Sean membuka lokernya, mengambil beberapa buku dari sana. Ia terhenti saat tak sengaja mendengar percakapan dua siswi yang memiliki loker tak jauh dari lokernya. Sean dapat mendengar dengan jelas percakapan dua siswi tersebut.
"Sumpah gue nggak bohong. Si Axel selalu menyelinap masuk ke asrama putri. Dia menemui Davina hampir setiap malam!"
"Sumpah? Biasanya Axel cuma sekali seminggu mengunjungi Davina."
"Ya mungkin karena Davina sekarang satu kamar sama Ocha."
"Ocha yang mana?"
"Ocha yang itu lho. Okalina Taruni, siswi yang selalu menang olim. Dia kan target bullyannya si Axel. Mungkin si Axel mau ngebully dia di asrama juga."
"Kalau gue jadi Ocha, mungkin gue bakal keluar dari Delton."
Tangan Sean mengepal marah. Ia membanting pintu lokernya hingga membuat semua orang yang berada di sekitarnya terperanjat kaget. Tak bisa dibiarkan Axel terus mengganggu Ocha, batin Sean.
Sean berjalan cepat menuju rooftop sekolah. Mondar-mandir tak tenang menunggu kedatangan Ocha. Saat mendengar ada suara langkah kaki yang berjalan menaiki tangga, Sean cepat-cepat duduk dan memasang wajah datarnya.
"Aduh, Kak. Maaf. Aku telat. Soalnya menu di kantin enak banget. Jadi pengen nambah terus tadi," jelas Ocha.
Sean melihat arlojinya. "Lo telat 6 menit 51 detik," tegur Sean kesal.
Ocha meringis malu. "Sorry."
"Duduk!" perintah Sean.
Ocha duduk dengan gerakan yang cukup hati-hati, takut Sean bertambah kesal karena keterlambatannya.
"Cha?"
"Hm?" sahut Ocha cepat seraya mengeluarkan gitarnya dari dalam wadah.
"Apa gue boleh tanya satu hal ke elo?"
"Boleh." Ocha mengangguk.
"Apa Axel masih gangguin elo?"
"Enggak juga sih. Teman-teman udah nggak jauhin aku. Terus Lokerku juga nggak ada yang mengotori lagi."
"Kalau di asrama? Gue dengar, dia masuk ke asrama putri."
"Dia pacaran sama Davina gitu. Meskipun nggak ganggu, tapi aku agak risih lihat mereka cinta-cintaan mulu."
"Ooooh." Sean mengangguk paham. Ia cukup lega mendengar bahwa Ocha tidak diganggu oleh Axel di asrama. Tapi tetap saja keberadaan Axel di asrama putri membuat Sean was-was. Apalagi pacar Axel satu kamar dengan Ocha. Sepertinya Sean harus melakukan sesuatu.
Sebenarnya, diam-diam Sean mengirim chat pada seluruh siswa Delton agar berhenti menjauhi Ocha dan bersikap seperti biasa pada Ocha. Jika terdapat satu orang saja yang sengaja menjauhi Ocha, maka siapa pun itu pasti dalam bahaya. Sean jarang mengamuk seperti Axel. Tapi sekali ia memutuskan membully orang, dia ratusan kali lebih kejam daripada Axel. Wajah tampannya membuat orang-orang di sekitarnya tidak tahu kalau dia tak memiliki rasa iba sedikit pun pada target bullyan. Jika Axel biasa membully hanya selama seminggu atau dua minggu saja. Sean berbeda! Sean akan membully sampai target merasa benar-benar frustrasi dan memutuskan keluar dari Delton. Bahkan beberapa target Sean banyak yang pindah ke luar negeri hanya untuk menghindari Sean.
"Kak, kunci D yang kemarin kayak gimana? Gini ya?" Ocha menekan beberapa senar.
"Iya." Sean mengangguk.
Embusan angin yang cukup kencang membuat kelopak bunga tabebuya berterbangan ke rooftop sekolah, menerpa rambut Ocha, dan membuat Ocha tampak anggun di mata Sean. Degupan jantung Sean yang tadinya normal mendadak beritme cepat. Perasaan menggelitik itu datang lagi. Dan bodohnya, Sean tidak tahu apa itu.
***
Gambar asrama Delton
Sean pergi ke asrama putri. Ia menemui Bu Jenita, kepala asrama. Dia meminta daftar nama-nama siswi yang belum mendapatkan teman sekamar. Tentu saja Bu Jenita langsung memberikan sebuah buku dan membuka halaman paling belakang untuk Sean. Di halaman tersebut ada deretan foto siswi-siswi jelek yang bukan dari kalangan siswi berprestasi atau siswi famous.
"Total ada 19 siswi yang belum mendapatkan teman sekamar. Ya karena tidak ada yang mau sekamar dengan mereka. Sistem penempatan di asrama ini adalah berdasarkan per kelas. Jadi misalnya siswi dari kelas X-A akan satu kamar dengan siswi dari kelas X-A juga," jelas Bu Jenita lembut. Tentu saja karena Bu Jenita tahu siapa Sean. Sean adalah anak dari keluarga Radeya, salah satu pemilik sekolah.
Sean masih belum menyahuti penjelasan Bu Jenita. Ia masih melihat-lihat profil 19 siswi yang tidak memiliki teman sekamar. Dari 19 siswi itu, tidak ada yang berasal dari kelas X-A. Oleh karena itu, Sean tidak bisa memindahkan Ocha ke kamar lain. Tapi Sean adalah anak pemilik sekolah. Ditambah lagi, dia adalah murid kesayangan guru-guru karena sering memenangkan berbagai olimpiade. Wajar jika ia bisa merubah peraturan sesuka hati.
"Menurut Ibu, dari 19 siswi ini, siapa yang paling baik hati?" Sean menunjukkan foto-foto kaum tersisih pada Bu Jenita.
"Ini." Bu Jenita menunjuk foto seorang siswi berkacamata.
Alis Sean terangkat, sepertinya wajah siswi itu tak terlalu asing.
"Namanya Atika. Dia dari kelas XI-IPA A," imbuh Bu Jenita.
"Bushet. Berarti dia temen sekelas gue dong. Pantas aja wajahnya kayak nggak asing gitu," batin Sean.
"Dia anak yang sangat sopan. Dia suka membagi-bagikan makanan ke kamar-kamar sebelah dan tak pernah keluar malam. Sepulang sekolah, dia langsung berdiam diri di asrama. Selain itu, saya perhatikan, dia juga rajin ibadah dan belajar," tambah Bu Jenita.
Sean mengingat-ingat kembali siapa sosok Atika. Seharusnya Sean tahu sedikit banyak tentang Atika karena Atika adalah teman sekelasnya. Sean tak mau salah memilihkan Ocha teman sekamar yang baru.
"Kalau boleh saya tahu, kamu tanya gini buat apa ya?" tanya Bu Jenita, sedari tadi ia dibuat penasaran dengan tujuan Sean datang ke asrama putri.
Sean tak menjawab. Ia sibuk mengingat-ingat sosok Atika. Sampai akhirnya Sean ingat ada seorang cewek berkacamata yang selalu menghapus papan tulis setelah guru selesai mengajar. Tak hanya itu, cewek berkacamata itu juga pernah meminjaminya pensil 2B saat Sean lupa membawa alat tulis waktu ujian. Dan ternyata cewek berkacama itu bernama Atika. Sean baru tahu sekarang.
"Oke. Saya minta, Okalina Taruni dipindah ke kamar Atika saja, Bu," pinta Sean memutuskan.
"Ya tidak bisalah, Sean. Mereka beda kelas. Apalagi beda jenjang," tolak Bu Jenita.
"Kalau Bu Jenita tidak bisa, saya akan-"
"Eh eh iya-iya. Bisa. Bisa banget malah. Saya akan memanipulasi sedikit data asrama agar Okalina Taruni bisa sekamar dengan Atika."
"Bagus kalau begitu. Dan saya harap, Okalina Taruni bisa pindah malam ini juga."
"Iya. Tentu saja bisa."
😊😊😊😊😊
Demi Ocha!!
Wow Semua buat Ocha. So sweet nggak?
Author greget banget pas nulis chapter ini
Jangan lupa baca karya author yang nggak kalah greget di WP-ku Zaeemaazzahra
@zaimnovelis
1) illfeel tapi cinta
2) cewek cetar
3) cewek cetar season 2
4) cewek cetar season 3