekarang aku tau." Okla berusaha untuk tersenyum.

Ikhlas itu soal rasa

Rasa untuk bertahan

Ketika tak sesuai kata hati

Egois itu soal rasa

Ketika kenyataan tak begitu

Tapi hati dan logika tetap bertahan

Pertanyaannya?

Apa aku sekarang

Ikhlas atau egois

Bertahan atau menahan

Yang jelas aku akan tetap ada

Menyelesaikan soal misi ini.

Misi hari ketiga, "semua tak akan berjalan lancar, jika aku hanya bediam diri di sini. Valentine tinggal 2 hari lagi, itu artinya waktu ku tinggal 2 hari lagi." batin Okla terus berbicara apa yang akan ia lakukan untuk melakukan perubahan, rencana pertamanya adalah untuk menemui pemimpin tertinggi di tempat ini.

Setelah latihan usai, Okla menjalankan misinya untuk menemui sang pemimpin. Sesampainya di situ Okla langsung berlutut. "Maaf sebelumnya, saya mau bicara."

"Tapi saya tidak menerima protes apa pun." kata-kata itu berhasil mematahkan semua semangat Okla, untuk bebarapa dektik Okla hanya diam sambil terus berlutut. "Jika tidak ada yang akan kamu katakan lagi, silakan pergi!" Okla hanya bisa mengehembuskan nafas kekecewaan, entah ke mana perginya semua keberaniannya tadi siang.

Misi hari keempat.

"Heii bangun!" Teriaknya dengan keras sambil menendang-nendang bahu Okla dengan kasar, "kita harus berangkat, ada penyerangan di distrik 11, kita kekurangan pasukan, kita semua harus bergerak, semuanya bangun!" penjelasan itu cukup untuk menjawab pertanyaan Okla atas kekecewaan ini, semua orang sibuk berlari ke sana-kemari mempersiapkan semuanya. Sementara itu, Okla masih berusaha mengumpulkan kepingan ingatannya dan berusaha keluar dari dunia mimpi.

Okla berusaha mengatur deru napasnya dan menenangkan jantungannya yang terus berdegup kencang dari tadi. Otaknya dipenuhi dengan semua pertanyaan yang membuat jantungnya tak bisa diam. Apalagi ini adalah kali kedua Okla terjun langsung kelapangan dan besok adalah hari valentine yang selalu ditunggu-tunggu oleh Okla.

Satu hal yang membuat Okla kecewa adalah pembagian wilayah penyergapan dan sayangnya Okla tak satu tim dengan Jendral Anantha, entah kenapa Okla sangat berharap untuk bisa satu tim dengan orang itu. Setidaknya, Okla selalu bisa untuk melihat Jendral Anantha dan tau ia baik-baik saja, walaupun Okla tak bisa menolong banyak. Okla terjun ke medan perang hanya menggunakan modal nekat.

Untuk situasi seperti ini Okla harus membuat penglihatan dan pendengarannya menjadi tajam. "Fokus Okla!!!" teriak seseorang dengan nada membentak. Bagaimana Okla bisa fokus jika pikirannya hanya terfokus dengan Jendral Anantha? jika Okla bisa berpikir dengan logika, untuk apa Okla menghawatirkannya? Jendra Anantha dibesarkan dalam dunia militer, situasi seperti itu seharusnya sudah biasa baginya. Tetapi, tetap saja Okla menghawatirkannya.

Okla adalah petarung jawab jauh, jadi Okla hanya perlu berdiam diri di atas pohon dan membidik musuhnya daru tempat itu. Cukup mudah dan menyenangkan untuk selama ini Okla telah melumpuhkan lebih kurang sepuluh orang. Kerja bagus bagi seorang pemula.

Percuma saja Okla merencanakan hari Valentine dari dulu-dulu, nyatanya sekarang Okla harus merayakannya dimedan perang. Sebuah asap mengepul dari arah jam 9, itu adalah tanda yang telah disepakati bersama untuk berkumpul, entah jam berapa sekarang, yang jelas semua sudah gelap hanya ada bintang dan bulan.

Berita buruk, hampir lebih separuh pasukan meninggal di medan perang, seketika berita itu membuat Okla panik. Seketika nama Jendral Anantha langsung memenuhi otaknya. Seketika mata Okla menerobos gelapnya malam untuk mencari keberadaan sosok yang dicarinya.

Okla tak bisa untuk tersenyum lama ketika melihat sosok yang dicarinya dari tadi, ketika melihatnya penuh bersimbah darah dan wajah yang begitu pucat dengan punuh keberanian Okla menyentuh tangannya, dingin bahkan sangat dingin.

"Jendral," ucap Okla lirih dan seketika air matanya jatuh dan tak bisa tertahan lagi sementara itu Jendra Anantha hanya tersenyum, seperti bicara aku baik-baik saja, "Selamat hari valentine." ucap Okla dengan terisak.

Seperti kisahnya hari valentine adalah hari di mana seorang saint Romawi Vanlentinus yang dihukum mati pada 14 Februari 2700. Dan sekarang, pada tanggal yang sama 14 Februari Jendral Anantha tersenyum untuk terakhir kalinya.

Untuk ke sekian kalinya Okla dikecewakan oleh hari valentine, mulai dari pembantaian keluarganya di hari valentine dan sekarang Jendral Anantha seseorang yang sangat dipercayainya, pertemuan yang berawal di medan perang dan perpisahan yang berakhir di medan perang.

"Selamat jalan Jendral."

Selamat jalan teruntukmu

Teruntuk mu yang sudah berjuang bersama ku

Terima kasih untuk pertemuan yang hanya sebentar

Tapi punya arti yang besar bagiku

Gelap langit mengantarkan perjalananmu

Berakhir sudah misiku

Sekali lagi selamat jalan

Penuh cinta Coklat kimerlim

~terakhir teruntuk mu~.

*****

Hayo Bagaimana?

Jangan lupa vomment ya~

Continue Reading

You'll Also Like

195K 7.1K 55
Cerita Pendek Tanggal update tidak menentu seperti cerita yang lainnya. Berbagai tema dan juga kategori cerita akan masuk menjadi satu di dalamnya.
235K 11.5K 27
[MINIMAL FOLLOW LAH YA BIKIN CERITA SUSAH ‼️] [Ganti Cover💞] [BANTU PROMOSI CERITA INI. TERIMA KASIH 💞💐] "Kalo mau cipokan itu tau tempat." "Makan...
671K 102K 74
Ini kelanjutan story Different Soul★DERA☆ ya. kalau berkenan, mampir ke sana dulu~ ________ Bukan hanya menceritakan perbedaan sikap antara Delon dan...
661K 17.2K 51
WARNING⚠⚠ AREA FUTA DAN SHANI DOM YANG NGGAK SUKA SKIP 21+ HANYA FIKSI JANGAN DI BAWA KE REAL LIFE MOHON KERJASAMANYA. INI ONESHOOT ATAU TWOSHOOT YA...