💜
"WHAT??"
Serius itu bukan teriakan Wendy, tapi teriakan Somi yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya. Dia menguping.
"Kau serius?" Somi bertanya tak sangka pada Taehyung.
Pertanyaanya itu sedikit seperti
Seperti apa ya?
Ya seperti... hmm sedikit panik.
"Kita susul dia sekarang!"
•
Sesampainya di kantor polisi, Taehyung melihat Irene duduk saling berhadapan dengan seorang polisi.
Dan jangan lupakan tubuh istrinya yang sedikit bergetar ketakutan.
Polisi di hadapan Irene sadar dengan kedatangan Taehyung, ia berdiri dari duduknya lalu membungkuk sopan pada Taehyung, "Malam" sapanya.
Aneh bukan disini malah polisinya yang memberi hormat terlebih dahulu pada Taehyung.
"Ada apa ini?" tanya Taehyung sebelum ia mendudukkan tubuhnya pada kursi yang ada di samping kursi Irene. Sedangkan Irenenya sendiri masih menunduk. Terlalu shock sepertinya.
"Tadi pada jam enam kurang tujuh menit, istri anda menabrak mobil yang tengah parkir di tepi trotoar" polisi tersebut mencoba memberi penjelasan.
"Lalu?" Taehyung bertanya.
"Ada korban disana, si pengemudi mengalami luka ringan dan dia menuntut istri anda"
Taehyung menatap khawatir Irene, ingin memeluknya saja rasanya. Tapi Somi sedang mengawasinya.
Somi yang melihat keterdiaman Taehyung, mendekat lalu berbisik, "Taehyung-ah ikut aku sebentar"
Taehyung menatap bingung Somi, sebelum mengangguk mengiyakan apa kata wanita itu. "Wendy! urus ini, ada yang ingin ku bicarakan dengan Somi" Taehyung bangun dari kursinya lalu menarik tangan Somi untuk mengikutinya.
Irene yang sedari tadi diam, menatap sedih kepergiaan Taehyung.
Lalu kembali menunduk saat Taehyung telah hilang dari penglihatannya, dan tanpa orang-orang disana sadari Irene kembali menangis.
•
"Ada apa?" Taehyung menatap Somi yang berada disampingnya.
"Ayo hentikan semua ini, aku tidak tega dengannya" Somi berbicara dengan tampang sedihnya.
Taehyung mengernyit pada Somi, "Kita jalani saja dulu" tenangnya kemudian.
"Yak! Kau Bodoh!? Apa kau tak kasihan padanya?"
"Berani sekali kau.." Taehyung menggeram kesal saat gadis itu dengan lantangnya meneriaki dirinya bodoh. "Jika bukan Somi sudah ku bunuh kau" Taehyung menatap garang Somi.
"Ya ya, tapi untungnya aku ini Somi jadi kau tidak akan membunuhku hahaha" tawa Somi sedikit meledek.
"Percepat saja" usul Taehyung.
"Apanya?" tanya Somi tak mengerti.
"Waktunya" Taehyung menjawab jengah.
"Tapi, apa tidak aneh?" tanya Somi.
Taehyung menggeleng
"Tidak masalah. ayo kembali"
•
"Sudah selesai?" tanya Taehyung pada Wendy yang masih berbicara serius pada polisi disana.
Wendy menatap Taehyung, lalu menggeleng "Belum"
"Aku akan membawa Irene pulang bersamaku, kau yang urus ini." perintah Taehyung sebelum mendekat pada Irene.
"Hey, bangun dan cepat pulang!" Taehyung memerintah datar pada Irene dan tentunya Irene tidak mengindahkan perintahnya itu.
"Irene"
Irene menggeleng pelan.
"Kim Irene" Taehyung memanggil Irene dengan nada kesal, berbanding sekali dengan rautnya yang terlihat begitu khawatir pada Irene.
"Ani, Taehyung-ah" tolak Irene pelan.
"Taehyung" Somi yang berada disisi kiri Taehyung memanggil.
"Apa?"
"Mana kunci mobilmu? biar aku saja yang membawanya dan kau yang mengurus dia" Somi menunjuk Irene.
Taehyung yang mengerti langsung menyerahkan kunci mobilnya pada Somi, lalu kembali menatap Irene.
"Hahh" ia menghela nafasnya lelah saat melihat betapa keras kepalanya istrinya ini.
Tidak ada pilihan lain akhirnya Taehyung menggendong paksa Irene.
"Ya! Taehyung-ah!" Irene memekik terkejut atas perlakuan Taehyung.
Taehyung menatap Irene yang menangis di gendongannya "Kenapa? Kenapa menangis? Kau terluka?" Tanyanya begitu panik.
Irene menggeleng, ia melingkarkan tangannya pada leher Taehyung lalu menyembunyikan wajahnya di bahu sang lelaki tercinta.
"Wendy urus ini dengan benar" perintah terakhir Taehyung pada Wendy sebelum ia benar-benar membawa pergi Irene.
Saat Taehyung dan Irene yang berada di gendongan Taehyung keluar dari kantor polisi, di depannya sudah terpakir mobilnya yang di kendarai oleh Somi.
Jadi tanpa menunggu lagi, ia langsung masuk kesana.
Taehyung memasuki tubuhnya berbarengan dengan tubuh si istri, lalu memangkunya.
"T-Taehyung"
Terdengar panggilan lemah dari Irene.
"Wae?"
"Aku tidak suka" air mata Irene kembali jatuh.
"Apa?" Taehyung bertanya sekali lagi, ia tidak dapat menangkap dengan jelas apa yang di bicarakan istrinya itu.
Irene mengangkat kepalanya dan menatap Taehyung dengan mata sayunya.
Taehyung sedikit terkejut, istrinya masih menangis ternyata.
"Aku tidak suka" ulang Irene.
Taehyung menghapus air mata Irene dengan jarinya "Apa yang tidak kau suka?" ia bertanya.
Irene menatap Taehyung ragu,"Somi" jawabnya kemudian.
"Ken—
"Apa yang tidak kau sukai dariku?" Somi yang sedari tadi menyetir di depan akhirnya membuka suara.
Sedangkan Irene membolakkan matanya terkejut, lalu memutar tubuhnya untuk melihat kedepan. Dan benar saja, kenapa ada Somi disini?
Irene kembali menatap Taehyung, dengan tatapan memelas. "Kenapa ada dia?" Irene menunjuk Somi dengan jari-jari mungilnya.
"Tentu saja ada, kau tidak tau?"
Irene menggeleng.
"Hei jawab" desak Somi, saat Irene masih belum menjawab pertanyaannya.
"Tae" tak mengindahkan omongan Somi, Irene kembali memeluk Taehyung. Tapi yang kali ini lebih erat.
Taehyung mendorong pelan tubuh Irene untuk bisa lebih leluasa melihat wajahnya, seketika ia mengernyit saat baru menyadari adanya warna keunguan di dahi Irene.
"Kenapa ini?" tanya Taehyung dengan tatapan tajamnya.
Irene hanya menggeleng lemah.
Ia juga lupa dengan lebam yang ada di dahinya.
"Somi cari apotik!" perintah Taehyung dingin, Sominya juga tak banyak bicara mana mungkin ia menolak perintah itu diakan sudah berjanji jika akan selalu mentaati segala perintah Taehyung.
"Sakit?" tanya Taehyung pada Irene, dan lagi lagi Irene hanya menggeleng.
Somi yang mendengar sedikit mengernyit tidak suka, Taehyung itu bodoh atau apa sih?
Sikapnya itu terlalu terlihat jelas, bahwa ia sangat Menkhwatirkan Irene. Apa dia lupa dengan rencananya? "Taehyung ingat ini hari terakhir" Somi memberi peringat.
Irene diam-diam berfikir atas perkataan Somi barusan, hari terakhir apa? Hahh entahlah ia malas memikirkannya.
Dan sedetik kemudian ia sudah tidak memperdulikan ucapan Somi lagi, yang terpenting ia sudah aman di pelukan suaminya saat ini, tanpa harus berpikir bagaimana dengan esok.
• • •
Sesampai di huniannya, Taehyung langsung membawa turun Irene yang sudah terlelap di pangkuannya.
Membawa tubuh ringan itu menuju kamar mereka.
"Somi" panggil Taehyung sebelum ia menaiki tangga.
"hmm?"saut Somi selaku orang terpanggil.
"Ambilkan air dingin, lalu bawa kekamarku" perintah Taehyung, lalu ia kembali melangkahkan kakinya.
Sesampainya di kamar ia langsung menaruh tubuh mungil Irene di atas kasur dan menyelimutinya, udara malam disana sedikit lebih dingin dari malam-malam sebelumnya.
Cklek
Taehyung menatap sebentar Somi yang tengah masuk kemarnya, sebelum kembali menjatuhkan perhatiannya pada Irene yang kini dengan damainya terlelap.
"Ini" Somi memberikan baskom kecil yang berisikan air dingin itu pada Taehyung.
"Sial! kenapa ini bisa seperti ini" Taehyung menyingkirkan anak-anak rambut yang menghalangin dahi Irene. Dan ia semakin merasa bersalah saat melihat lebam seperti itu ada di dahi istri tersayangnya ini.
Maka dengan hati-hati ia mengompres lebam Irene, walaupun hal-hal yang seperti ini bukan ahlinya. Tapi ia tak masalah melakukannya jika untuk Irene.
"Taehyung-ah ayo bicara sebentar"
"Di balkon.."
.
.
.
.
.
"Kan benar apa yang aku katakan, kau tidak bisa memarahinya Taehyung. Bagimana rencana kita berhasil jika kau saja seperti ini" Somi memulai pembicaraannya dengan menyalahkan Taehyung yang tidak becus dengan rencananya.
"Ah sudahlah lain kali aku tidak akan mengikuti rencana bodoh mu lagi."
"Hei ini seru, jika hubunganmu lancar-lancar saja itu tidak akan seru. Kita buat ini sedikit lebih ekstrim" Somi menatap Taehyung.
"Sudahlah malam ini kau dan Wendy beli semua perlengkapan untuk besok jangan sampai ada yang kurang"
"Siap bos" Somi memberi hormat main-main pada Tahyung.
Tbc.