ZenEga

By KRV_tripeople

198K 18.3K 3.3K

Season 1 [End] Season 2 [On Going] Kisah ini, tentang Zenata Aurora Syahfilla, yang begitu membenci cowok ber... More

[ZenEga 00]
[ZenEga 01]
[ZenEga 02]
[ZenEga 03]
[ZenEga 04]
[ZenEga 05]
[ZenEga 06]
[ZenEga 07]
[ZenEga 08]
[ZenEga 09]
[Visual Tokoh]
[ZenEga 11]
[ZenEga 12]
[ZenEga 13]
[ZenEga 14]
[ZenEga 15]
[ZenEga 16]
[ZenEga 17]
[ZenEga 18]
[ZenEga 19]
[ZenEga 20]
[ZenEga 21]
[ZenEga 22]
[ZenEga 23]
[ZenEga 24]
[ZenEga 25]
[ZenEga 26]
[ZenEga 27]
[ZenEga 28]
[ZenEga 29]
[ZenEga 30]
ZenEga QnA
[ZenEga 31] END
ZenEga 2 [00]
ZenEga 2 [01]
ZenEga 2 [02]

[ZenEga 10]

6.2K 588 153
By KRV_tripeople

Note Author!

Budayakan klik 🌟 sebelum membaca dan Comment setelah selesai membaca.

Seorang penulis akan mencintai para pembacanya, jika kalian mau menghargai hasil karyanya :)

"Wanita itu lemah, oleh karena itu Pria diciptakan sebagai pelindung nya bukan sebaliknya."

"ZENEGA"

Bab 10

Zena menarik paksa tangannya yang digenggam Zega. Cewek itu merasa kesal dengan Zega yang bertindak seolah-olah menjadi pangeran disiang bolong begini, belum lagi Rachel yang kabur. Huh! Liat saja nanti, Zena tak akan memberikan kesempatan Rachel untuk menghirup oksigen dengan tenang.

"Bilang apa, Zen?"

Zena menoleh dan menatap Zega tak suka. Sedangkan Zega hanya melipat tangannya lalu menatap Zena dan menyadarkan punggungnya di dinding restoran, dia seakan-akan sedang menunggu balasan dari Zena.

"Apa?!"

Zega berdecak lalu ditariknya lagi punggungnya dari dinding itu. "Lo enggak peka apa pura-pura bego sih? gue udah bayarin pesanan lo tadi loh, terus lo gak ngucapin terima kasih gitu ke gue? minimal mah kasih ciuman kek di pipi, kalau boleh di bibir."

Zena menatap tajam Zega lalu dia mendekat ke arah Zega membuat cowok itu melangkah mundur. "L-lo m-mau apa?!"

Zega terus melangkah ke belakang hingga punggungnya bertabrakan dengan dinding. Ck, sial! Zega berdoa semoga Zena tidak menonjok, ah lebih tepatnya merusak wajah tampannya ini.

Zena menatap Zega yang kini juga menatapnya lalu pandangan gadis itu beralih menuju bibir Zega. Zega diam-diam menelan ludah, apa benar Zena akan menciumnya? Padahal kan cuma bercanda tadi, tapi kalau benar gak papa deh, bonus hehehe.

Zega mencubit tangannya pelan dan benar itu sakit. Jadi ini nyata dong? asik! Buru-buru dia menutup matanya dan menunggu reaksi dari Zena. Tapi setelah menunggu satu menit, dia tak merasakan tanda-tanda Zena mendekat apa lagi menciumnya.

Sedangkan Zena hanya mengerutkan kening, saat Zega menutup matanya. Namun seakan tersadar bahwa otak cowok itu omes, Zena langsung saja melakukan aksinya yaitu--

Plak!

Zega meringis kecil lalu membuka matanya ketika Zena menampar mulutnya, ah lebih tepat nya ke arah bibir sekseh milik Zega.

"Alamak! bisa doer nih bibir gue," batin Zega berteriak.

"Anjir! lo--"

Plak!

Lagi, Zega meringis ketika Zena kembali menampar di bagian pipinya. Gerakan yang sangat cepat dan tak terbaca itu membuat Zega sedikit terhuyung ke samping.

"Anjer! nih cewek suka banget deh jadiin gue sasak tinju," batin Zega.

"Kok lo tampar gue sih?!" pekik Zega tak terima.

Zena hanya menaikkan bahunya singkat. "Tangan gue gatel, pengen nabok lo."

"Setan!" umpat Zega yang masih terdengar Zena. Sedangkan Zena hanya memutar bola mata dan memilih untuk pergi meninggalkan cowok setengah waras seperti Zega.

"Eh lo mau kemana?!" teriak Zega ketika punggung Zena sudah beranjak meninggalkan nya. Buru-buru dia mengambil motornya dan menyusul Zena.

"Lo gak tau terima kasih banget sih jadi orang! udah gue bayarin malah gue juga yang dapet bogeman, parah emang." Zega memperlambat laju motornya agar setara dengan langkah Zena. Sedangkan Zena hanya bisa mendengus dan memilih untuk tidak bersuara, karena percuma saja menanggapi ocehan Zega yang sama sekali tak berguna.

"Zena! Lo dengerin gue gak sih?! berasa ngomong sama angin tau gue!" sungut Zega kesal. Namun tetap saja Zena memilih bungkam dan meneruskan langkahnya.

Zega berdecak kesal. "Ayo! gue anter pulang, gue gak mau denger lo teriak gara-gara lo liat kaki lo sendiri bengkak karena jalan jauh."

"Astaga, Zena! lo tuli? bisu atau emang patung sih?! gue santet juga lo!" Zega menggeram. Dia sama sekali tidak tahan dengan sifat Zena yang satu ini, cuek.

Menurut Zega, dicuekin itu gak enak. Makan ati! Sama halnya dengan mencintai tanpa dicintai, sakitnya itu melebihi ditolak doi.

"Anjir, lo beneran budeg keknya," celetuk Zega dengan nada kesal. "Besok kalau kita pacaran, gue ajak lo deh ke Rumah Sakit untuk periksa telinga, masih berfungsi atau enggak."

Zena berhenti melangkah yang membuat Zega ikut berhenti juga. Gadis itu menatap Zega tajam, namun itu hanya sebentar sebelum Zena memutar tubuhnya untuk melewati gang sempit yang berada di samping kanannya.

"Eh, tunggu!" Zega buru-buru turun dari motornya dan mengambil ponselnya untuk menelpon Gilan.

Tak lama kemudian terdengar nada tersambung dari ponsel Zega.

"Halo..." sapa seseorang dari ujung sana.

"Lo harus ke mall biasa kita main!"

"Hah?" balas Gilan tak mengerti.

"Ambil motor gue di ujung jalan dari arah mall, gue ada urusan sebentar. Dan satu lagi, gue gak nerima penolakan! titik!"

Lalu dengan kejamnya, Zega memutuskan panggilan itu secara sepihak, tak memperdulikan Gilan yang akan memarahinya nanti. Yang terpenting dia harus mengejar Zena yang sudah terlebih dahulu masuk ke dalam gang sempit itu.

"Zena!" teriak Zega yang sama sekali tak dipedulikan oleh Zena. Dengan kesal Zega berlari dan menarik tangan Zena agar berbalik ke arahnya.

Zena menatapnya malas.

"Aish! Lo tuh emang bener-bener ya! bener-bener bisa bikin gue klepek-klepek sama lo, saking klepek-klepeknya gue sampai nahan untuk gak nyantet lo ke dukun."

Zena diam. Menatap Zega tak berekspresi.

"Argh! kayaknya abis ini gue bakalan kena darah tinggi deh, deket lo tuh bawaannya pengen makan orang tau!" oceh Zega panjang kali lebar kali tinggi.

"Udah?" sahut Zena malas. Dia benar-benar ingin cepat-cepat pulang ke rumah untuk mengistirahatkan badannya yang pegal dan capek.

"Belum lah!"

"Ya udah." Zena membalikan badannya dan kembali melangkah, meninggalkan Zega yang tak berkutik sedikit pun. Apa dia marah? Ah, sudahlah! Tak penting juga ngurusin si Zega, pikir Zena.

Namun saat di pertengahan, seseorang menghadang jalan Zena membuat langkah gadis itu terhenti.

Melihat Zena yang berhenti membuat Zega mengerutkan kening dan buru-buru mendekat ke arah Zena. Dia menepuk bahu gadis itu. "Ngapain lo berhenti? lagi nungguin gue yaa?"

Zena diam. Tak menengok ataupun membalas perkataan Zega.

"Lo kenapa sih?" Zega yang heran lantas mendekat dan mengikuti arah pandangan Zena. Dan detik kemudian, tubuh Zega membeku.

Kira-kira jarak Zega dan Zena kurang dari dua meter dengan seseorang, ah ralat, maksudnya tiga orang berbadan besar yang sedang menunggu mereka di sana.

Zega menelan saliva susah payah.

Apa itu begal? bukan-bukan, sepertinya itu preman yang akan meminta uang pada mereka.

"Z-zen..." ucap Zega terbata-bata.

"Takut?" tanya Zena dengan nada meremehkan.

"E-enggak,"

"Terus?"

"Y-ya, gue enggak takut lah! masa iya gue takut? lo kira gue banci?" nada Zega terdengar sinis.

Zega maju lima langkah, bermaksud melindungi Zena yang ada di dibelakang. Sekilas Zega menoleh, menatap reaksi Zena, apakah gadis itu akan ketakutan atau malah lari?

Tapi sepertinya tidak. Zena hanya melipat tangannya dan menaikkan sebelah alisnya seperti mengisyaratkan 'tunggu apa lagi?' pada Zega.

Zega mendengus dan menatap preman yang ada di depannya itu. "Ngapain lo halangin jalan gue? lo kira ini punya nenek moyang lo, hah?!"

"Kalau ini emang jalan nenek moyang gue? Lo mau apa?" tanya preman yang memiliki tindik di telinganya itu, sepertinya dia adalah ketua dari kelompok preman itu.

"Masa iya? asal lo tau ya bang, nenek moyang lo sama gue tuh sama, seorang pelaut. Yang pernah menjelajahi samudera dan melintasi ombak bahkan badai, jadi, gue sama lo tuh saudara, tapi saudara jauh. Dan kata Pak Haji, gak baik kalau bermusuhan, apalagi sesama saudara. Dosa bang! dosa!"

Preman itu sedikit mengerutkan kening. "Lo ngomong apa kumur-kumur?!"

"Gue tuh cuma kasih tau soal--"

"Bodo, serahin duit lo, bocah!"

"Cih, siapa lo minta-minta duit gue? enak aja! Bokap-nyokap gue tuh susah-susah nyari duit, kenapa gue harus kasih ke elo? makanya kerja, jangan malak duit orang!"

"Alah! banyak bacot lo!" Preman itu menoleh ke salah satu temannya. "Hajar."

Salah satu preman itu melayangkan pukulan ke wajah Zega, namun dengan cepat Zega menghindar dan menonjok balik preman itu. Preman itu sedikit terhuyung ke samping, tetapi sedetik kemudian dia kembali melayangkan pukulan ke arah perut Zega. Namun sayang, untuk kedua kalinya preman itu mendapati pukulan yang telak tepat di rahang bawahnya. Zega juga memberikan sebuah hadiah untuk preman itu dengan cara memberikan pukulan berkali-kali pada area wajah preman itu hingga babak belur dan berdarah.

Tak memberi cela pada preman itu untuk membalasnya, langsung saja Zega menendang perut preman itu dengan keras hingga preman itu terdorong dan terjatuh kebersamaan dengan tempat sampah yang berhamburan.

"So? masih mau main-main sama gue?" tantang Zega pada preman yang sedang meringis kesakitan itu.

Zega tersenyum miring, namun tugasnya ini belum selesai, masih ada dua preman lagi yang belum dia urus.

"Belakang lo," ucapan santai Zena membuat Zega reflek menganyunkan kakinya ke belakang dan mengenai preman yang mencoba memukulnya dengan balok kayu dari belakang.

"Cih! tangan kosong kalau berani, banci lo!" Zega berdecak.

Preman yang jatuh tersungkur itu langsung membuang balok kayu dengan kesal. Ucapan Zega seakan menghina dirinya.

Dengan menggebu, preman itu melayangkan pukulan bertubi-tubi ke arah Zega. Dengan mudahnya, Zega menangkis semua pukulan itu.

Memanfaatkan kaki nya yang bebas, Zega menendang preman itu tepat di tulang keringnya hingga preman itu sedikit membungkuk. Lalu Zega mengangkat kakinya dan mengarahkannya pada dagu preman itu.

Bugh!

Krak!

Preman itu sedikit menyemburkan darah dari dalam mulutnya hingga mengenai celana Zega. Zega berdecak kesal.

"Sial! Gak guna lo!"

Zega kembali menyerang preman itu dengan tendangan keras dan kuat tepat di dadanya, membuat preman itu terpental jauh.

Zega menepuk-nepuk tangannya, seakan dia sedang menghilangkan debu dari tangannya. Zega tersenyum senang saat melihat lawannya pingsan di tempat.

Dari tempatnya, Zena tersenyum kecil ketika Zega berhasil mengalahkan preman-preman itu. Namun Zena terbelalak saat melihat yang ada di belakang Zega.

"Zega!" pekik Zena dari arah belakang membuat Zega reflek menoleh dan mendapati sebuah pisau lipat menggores pipinya.

"Akh!" ringis Zega sambil memegang pipinya yang mengeluarkan darah segar dari luka yang tergores itu. Untung saja tidak menancap pada matanya.

Belum sempat Zega melawan, ketua preman itu langsung melipat kedua tangan ke belakang Zega dengan keras hingga Zega sedikit meringis.

Dia juga menendang kaki belakang Zega hingga Zega jatuh ke tanah dan tak lupa juga dia menginjak kaki Zega.

"ARGH!" pekik Zega keras. Dia harus menahan rasa sakitnya terlebih di bagian pipi dan kaki.

"Lo!" teriak Zena marah. Sedangkan ketua preman itu terkekeh.

"Kenapa? takut pacar lo mati di tangan gue ya?" Preman itu tersenyum miring lalu mengarahkan pisau lipatnya ke arah leher Zega. "Gue tau lo pada anak orang kaya, jadi? Gue minta uang lo sekarang juga!"

"Kalau gue gak mau?"

"Gak mau ya?" Preman itu kini mengeratkan pisau itu ke leher Zega membuat Zega kembali meringis. "Pacar lo bakalan mati!"

Zena mengepalkan tangannya kuat. Amarahnya kini memuncak, namun ekspresi nya tetap datar dan dingin.

"Apa lo bakal lepasin temen gue kalau lo dapet apa yang lo mau?"

"JANGAN!" teriak Zega keras. Preman itu mengeratkan lengannya ke leher Zega agar Zega kembali diam.

"Gimana?" tawar Zena.

"Deal!"

"Tapi gue cuma bawa ponsel, gak papa?"

Preman itu tersenyum senang. "Gak papa, yang penting bisa jadi duit."

"Lepasin dulu temen gue, baru gue kasih."

"Gak bi--"

"Jadi apa enggak?"

Preman itu melihat Zega sejenak lalu mendengus dan kembali menatap Zena. "Jadi."

Preman itu mendorong Zega hingga cowok itu tersungkur. Zega meringis. "Sial!"

Zena tersenyum miring lalu melempar ponselnya tinggi ke atas dan sedikit jauh untuk dijangkau preman itu. Ketika melihat preman itu ingin mengambil ponselnya, buru-buru Zena berlari dengan sangat cepat lalu mengambil tangan pria itu dan membanting tubuhnya dengan keras.

"ARGH!" teriak preman ketika badannya seakan dihempas dan dibanting di aspal yang keras.

Itu adalah teknik Judo yang pernah Zena pelajari selama ini selain tinju dan taekwondo.

Preman itu mencoba bangkit dan menyerang Zena dengan pisau lipatnya. Dengan sigap, Zena menangkis preman itu. Namun sial, pisau lipat itu berhasil menggores lengannya hingga kaosnya robek dan mengeluarkan darah.

Zena tak meringis atau kesakitan, dia hanya menggeram marah. Tatapan datar nya kini berubah menjadi lebih dingin dari biasanya, seperti pembunuh berdarah dingin yang tak segan-segan menghabisi nyawa lawannya.

Zena memutar badan dan melayangkan tendangan memutar, dengan satu tendangan keras preman itu berhasil tersungkur dengan bibir yang berdarah.

Tak main-main, Zena langsung menarik kerah baju preman itu dan kembali menonjok dada preman itu dengan keras hingga preman itu kembali terpental jauh.

Melihat Zena yang akan menghajar preman itu lagi, buru-buru Zega menahan lengan gadis itu. "Udah Zen," ucapnya sambil meringis ketika kakinya terasa sakit untuk berjalan.

Zena melihat Zega sekilas. "Dompet lo."

Zega mengeluarkan dompetnya dengan bingung lalu memberikannya pada Zena. Zena mengambil uang di dompet Zega lalu melemparkan dompet Zega dengan asal pada cowok itu.

Zega berdecak.

Tak memperdulikan Zega, Zena berjalan ke arah preman itu dan berjongkok di depannya. "Nih uang buat lo," ucapnya sembari meletakkan uang pada dada si preman.

"Kasih buat anak lo sama istri lo, gue gak mau liat lagi lo kerja kayak gini. Gak ada manusia yang mau dikasih makan pake uang haram."

Zega sedikit melongo akibat Zena yang berkata lebih dari dua kata. Zega menggerakan jarinya dan waw! Zena berucap dua puluh enam kata, dan itu benar-benar sebuah keajaiban.

"Ayo." Zena bangkit dan berucap pada Zega yang masih bengong di belakangnya.

🍁🍁🍁

Kini Zega dan Zena berada di sebuah klinik. Zena menengadah meminta uang lagi pada Zega. Zega menyerahkan dua lembar uang seratusan dengan senang hati pada Zena.

Bukannya Zena tak mampu untuk membeli obat merah, namun sekarang Zena tak membawa dompet dan ponselnya pun rusak akibat terlempar dan terjatuh di aspal tadi.

Zena kembali dengan obat merah dan plester serta kapas di tangannya.

Zena duduk di samping Zega dan menarik cowok itu agar menghadap nya. Zena meneteskan obat merah pada kapas dan mulai mengobati luka di pipi Zega.

Zega sedikit meringis ketika Zena menempelkan kapas itu pada lukanya. Dengan telaten, Zena mengobati luka Zega.

Zega tersenyum kecil melihat ekspresi Zena yang datar dan serius. Zena mencoba diam dan menghiraukan senyuman Zega yang mengganggunya.

"Lo gak nanya kenapa gue senyum, Zen?" tanya Zega.

Zena mengendikan bahunya acuh.

"Ish! jawab dulu apa!"

Zena mendengus. "Hm."

"Gue senyum karena bisa liat wajah cantik lo dari deket," ucap Zega disertai senyum mengembang.

Zena diam. Dia tak memerah apapun tersentuh akibat ucapan Zega. Dengan kesal Zena menekan luka Zega.

"Anjir! sakit woi!"

Zena merapihkan obatnya, mengacuhkan Zega yang kini sedang meringis.

"Uang lo," ucap Zena membuat dahi Zega mengernyit.

"Uang?" tanya Zega sedikit bingung. "Oh, mau make lagi?"

"Yang tadi, nanti gue ganti."

Zega terkekeh lalu mengacak rambut Zena gemas. "Haha, gak usah. Duit gue kan duit lo juga."

"Hah?"

"Enggak," balas Zega dengan senyum mengembang.

"Gue sekarang lagi ngerasain senang dan sedih disaat bersamaan, Zen. Lo mau tau gak kenapa?"

"Hm."

"Gue seneng karena preman tadi bilang kalau gue pacar lo, tapi rasa itu hilang pas lo bilang gue cuma temen."

Zena menaikkan sebelah alisnya ketika raut wajah Zega berubah sendu.

"Haha, tapi bener kan ya gue cuman temen lo gak lebih?" Zega menoleh ke arah Zena dan mengambil tangan gadis itu. "Tapi gue berharap, suatu saat nanti ada masanya ketika lo dan gue berubah jadi kita."

Zega menatap Zena lekat. Namun Zena hanya diam tak memberi respon apapun pada Zega.

"Lengan lo berdarah Zen," ucap Zega mengalihkan topik pembicaraan.

Zega membersihkan darah dari lengan Zena dan mulai memberinya obat merah. Zena menatap Zega yang mengobatinya.

Hidung mancung, alis tebal, mata tegas dan entah mengapa Zena merasa tertarik pada jambul Zega.

Dia menjambak rambut Zega tepat di jambulnya hingga cowok itu memekik kesakitan.

"Anjer! Lo suka banget sih aniaya gue? Jambul kebanggaan gue nih, Zen!"

"Jambul lo mirip jambul ayam," balas Zena acuh.

Zega menekuk wajahnya dan membenarkan posisi jambulnya. "Keren gini dibilang mirip ayam, katarak mata lo Zen."

"Nah selesai." Zega menutup kotak obat merah ketika dia sudah selesai mengobati Zena. Zega juga menatap Zena lekat sembari tersenyum lebar hingga matanya ikut menyipit.

"Lucu banget sih lo Zen, gemes gue pingin gigit."

Zena terdiam ketika Zega mengacak rambutnya dan menarik pipinya. Biasanya Zena akan menepis tangan itu ketika mau menyentuh dirinya, tapi kali ini tidak. Dia merasa sedikit aneh ketika rasa itu datang, dia sedikit nyaman mungkin?

🍁🍁🍁

Hola kami kambek egen!

Maaf baru update ;"(

Kangen ya sama Zega?

Zena or Author? Hehehe, jawab ya...

Btw ini part terpanjang di ZenEga, yaitu sekitar 2k lebih word.

Tapi jawab pertanyaan ini ya guys :

1. Feel dapet gak?

2. Suka karakter Zega or Zena?

3. Pendapat tentang cerita ini?

4. Kenapa mau tetep stay di sini?

Udah segitu aja, jangan lupa dijawab ya guys!

Btw, maaf juga kalau adegan Zega tonjok"an itu kurang feel atau gimana, Vena lagi mumet otaknya. Huhuhu ;"(

SEE YOU NEXT PART GUYS!

Repost 1 januari 2023

Continue Reading

You'll Also Like

594K 42.7K 30
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
475K 5.3K 6
JANGAN DISIMPAN, BACA AJA LANGSUNG. KARENA TAKUT NGILANG🤭 Transmigrasi ke buku ber-genre Thriller-harem. Lantas bagaimana cara Alin menghadapi kegi...
752K 27.5K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
398K 4.8K 21
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+