Jessica's POV
Yeah, hari ini aku diberikan jadwal cuti oleh Laura. Entah kenapa dia lagi baik padaku, mungkin ia ingin menghabiskan waktu bersama anaknya dan tidak ada yang mengganggu family time mereka.
Sementara itu aku baru saja selesai mandi. Rumah ini bahkan begitu sunyi. Andrew sedang keluar kota untuk beberapa pekerjaannya. Dan Lisa? Ah dia belum pulang jam segini. Kalian tau pasti apa yang ia lakukan, bukan? Tentu saja have fun bersama teman-teman nya di club malam.
"Nona, ada yang mencari nona."
Alisku terpaut bingung. Siapa yang bisa tau dimana aku tinggal? Aneh.
"Siapa?"
"Namanya Leon katanya."
Leon?! Dari mana dia tau rumah ini? Astaga.
Aku buru-buru kedepan untuk menghampiri laki-laki itu. Mau ngapain dia datang kemari? Apa aku harus bekerja hari ini?
"Leon?"
Ia membalikkan tubuhnya dan benar saja dia adalah Leon Hale. Aku jujur saja kebingungan. Dari mana ia tau rumah ini, bahkan aku tidak pernah memberitahu alamat ini pada siapapun dan dia tidak pernah mengantarkan aku pulang.
"Dari mana kau tau rumah ini?"
"Sangat mudah, Jessi. Apa yang tidak bisa ku tau tentang dirimu?"
Tentang diriku? Ah, ya tentu saja kau tidak tau kalau aku adalah bekas jalang disebuah club malam, Leon.
Aku tersenyum tipis pada diriku yang merasa bangga kalau Leon tidak tau hal yang satu itu.
"Keluar?"
"Eh?"
"Keluar denganku."
Pergi maksudnya?, "Kemana?"
"Kemana saja."
Apa aku terima saja ajakannya? Lagipula aku bosan jika hanya dirumah tanpa Andrew. Kenapa harus ada Andrew yaampun Jessi!
"Um, baiklah tunggu sebentar. Aku akan bersiap-siap." ia mengangguk, lalu sedetik kemudian aku langsung beranjak untuk berganti pakaian dan memoleskan sedikit riasan di wajahku.
"Ayo." ajakku ketika aku sudah tiba di bawah kembali. Aku hanya mengenakan kemeja putih dengan jeans panjang dan juga sneakers putih mengikuti warna bajuku. Ia membukakan pintu mobil untukku, "Tumben, hm?"
"Tidak boleh?" cengir nya. Aku hanya memutar bola mataku cuek.
Aku menatap ke jalan raya. Lalu aku tersadar jika aku belum izin kepada Andrew. Sejujurnya aku tidak tau kenapa aku harus meminta izin pada laki-laki itu, bahkan dia bukanlah siapa-siapaku. Hanya.. Argh, aku tidak tau. Mungkin penolong malam?
To: Andrew
Aku akan pergi bersama Leon hanya untuk jalan-jalan saja.
Dan terkirim! Semoga saja Andrew tidak marah padaku, "Apa kau sengaja mengikuti warna pakaianku agar kita dibilang sepasang kekasih, hm?" Pertanyaan itu seakan mencolokku. Aku baru sadar kalau baju kami berwarna sama. Astaga!
"Tidak! Siapa bilang aku sengaja mengikuti bajumu? Jangan terlalu percaya diri!"
Aku membuang muka kesamping dan tidak ingin menatap wajah Leon yang seakan menggodaku. Dasar kau Leon!
Leon's POV
Lucu sekali ketika melihat wajah Jessi yang memerah. Aku sengaja menggoda perempuan itu karena sungguh menggemaskan. Aku senang jika orang harus mengira kami adalah sepasang kekasih. Dan semoga saja memang akan terjadi.
Hari ini aku sengaja mengajaknya untuk jalan-jalan kemana pun itu. Mumpung aku tidak banyak kerjaan dan juga Jessi diberikan cuti oleh Laura.
"Kau mau kemana?" tanyaku. Jessi masih diam dan marah padaku. Ia membuang wajah ketepi jalan agar tidak melihat ekspresi konyolku saat mengejeknya.
"Terserah kau saja." ucapnya dingin.
"Haha, ayolah Jessi. Kau terlihat jelek jika sedang marah padaku."
"Bising."
Aku tersenyum lebar melihat Jessi seperti ini. Seperti anak-anak saja, hahaha!
Kami akhirnya tiba disebuah mall untuk bermain permainan yang sebetulnya untuk anak-anak. Tapi apa salahnya jika kita ingin refreshing disana?
"Game?"
"Hm.."
Wajahnya sedikit memancarkan kebahagiaan, "Tidak apa, kan?" Dia mengangguk antusias, "Aku sudah lama tidak bermain disini. Ayo!" dia menarikku untuk buru-buru masuk kedalam.
Author's POV
Jessi memilih untuk bermain tangkap boneka, ya walau Leon menolaknya dan lebih memilih untuk mengajak Jessi bermain balap mobil tapi akhirnya Leon mengalah. Betapa besar ego Jessi untuk memaksa Leon agar ikut dengannya.
"Ah sial! Kenapa aku tidak dapat?!" geram Jessi. Leon mengejek kekalahan Jessi dan mencoba untuk bergantian, "Kau tidak akan mendapatkan nya." tantang Jessi. Leon menaikkan sebelah alis nya sembari menatap Jessi dengan tatapan 'yakin?'.
"Coba kau ambil yang disebelah situ." Jessi menunjukkan boneka berwarna merah muda berbentuk kelinci. Tak lama kemudian Leon mencoba untuk segera mendapatkan boneka yang Jessi inginkan. Sekali dua kali percobaan gagal, namun Leon tidak pantang menyerah.
"Sudah kubilang, kau tidak akan bisa, Leon." Jessi melipat kedua tangannya didepan dada.
"Kau merendahkanku, Jessi. Hadiah apa yang aku dapatkan jika aku berhasil?" Tanya Leon. Jessi bergaya seolah berfikir apa yang pantas Leon dapatkan jika ia berhasil.
"Um, entahlah."
"Aku ingin ciuman darimu. Deal? Tentu saja Deal!"
Leon bertanya dan ia juga yang menjawab, sungguh keterlaluan. Mata Jessi sedikit membesar mendengar hal itu. Ciuman dia bilang? Apa ia masih waras?
Jessi merasa khawatir jika Leon berhasil mendapatkan boneka itu. Disaat capit besi itu mencoba turun dan meraih kelinci merah muda itu, berjalan pelan menuju lubang untuk keluar nya boneka. Dan yap! Leon berhasil!
"See that? I can!"
Jessi terdiam sejenak saat Leon memberikan boneka itu padanya, "Dimana hadiahku?"
"Hadiah apa?" Jessi pura-pura bodoh agar ia selamat. Ciuman? Ayolah. Ia memang sering berciuman dengan banyak laki-laki, namun tidak dengan Leon. Ini akan membuatnya sedikit awkward dengan laki-laki itu yang notabene tiap harinya akan bertemu.
"Kau kelamaan."
Cup! Bibir Leon mendarat diatas bibir Jessi yang lembut. Jessi membeku seketika saat kedua bibir itu menyentuh satu sama lain. Dua detik, tiga detik, berlangsung lama.
'God, hentikan waktu sekarang juga! Kumohon.' Batin Leon.
'Apa-apaan ini? Kenapa rasanya beda? Kenapa aku merasakan rasa yang aneh ketika bibir ini disentuh oleh bibir Leon?' Batin Jessi.
Jessi tertarik kebelakang saat seseorang menarik tubuh perempuan itu dengan sekali tarikan.
"Dasar jalang!"
Plak!!
Satu tamparan berhasil melayang ke pipi Jessi. Sontak membuat perempuan itu memegang pipi kanan yang ditampar oleh seorang perempuan yang tiba-tiba saja datang entah dari mana.
"Lisa! Hentikan!" teriak Leon lantang. Sontak Lisa pun berhenti memaki dan bermain kasar pada Jessi.
"Kau tak apa?" tanya Leon panik pada Jessi, "Hm." gumam Jessi. Leon menarik tangan Lisa menjauhi Jessi untuk berbicara empat mata.
"Jadi ini alasan kenapa kau meninggalkan aku? Iya?!!"
"Cukup, Lisa! Ini tidak ada hubungannya dengan Jessi."
"Tentu saja ada! Kau berciuman dengan perempuan itu ditempat umum. Apa kau bilang ini tidak ada apa-apa, huh?!"
Leon meremas rambutnya kasar, "Hentikan. Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa sejak lama. Jadi kumohon, pergi dari hidupku, Lisa."
Lisa menangis dihadapan Leon. Walau ia membenci perempuan ini, namun ia tidak tega jika harus melihat air mata perempuan yang menangis karena nya ia tidak bisa.
"Sudah cukup. Hentikan air mata itu, Lisa. Aku tidak bisa kembali denganmu. Ini semua kesalahanmu, tidak ada hubungannya dengan aku dan Jessi."
"Kau bohong! Apa kau tidak tau jika perempuan itu tinggal-"
"Ya, aku tau. Dia tinggal bersama Andrew." Potong Leon cepat dengan nada yang sedikit tertahan di tenggorokan saat ia mengetahui fakta kalau perempuan yang ia cintai tinggal bersama laki-laki lain. Dan itu adalah kakak laki-laki dari mantan kekasihnya, Lisa.
To Be Continued.
-
Libur sebentar lagi..... Yihiiii🙋 Siapa nih yang udh siap long weekend??????😂 Aku dong hehee.
Jangan lupa like, comment and share ya!!! Thankyouuuuuuuuu😘
-
©Next ➡ Chapter 13©