EVENT AIRIZ "Realita di balik...

By AirizPublishing

2.8K 272 81

Work ini akan berisi karya-karya terbaik dari penulis Airiz dengan tema #Realitadibalikvalentine. Event ini d... More

CUAP - CUAP
Despicable Val
Momen Emosional
UNFULFILLED PROMISE
You're not My Valentine
Ingatan dan Lamunan di Hari Valentine
UNDERCOVER
JOIN
CACTUS
Memori Merah Jambu
CYCLOPATH
Sweet Memorize Sunshine
Pengakuan Tak Terduga
VALENDRA
You are not CLAUDIUS II
Fase Bestfriend
Look-Out
Fix You
Surat untuk Cokelat
Flower Road
Penghujung Kantin
Dari Kara Untuk Fadhil
Memorable Chocolate
LOST STAR
Rachel
MOVE ON
Penenun Nasib
Another Ending
My Almost Valentine
Bloody Val
Duka dalam Kata
Dibalik 14 Februari
Gadis Perindu
KAMUFLASE
Hari Kasih Sayang Terakhir Bersama Ibu
Kasih Sayang

Kebaikan dalam Lautan Cokelat

65 5 0
By AirizPublishing

Cerita ini dikarang oleh akbarevandio

****


Bila kalian sedang membaca cerita ini, izinkan aku untuk mengucapkan selamat. Hal pertama adalah selamat hari kasih sayang atau yang lebih dikenal dengan Hari Valentine bagi kalian yang merayakan. Serta, selamat karena kalian bisa merayakan dengan orang yang kalian begitu cintai dan kasihi karena apabila kalian mencari siapa dan di manakah penulis dari cerita ini. Aku sarankan untuk menyerah saja karena aku tidak akan keluar rumah untuk menemui kalian.

Perkenalkan namaku adalah Khairina Nilda Bassania, sejak kecil aku membenci Hari Valentine, apakah kalian ingin tau alasannya. Ada baiknya memang aku bercerita saja, tenang aku bukan membenci Valentine karena memiliki pandangan terhadap cokelat adalah lambang kemaksiatan atau pun gerakan lain yang menentang Valentine dengan dalih apa pun itu.

Aku membencinya karena Tuhan sudah menakdirkanku untuk membenci hari tersebut. Aku merupakan salah satu anak yang mengidap Xocolatophobia. Jika, kalian ingin aku menjabarkannya selain tidak akan tahan mencium bau kakao. Jika sedikit saja tercium bau itu, aku akan merasa pusing dan mual seakan kehilangan keseimbangan. Aku sendiri mulai menyadari bahwa aku memiliki anugerah ini saat aku berusia tujuh tahun. Tepatnya, saat aku berada di bangku sekolah dasar.

Aku ingat sekali saat itu sekolahku sedang mengadakan kunjungan ke sebuah pabrik cokelat. Perjalanan itu begitu menyedihkan bagiku. Bila kalian berfikir aku tidak menikmatinya, maka aku akan menjawab tebakan kalian kali ini begitu tepat. Coba saja kalian bayangkan ketika kunjungan dan semua teman-temanku duduk bersama salah satu dari orang tua mereka dan aku terpaksa duduk di samping supir bersama guruku.

Beliau beberapa kali mencoba untuk mengajakku bicara dan menghiburku tentunya tapi rasanya aku ingin minta maaf kepadanya dan mengatakan cukup untuk meninggalkan aku sendiri. Pada saat sudah berada di pabrik cokelat aku sengaja untuk berpisah dari rombongan, sengaja saja agar aku bisa lebih tenang untuk tidak melihat semua temanku sedang bahagia dengan seseorang yang disebut orang tua. Aku pun berkeliling pabrik dan tanpa sadar memasuki kawasan yang dilarang untuk dimasuki karena disana terdapat alat-alat berat yang bila aku pikirkan saat ini. Mungkin dulu adalah sebuah keajaiban aku bisa selamat.

Aku yang saat itu mulai sadar karena terlalu lama berpisah dari rombongan akhirnya ditemukan tanpa sadar di dalam gudang penyimpanan cokelat dengan wajah pucat pasi dan mulai saat itu apabila aku menghirup bau cokelat. Tubuhku akan bereaksi dan membuat nafasku sesak serta kemudian tidak sadarkan diri. Mungkin hal tersebut masih kurang untuk menjadi fondasiku dalam berdalih dan memberikan alasan aku benci Valentine. Mungkin alasan kali ini cukup, selain karena anugerah yang aku miliki Hari Valentine adalah Hari di mana aku terlahir ke dunia ini dan hari di mana telah merenggut ibuku dalam pengorbanannya untuk membuatku bisa ada di bumi ini.

Ayahku begitu membenciku, bagaimana tidak aku telah merebut seseorang yang begitu berarti dihidupnya justru di mana ketika orang-orang mengatakan hari tersebut adalah hari kasih sayang. Sejak kelahiranku di dunia ini beliau tidak pernah menyapaku bahkan beliau selalu menampar apabila aku hadir untuk sekadar bertanya bagaimana rupa dan watak mama. Sehingga, jika kamu ingin tau aku tinggal bersama dengan nenekku. Hanya nenek, satu-satunya yang memahami problematikaku saat ini, hanya beliau satu-satunya menurutku bukan hanya dengan umur yang bertambah namun dengan kedewasaan yang selalu semakin dalam hingga tak mampu aku menyelaminya.

Tok... Tok... Tok...

Suara seseorang sedang mengetuk pintu kamarku.

"Airin, bangun nak. Berangkat kuliah jangan lupa Salat Subuh."

Kalian tentunya tau siapa dia, beliau adalah nenekku perempuan berumur 78 dengan rambut yang sudah memutih tapi tidak pernah akan mampu untuk membuat langkah kakinya goyah untuk membangunkanku di pagi hari. Mungkin, jika mama masih hidup rasanya akan seperti ini. Mungkin.

"Iya nek." Segera aku keluar kamar untuk memeluknya.

"Nek, kan sudah Airin bilang kalau sekarang belum mulai semester baru jadi Airin masih libur nek."

"Masa sih? Kapan kamu cerita ke nenek?" tanyanya.

"Ih, lupa lagi deh pasti." protesku

"Hehehe, iya Airin tapi subuhnya bukan berarti libur juga kan? Kalau iya nanti kado ulang tahunmu juga libur loh." ancam beliau.

"Iya nenekku, subuh dulu ya Airin nek." aku segera mengecup keningnya kemudian melepaskan pelukanku.

"Kado tahun ini apa nek? Kakek baru ya? Hehe." candaku

"Hush, udah kamu tolong ke pasar belanja setelah itu nanti bantu nenek masak."

Begitulah nenek, seperti yang sudah aku katakan beliau adalah seseorang yang memberikan alasanku untuk tetap bersyukur. Setelah selesai subuh, aku pun berangkat menuju ke pasar. Hari ini, aku bertujuan untuk membuat sop udang kesukaan nenek. Aku pun membeli berbagai keperluan untuk memasak menu tersebut. Kemudian bergegas pulang karena langit telah menurunkan gerimis rintik.

"Assalamualaikum nek, Airin pulang"

"Waalaikumusalam, bagaimana belanja hari ini?"

"Menyenangkan nek, tidak ada bau cokelat sejauh hidung mengendus haha."

Nenek tertawa mendengar guyonanku.

"Hahahaha, syukurlah kalau tidak bisa repot kalau cucu nenek yang manis seperti cokelat ini pingsan di pasar. Kasihan siapa pun yang menggendongnya. Mari ikut nenek."

"Ih nenek." aku pun kembali memeluknya kemudian mengikutinya untuk ke ruang tamu.

"Tolong, undur waktu meeting saya dengan client kita hari ini."

Suara itu terdengar tidak asing menurutku, aku langsung berlari meninggalkan nenek dan menuju ruang tamu.

"UNTUK APA KAMU KE SINI HAH!"

Aku membentaknya sangat keras bahkan aku sudah hampir lupa bahwa orang yang aku bentak saat ini adalah seseorang yang selalu aku tunggu kehadirannya setiap aku terbangun dari tidur hingga aku kembali untuk bermain di alam mimpi saat malam. Seorang itu adalah ayahku.

"Selamat ulang tahun Khairin, apa kabar nak?"

"PEDULI APA KAU HAH?! ADA PERLU APA DENGANKU? KATAKAN SAJA!"

Aku pun berulang kali membentaknya dan akhirnya aku pergi ke kamar.

BRAK

Aku membanting pintu kamar dan menangis.

Mengapa aku melakukan hal bodoh seperti itu, aku merindukan dirinya di setiap waktu dan setiap saat akan tetapi aku justru melakukan hal yang justru membuatnya semakin sedih, aku justru membuat hubungan kami akan semakin renggang dan jauh. Aku tak akan bisa lagi menggapai sosok ayah yang aku rindukan.

Aku pun mencoba menulis sajak-sajak untuk menenangkan pikiran di dalam buku harianku karena biasanya hal itu berhasil dan membuat suasana hatiku menjadi lebih baik ke depannya. Tetapi, semakin aku mencoba menulis aku justru semakin membuka kembali ingatan bahwa aku telah membentaknya, membuka kembali tamparan yang mendarat ke wajahku, membuka kembali wajah dinginnya yang membekukan segala hubungan yang harusnya bisa tercipta.

Aku pun semakin kesal dan akhirnya membuat kamar ku porak-poranda. Membanting seluruh barang yang ada di kamarku. Berteriak kemudian membanting kembali hingga lelah menjadi tanda dan aku pun terjatuh mungkin selain lelah tidak sadarkan diri dengan jatuh pingsan adalah cara tubuhku untuk menyudahi ini.

"Airin, Airin, bangun nak." Suara lirih itu menyadarkanku.

"Nenek," Aku menjawab pelan.

"Maafkan nenek ya nak."

Aku pun mengangguk kemudian mengiyakan, tidak mungkin bagiku untuk marah kepada nenek. Sehingga, aku pun menurut untuk pergi kembali ke ruang tamu dan mencoba untuk berbincang kembali dengan ayah.

Suasana di ruang tamu begitu dingin.

Aku kesulitan untuk memulai darimana dan Ayah kesulitan bagaimana untuk memulai.

"Apa kabar kamu Airin?"

"Bukan Urusan ayah!"

Haduh mengapa aku menjawab seperti itu.

"Tolong ya nak, ayah sudah mau untuk kesini. Jadi hargai ayah! Kamu ini memang kurang ajar! Dasar ..."

"Dasar apa! Apa yah!" aku pun akhirnya kembali membentaknya.

"Begini saja, sebelum kita mulai sarapan yang sebentar lagi jadi makan siang ada baiknya kalau kamu Hanu tolong bereskan kamar KhAirin dan untuk kamu Airin tolong ke dapur membuat masakan untuk kita santap". Perintah nenek.

Kami pun mengiyakan perintah nenek.

Sebelum memasak sop, aku melihat bahan-bahan untuk membuat adonan kue ada di atas meja. Amarah membuatku mencampurkan semua bahan dengan asal ke dalam adonan. Adonan tersebut terlihat begitu berantakan yang kemudian aku langsung beralih untuk memanggangnya. Alih-alih aroma kue pun mulai tercium di dapur dan membuat pandanganku kembali kabur.

BRUK...

Aku pun jatuh pingsan kembali.

"Khairin, bangun Airin" suara kali ini terdengar sesegukan

Aku pun terbangun dengan melihat tetesan air mata ayah yang beberapa kali jatuh dipipiku. Membuatku terbangun dan menyadari bahwa aku sudah ada di pangkuan ayah yang tidak mampu membendung banjir dari matanya.

"Mengapa Ayah menangis?"

"Maafkan ayah Airin, ayah selama ini menjadikan amarah sebagai tunggangan menjadikan kecewa sebagai alasan. Tanpa meminta untuk saling duduk berdua sekadar menanyakan ada apa dengan mu anakku"

Mendengar kalimat tersebut aku tidak mampu lagi untuk membendung segala perasaan yang selama ini aku ingin utarakan namun tertahan oleh ego.

Aku pun menangis.

Rasanya waktu berhenti berputar memberikan kami masing-masing kesempatan untuk larut dalam haru yang ada dan entah dengan kekuatan apa yang masuk ke dalam tubuhku sehingga aku memiliki tenaga untuk melepaskan diri pangkuan ayah kemudian bersujud di kakinya sembari menangis.

"Maafkan Airin ayah, mungkin Airin tidak bisa jadi kebanggaanmu, Airin menjadi alasan yang membuat ayah sedih, Airin yang membuat Ayah kehilangan Ibu, Airin yang membuat nenek harus kesulitan untuk merawat Airin, Airin yang...." Aku pun menangis kembali dan tidak mampu melanjutkan apa yang ingin aku sampaikan.

Ayah menyodorkan buku harianku dan beberapa lembar puisi yang sudah tercerai dari halamannya dan berakhir di tempat sampah.

Ayah

Maaf, Apabila hanya buat emosimu tersulut

Maaf, Apabila aku diam pada takdir hanya menurut

Maaf, Aku tak berani beranjak dewasa, nyaliku ciut

Maaf, Aku hanyalah seorang pengecut

Maaf, ayah aku takut

Ayah pun mengangkat tubuhku.

"Bangun nak, kita semua telah membuat banjir seisi rumah dan menghanyutkan segala benci dan emosi selama ini dengan air mata kita. Izinkan ayah untuk lebih mengenalmu"

Aku pun menangis keras dalam pelukan ayah.

Kami pun tidak sadar bahwa gerimis kini telah menjadi hujan yang begitu deras diluar tapi terasa hening didalam.

Hening.

Mewakili kami semua.

"Kruuuk...Kruuuuk" suara perut memecahkan hening yang ada

Memalukan disaat seperti ini mengapa lambungku tidak ikut mendukung suasana yang ada dan justru mengacaukan semuanya.

"Hahaha, maafkan ayah lagi ya nak kamu pasti lapar".

Ayah dan nenek pun memasak bersama, aku dilarang ikut membantu karena masih ada sedikit aroma cokelat di dapur. Nenek menegur ayah karena membawa adonan dengan perasa cokelat ke rumah. Tapi, tidak apa menurutku karena cokelat menjadi salah satu yang berperan membuat aku melihat ayah tersenyum begitu lepas.

Makanan pun sudah tersiapkan di meja makan.

"Airin, apa kamu tau arti dari nama Airin?"

"Tidak ayah."

"Artinya adalah kebaikan hati dari lautan cokelat."

"Ibumu khairin yang memberikan nama itu untukmu."

Kemudian Ayah memberikan video dengan ibu yang ada di dalamnya.

Khairina Nilda Bassania yang berarti kebaikan hati dari lautan cokelat. Itu adalah nama yang ingin aku berikan padamu anakku. Ibu sangat menyukai cokelat karena ayahmu dulu pernah membuatkan kue cokelat untuk melamar ibu Airin, serta ibu yakin bahwa Airin akan menjadi perempuan yang baik hatinya dan ikhlas sedalam lautan kalau video ini kamu tonton berarti ibu sudah tiada. Maaf ya Airin, karena Airin jadi tidak bisa curhat dengan ibu atau bermain dengan ibu layaknya anak gadis yang lain. Ibu mempersiapkan video ini agar sewaktu-waktu Airin rindu dengan ibu. Airin bisa memeluk ibu dari sini. Selamat ulang tahun ya Airin, Selamat Menikah ya Airin, Selamat menempuh hidup baru ya Airin, dan selamat atas kelahiran anak pertamamu ya Airin. Maaf, bila jadi mengucapkannya sekaligus. Ibu sayang Airin.

Video tersebut selesai.

Aku pun tidak mampu menangis lagi karena tidak ingin membuat ayah kembali bersedih, aku hanya mengatakan terima kasih untuk Ayah dan Nenek. Kemudian aku meminta izin kepada mereka berdua untuk kembali masuk ke kamar melaksanakan salat Zuhur.

Ayah dan Nenek memelukku

"Selamat ulang tahun Khairin."

Aku pun bergegas pergi ke kamarku.

Di dalam salatku, ribuat kalimat aku panjatkan dari rasa syukurku terhadap ayah yang hadir kembali, syukurku pada nenekku yang membesarkanku hingga saat ini, dan terima kasih kepada ibuku yang menjelaskan realita dibalik segalanya dibalik pahitnya sebuah cokelat dan manisnya cinta di dalam doa yang dia titipkan di dalam namaku. Sehingga, mungkin bila di antara kalian masih ada yang valentine aku ingin izin untuk mengundurkan diri dan tidak perlu peduli.

Karena aku hanya peduli bahwa selalu ada alasan di setiap kisah yang Allah berikan dan hari tersebut adalah hari di mana aku memulai kisahku sendiri. Aku pun keluar dari kamarku dan melihat kedua orang yang paling aku sayangi berada di depanku sembari tersenyum kemudian memanggil namaku.

"Airin sayang dengan Ayah dan Nenek."

"Kami juga Airin, selamat ulang tahun dan selamat hari kasih sayang ya nak."

Mereka kemudian memelukku kembali dan aku menyadari bahwa hari ini membuat hatiku terasa hangat kembali.


****

Hayo bagaimana?

Jangan lupa vomment ya :)

Continue Reading

You'll Also Like

379K 4.4K 24
Hanya cerita hayalan🙏
573K 44.5K 34
Perpindahan jiwa musim 4 🌼follow akun author untuk membaca🌼 Karalina yang meninggal dunia, tiba-tiba terbangun di tubuh Elisa Karaline. Si antagon...
78.9K 2.9K 15
"siapa namamu?" "o-oline kakk"
834K 54.6K 35
SLOW UPDATE Kisah tentang seorang bocah 4 tahun yang nampak seperti seorang bocah berumur 2 tahun dengan tubuh kecil, pipi chubby, bulu mata lentik...