ZenEga

Da KRV_tripeople

198K 18.3K 3.3K

Season 1 [End] Season 2 [On Going] Kisah ini, tentang Zenata Aurora Syahfilla, yang begitu membenci cowok ber... Altro

[ZenEga 00]
[ZenEga 01]
[ZenEga 02]
[ZenEga 03]
[ZenEga 04]
[ZenEga 05]
[ZenEga 06]
[ZenEga 07]
[ZenEga 08]
[ZenEga 09]
[Visual Tokoh]
[ZenEga 10]
[ZenEga 11]
[ZenEga 12]
[ZenEga 13]
[ZenEga 14]
[ZenEga 16]
[ZenEga 17]
[ZenEga 18]
[ZenEga 19]
[ZenEga 20]
[ZenEga 21]
[ZenEga 22]
[ZenEga 23]
[ZenEga 24]
[ZenEga 25]
[ZenEga 26]
[ZenEga 27]
[ZenEga 28]
[ZenEga 29]
[ZenEga 30]
ZenEga QnA
[ZenEga 31] END
ZenEga 2 [00]
ZenEga 2 [01]
ZenEga 2 [02]

[ZenEga 15]

4.7K 490 109
Da KRV_tripeople


Note Author!

Budayakan klik 🌟 sebelum membaca dan Comment setelah selesai membaca.

Seorang penulis akan mencintai para pembacanya, jika kalian mau menghargai hasil karyanya :)

BAB 15

"Jika mencintaimu adalah sebuah kesakitan, mengapa melupakanmu adalah hal menyulitkan?"

'ZENEGA'

Zena melangkah memasuki ruang perpustakaan. Suasana di dalam sana sepi, sebab seluruh siswa telah dibubarkan sejak 15 menit lalu karena seluruh guru sedang mengadakan rapat mendadak di ruang kepala sekolah.

Saat ini hanya tersisa beberapa anak eskul basket yang sepertinya akan melakukan latihan di lapangan sekolah. Dan juga beberapa siswi lainnya, yang mungkin ingin menemani kekasih mereka berlatih atau hanya sekedar menjadi penonton biasa, karena status jomblo.

Untuk yang satu ini biarkan para jomblo berimajinasi dan membayangkan kalau salah satu diantara pemain basket itu adalah kekasihnya.

Zena memilih duduk di kursi paling ujung dekat jendela yang tertutup gorden hijau. Tempat itu adalah tempat favoritnya untuk menyendiri sekaligus tempat ternyaman untuknya di sekolah ini.

Dalam kesunyian yang melingkupi ruang itu, Zena bergerak mengeluarkan diary bersampul ungu miliknya dari dalam tas, serta sebuah pena dengan tinta hitam dari tempat pensilnya.

Kembali, gadis itu menggoreskan sebuah kisahnya di sana. Sebuah kisah tentang dirinya yang mencintai seseorang tanpa bisa ia ungkapkan secara langsung, dan hanya mampu memendam perasaan itu hampir lima tahun.

Bodoh!

Aku pikir...setelah menghajar si berengsek itu, ia akan memelukku dan mengucapkan beribu kata terima kasih. Tetapi aku salah! Sebab pada kenyataannya dia justu murka dan marah besar terhadapku.

Hati ini berteduh luka, ketika ia mengatakan membenciku. Rasanya seperti ada pedang tak kasat mata, yang menghunus jantungku, ketika itu.

Sungguh sangat menyakitkan.

Andai, aku bisa menghilangkan perasaan ini. Mungkin aku tidak akan pernah merasakan, apa itu sakitnya cinta.

Tuhan

Aku sangat membenci diriku, karna mencintai dia. Aku merasa begitu bodoh, memiliki perasaan terlarang ini.

Bisakah, engkau hapus rasa ini Tuhan?

Aku akan sangat bersyukur, jika engkau mau mengabulkan permohonanku.

Sungguh, aku lelah mencintainya Tuhan. Ingin rasanya aku lari dari dunia ini, dan menghilang selamanya. Jika itu, mampu membuatku lupa tentang dia, serta luka di hati.

Tuhan

Ya engkau Tuhanku, bolehkah aku tetap berharap? Jika suatu hari nanti, mungkin engkau mengabulkan permohonanku? Karena saat ini, aku hanya bisa pasrah dengan takdir yang telah engkau berikan.

Zena menghembuskan nafas. Entah mengapa saat menulis diary ini, dadanya terasa begitu sesak seolah ada batu besar yang menghimpit dadanya. Mata gadis itu pun kini mulai berkaca-kaca dan ketahuilah, Zena benci terhadap dirinya yang begitu rapuh ini.

Lalu gerakan tangan gadis itu terhenti ketika samar-samar terdengar langkah kaki beberapa orang memasuki ruang perpustakaan. Buru-buru Zena menutup diarynya dan baru akan bergerak untuk menyimpannya ke dalam tas. Namun lagi-lagi gerakan tangannya berhenti, saat mendengar percakapan dari ketiga siswi itu.

"Gue denger Galaksi selingkuhin Abel lagi, bener gak sih?" celetuk seorang siswi dengan rambut di gerai. Suara itu terdengar pelan namun masih bisa didengar oleh Zena.

"Gue juga denger kek gitu, tapi gak tahu deh bener atau enggaknya. Yang jelas tadi gue sempat liat Abel masuk toilet, sambil nutup muka," sahut temannya, yang berada di sebelah kanan siswi tadi.

"Dia nangis gak?" tanya cewek yang berada di sebelah kiri.

"Gak tahu deh, enggak terlalu kelihatan juga," jawabnya sambil mengedikkan bahu.

Zena tidak lagi mendengarkan percakapan mereka. Pikirannya hanya tertuju pada Abel, bayangan kejadian dua minggu lalu- tentang kondisi gadis itu, seolah kembali naik permukaan. Membuat Zena dilingkupi rasa kecemasan yang menggerogoti hatinya sekaligus rasa sesak yang menghimpit dadanya. Hingga untuk menarik napas sejenak saja, terasa begitu menyulitkan bagi gadis itu.

Dengan tergesa-gesa Zena bangkit dari duduknya, dan berlari keluar perpustakaan dengan benak yang berkecamuk. Tujuan gadis itu hanya satu, yaitu bisa menemui Abel saat ini juga.

🍁🍁🍁

"Lo ikut latihan dulu gak? Yang lain udah pada siap nih."

Zega menoleh ke arah Vikar yang telah berganti seragamnya dengan baju eskul. Cowok itu menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, sebelum bergerak menyampirkan tasnya di bahu kanan dan melangkah santai keluar dari kelas.

Melihat itu Vikar mengernyitkan dahinya heran."Tumben banget tuh bocah gak ikut latian, biasanya dia yang paling semangat kalau ada jamkos," ucap Vikar namun detik berikutnya ia mengingat sesuatu.

"Lah, anjir! Baru inget gue, tuh bocah pasti mau ngajak Zena jalan deh, makannya dia nolak ikut latian."

Zega yang masih bisa mendengar ucapan Vikar, hanya tersenyum simpul, sambil terus melanjutkan melangkahnya. Cowok itu memang sudah berencana akan mengajak Zena jalan hari ini, untuk pergi ke tempat kedai es krim favoritnya. Zega berharap, semoga saja kali ini Zena tak menolaknya.

Tak terasa, kaki Zega telah tiba di depan pintu perpustakaan. Cowok itu melangkah masuk dan mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan, mencari sosok Zena. Jangan di tanya, bagaimana Zega tahu keberadaan gadis cuek itu. Tentunya Zega mendapatkan informasi tersebut dari sahabatnya, siapa lagi kalau bukan Rachel! Ya, meskipun begitu, Zega harus mengorbankan kuota 5 GBnya untuk Rachel.

Zega menautkan kedua alisnya dan melangkahkan kakinya semakin masuk ke dalam. Cowok itu tak kunjung menemukan sosok Zena di dalam sana. Zega menggeram kesal, awas saja jika Rachel berani menipunya! Zega tak akan tinggal diam, jika hal itu benar-benar terjadi, Zega pastikan akan membalasnya lebih parah dari hal ini.

Zega mengertakkan giginya penuh kekesalan, karena dia benar-benar tak menemukan keberadaan Zena di dalam sana. Cowok itu hendak berbalik dan bermaksud akan mencari Zena di tempat lain, tak lupa Zega juga akan memberikan perhitungan pada Rachel nanti. Akan tetapi niat tersebut kembali terurung, ketika mata cowok itu samar-samar melihat tas Zena tergeletak di atas meja paling pojok dekat jendela. Karena penasaran, itu tas milik Zena atau bukan. Zega akhirnya memutuskan untuk menghampiri meja itu.

Alis Zega terangkat sebelah, ketika dirinya melihat tas tersebut dari jarak dekat. Tas itu...benar-benar milik Zena! Dan yang jadi pertanyaannya sekarang adalah, di manakah gadis itu berada? Jika tasnya saja ada di ruangan ini, maka otomatis Sang pemilik berada tak jauh dari sini.

Apa mungkin Zena sedang pergi ke toilet, lalu meninggalkan tasnya di sini? Itu sedikit masuk akal pikir cowok itu, tak mau ambil pusing.

Kemudian Zega memilih untuk duduk di meja itu, sambil menunggu Zena kembali dari toiletnya. Namun baru tiga menit waktu berjalan, Zega sudah merasa bosan. Jujur, Zega tipikal orang yang benci menunggu! Kalau bukan karena itu Zena. Zega pasti sudah minggat sekarang juga dari tempat ini.

Tangan Zega bergerak meraih benda pipih dari saku celananya. Mungkin bermain games kesukaannya bisa membunuh waktu? Atau paling tidak menghilangkan rasa bosannya, selagi ia harus menunggu Zena pula, pikirnya.

Tetapi detik di mana, Zega baru saja membuka aplikasi games di ponselnya. Mata cowok itu tak sengaja menangkap sebuah buku bersampul ungu yang tergeletak tak jauh dari tas milik Zena. Lagi-lagi Zega merasa penasaran dan berakhir ia mengambil buku itu. Ah, ralat! diary tepatnya.

"Zena nulis diary? Masa iya Zena mau nulis kek beginian?" tanya Zega tak percaya ketika mengingat sifat Zena yang cuek, datar dan dingin. Ah, Zega baru tau kalau Zena ada sifat feminim nya.

Tangan Zega membolak-balikkan buku itu di tangannya, seolah sedang menimbang-nimbang. "Gue buka gak ya?" tanyanya pada diri sendiri. "Tapi kan ini sifatnya privacy masa iya gue buka?"

"Ah, bodo amatlah! Gue buka aja daripada gue mati penasaran." Tak mau menunggu dan didesak rasa penasarannya, akhirnya Zega memilih untuk langsung membuka diary itu. Yang kebetulan Zega sedang beruntung, sebab diary itu tak di kunci oleh sang pemiliknya.

Zega sedikit mengernyit, saat di lembar pertama yang ia buka adalah nama gadis itu yang tertara di sana.

Zenata Aurora Syahfilla.

"Jadi, diary ini beneran punya Zena?" gumamnya sambil terkikik geli, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir. Lagi, Zega kembali membuka lembar demi lembar diary itu dan membacanya secara seksama.

Zega menahan senyumnya kala dia membaca tulisan Zena yang menuliskan kekesalannya terhadap Zega.

Zega adalah cowok rese yang selalu menganggu hidupku, begitulah yang ditulis Zena.

Karena penasaran tingkat tinggi, Zega kembali membuka lembar demi lembar dengan begitu semangat.

Namun ketika dia membaca lembar selanjutnya, tiba-tiba saja mata Zega terbelalak kaget dan tangannya bergetar, hingga diary yang dipegangnya ikut terjatuh ke lantai.

"Gak mungkin!" cowok itu mengusap wajahnya. Masih tak percaya, dengan kalimat apa yang baru saja ia baca dari isi diary milik Zena itu.

Untuk sesaat Zega memilih terdiam dengan benak yang mulai berkecamuk. Entah mengapa ada perasaan aneh yang menyusup di hatinya, semacam perasaan tak rela. Namun hanya sesaat, karena setelahnya Zega menepis semua perasaan itu. Ketika sebuah ide berlian muncul dalam benaknya.

"Sekarang gue tahu Zen." Tangan cowok itu memungut kembali diary yang ia jatuhkan tadi.

"Gue tahu alasan lo nolak gue waktu itu..." sebuah senyum iblis tersungging dibibirnya, "Tapi kali ini! gue pastiin, lo gak akan bisa nolak gue lagi!"

🍁🍁🍁

Huhuhuu, kami kambek egen~

Kangen Author?

Zena?

Atau Zega?

Hayoo, menurut kalian yang dibaca Zega ampe bergetar begitu kenapa ya? Komen ya kalau perlu, wkwk.

Happy Reading and Enjoy with story ZenEga!

See you next part guys!

Continua a leggere

Ti piacerà anche

5.6M 374K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
2.9M 167K 40
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
ALZELVIN Da Diazepam

Teen Fiction

4.4M 257K 31
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
349K 42.6K 33
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...