ZenEga

By KRV_tripeople

198K 18.3K 3.3K

Season 1 [End] Season 2 [On Going] Kisah ini, tentang Zenata Aurora Syahfilla, yang begitu membenci cowok ber... More

[ZenEga 00]
[ZenEga 01]
[ZenEga 03]
[ZenEga 04]
[ZenEga 05]
[ZenEga 06]
[ZenEga 07]
[ZenEga 08]
[ZenEga 09]
[Visual Tokoh]
[ZenEga 10]
[ZenEga 11]
[ZenEga 12]
[ZenEga 13]
[ZenEga 14]
[ZenEga 15]
[ZenEga 16]
[ZenEga 17]
[ZenEga 18]
[ZenEga 19]
[ZenEga 20]
[ZenEga 21]
[ZenEga 22]
[ZenEga 23]
[ZenEga 24]
[ZenEga 25]
[ZenEga 26]
[ZenEga 27]
[ZenEga 28]
[ZenEga 29]
[ZenEga 30]
ZenEga QnA
[ZenEga 31] END
ZenEga 2 [00]
ZenEga 2 [01]
ZenEga 2 [02]

[ZenEga 02]

9K 980 227
By KRV_tripeople

Tekan 🌟 sebelum baca boleh?😂
Comment nya jangan lupa juga 😁

Biar gak ketinggalan notifikasi Update, jangan lupa follow akun ini 😚

Koreksi bila terdapat Typo ya

HAPPY READING 😘

"Jangan sekali-kali kau, mencoba untuk mempermainkan perasaan seseorang. Sebab jika kau lengah, maka kau akan terperosok masuk, dalam lingkaran permainan yang kau ciptakan."

BAB 2

Zena ingin sekali beristirahat di kamarnya. Badannya terasa pegal, karena baru saja ia menghajar cowok brengsek yang membuat tenaganya terkuras habis. Terlebih lagi ia harus melihat kondisi Abel, yang terlihat sangat kacau dan jujur saja dada Zena terasa begitu sesak mengingat itu semua.

Awas saja nanti! jika cowok brengsek bernama Galaksi itu berani menyakiti Abel lebih dalam lagi. Zena tak akan segan-segan untuk mematahkan lehernya.

Sudah cukup sakit baginya, ketika melihat Abel yang tertekan ditambah gadis itu, kembali melukai dirinya sendiri. Zena mengacak rambutnya kesal.

Tak terasa kaki gadis itu, sudah melangkah masuk menuju pekarangan rumah. Di lihat sebuah taman kecil di sebelah rumah itu, banyak di tumbuhi dengan berbagai bunga, yang kini telah layu dan mati.

Dulu, taman itu selalu menjadi tempat terfavorit baginya. Zena tersenyum tipis, kala sebuah kenangan indah bersama sang Bunda dan kakak perempuannya terlintas di benak gadis itu. Dan kembali pada realita! Zena mengembuskan napas kasar,
lalu melanjutkan langkahnya kembali.

Alis Zena terangkat satu, ia juga mengernyit heran melihat pintu rumah itu terbuka.

"Papa ada di rumah?" gumam Zena, hanya di balas oleh hembusan angin.

Zena bergerak pelan memasuki rumah itu. Suasana sepi di dalam sana, membuat gadis itu sedikit bingung, namun ia tetap melanjutkan langkahnya untuk menuju kamarnya yang terletak di lantai atas.

Tubuh Zena mendadak terdiam. Mata gadis itu hanya berfokus pada satu titik, tempat di mana sepasang kekasih tengah bermesraan tak jauh darinya. Seketika emosi yang ditahan Zena kembali bergejolak dan berkobar penuh amarah.

Zena berjalan mendekati Dion, Papanya- yang sedang asik dengan pacarnya. Ah, ralat! wanita sewaannya.

"Apakah anda tak memiliki uang untuk menyewa hotel atau apartemen?" sorot mata Zena begitu tajam menatap kedua manusia itu. "Rumah ini akan ternodai oleh kalian berdua, jika melakukan hal yang tak senonoh di sini!"

Dion melepaskan rangkulan perempuan disampingnya dan menatap Zena dengan tajam bercampur tak suka. "Ini rumah saya! hak saya untuk melakukan apa aja di sini!"

"Ini rumah Mama! Anda tak berhak membawa siapa pun ke rumah ini..." Zena menjeda sebentar ucap-nya. "Jadi, usir wanita murahan ini dari sini! saya tak sudi jika rumah ini di tempati oleh kalian berdua!"

Dion berdiri dari duduknya penuh amarah. "Lancang sekali kamu, mengusir saya!"

Zena tak memperdulikan Dion, dan beralih mendekati wanita yang menantapnya takut.

"Anda tau pintu keluar kan?! jadi silahkan keluar, sebelum saya yang akan menyeret anda!" telunjuk Zena mengarah pada pintu depan.

"Berani ya kamu! di sini kamu yang menumpang, jadi kamu gak ada hak untuk mengusir saya!"

Zena terdiam ketika Dion membentaknya. Amarah dalam diri Zena semakin bergejolak, dan merangkak naik ke permukaan. Siap untuk meledak.

"ARGH!" Zena menonjok kaca di sebelahnya hingga retak, lalu dengan asal menendang guci hingga pecah tak berbentuk.

Dion terdiam melihat anaknya itu, memecahkan guci dan barang-barang yang terbuat dari kaca. Hingga terlihat jelas cairan merah, membasahi lantai yang keluar dari jari tangan putrinya yang terluka.

Zena menatap Dion tajam, lalu menghempaskan foto keluarganya dengan sekali hentakkan, hingga foto keluarga bahagia itu hancur seketika.

"Keluarga kita udah hancur, jadi kita urus hidup kita masing-masing. Apapun yang Anda lakukan, saya tak akan perduli lagi."

Zena berdesis di kuping Dion, sebelum membalikan badannya. Rumah yang dulu dianggap sebagai tempat paling nyaman, kini terasa bagai neraka.

Dengan langkah besar, Zena meninggalkan Dion dan mulai berjalan menuju kamarnya dengan amarah yang masih membara.

Sementara wanita paruh baya yang menyaksikan pertengkaran itu hanya bisa menunduk sedih, tak tega melihat Zena yang tertekan. Lalu dengan cepat diambilnya kotak P3K dan menyusul Zena ke kamarnya.

"Non, maaf itu tangannya harus di obati dulu biar gak infeksi," ucap Bi Rumi hati-hati sembari memasuki kamar Zena takut.

Zena yang tengah duduk di kasurnya pun menoleh. "Gak usah Bi, Zena gak apa-apa."

"Bisa infeksi kalau tangan Non Zena gak segera di obati."

Zena tetap menolak, lalu ia meringis kecil saat punggung tangannya itu tersentuh ujung meja.

"Tuh kan, baru di bilangin juga. Ayo atuh Non di obati tangannya," bujuk Bi Rumi.

Namun, Zena masih tetap dalam pendiriannya. "Gak usah Bi, Zena gak apa-apa." Sebisa mungkin Zena mengulas senyum tipis untuk Bi Rumi. Ia tak ingin membuat wanita itu, terlalu menghawatirkan keadaannya saat ini. Meskipun jujurnya ia memang tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Bi Rumi mengembuskan napasnya pasrah. "Ya udah deh, kalau non gak mau, tapi kotak obatnya Bibi taruh di sini ya." Bi Rumi meletakkan kotak obat di atas meja, tepat di sebelah Zena.

"Kalau gitu, Bibi permisi ya Non," ucapnya sebelum berbalik pergi, meninggalkan Zena seorang diri di kamar itu.

🍁🍁🍁

"Lo kenapa bisa kayak gitu sih?" Zega bertanya, saat melihat perban yang menempel pada dagu berserta hidung Galaksi.

Galaksi yang sedang bersandar, pada kepala ranjang Rumah Sakit pun menoleh. "Biasalah anak laki."

"Tumben banget lo kalah, biasanya yang menang kan elo, kenapa lo jadi babak belur kayak gini?"

Galaksi mendengus. "Lo gak perlu tau."

Tidak mungkin kan, Galaksi harus jujur kalau yang berani membuatnya seperti ini adalah Zena, yang notabene nya adalah sahabat dari mantan pacarnya yang bernama Abel itu. Bisa hancur reputasi seorang Galaksi sebagai laki-laki sejati.

"Gue sih juga gak peduli kalau lo mau berantem sama siapa aja," balas Zega cuek. "Asalkan dia bukan cewek aja."

Deg.

Galaksi terdiam. "M-maksud lo?" tanyanya tergagap.

"Ya menurut gue nih ya, kalau cowok di tonjok apalagi di buat babak belur sama cewek, berarti itu tandanya harga diri cowok itu udah jatuh dan gak bisa di pungut lagi. Ibarat sampah."

Entah mengapa Galaksi merasa tertohok, akibat ucapan Zega tadi. Entah itu bercanda atau tidak, yang pasti itu membuat rasa bencinya terhadap Zena kembali ke permukaan.

"Kenapa lo?" Zega menatap heran Galaksi yang mematung di tempatnya. "Atau jangan-jangan yang buat lo kayak gini adalah cewek?"

"B-bukan," Galaksi terbata. "Ya kali gue berantem sama cewek."

"Oh baguslah. Gue gak mau punya teman banci."

Lalu keadaan pun hening. Galaksi terdiam akibat merasa harga dirinya di jatuhkan secara tak langsung oleh Zega. Sedangkan Zega hanya mengunyah makanan ringan, yang berada di meja samping Galaksi sambil menonton tv.

"Halo bro!"

Galaksi menoleh dan menatap kearah sahabat-sahabatnya, yang kini berjalan memasuki ruangannya.

"Gimana lo? Udah mendingan?" tanya Gilan sembari menaruh buah-buahan di atas meja.

"Ya lumayan, tapi masih nyeri aja hidung gue." Gilan hanya mengangguk, sebagai balasan atas jawaban Galaksi.

Sedangkan Vikar tampak melotot tajam ke arah Aam. "Eh, enak banget lo dateng-dateng langsung nyomot makanan, malah gak bagi-bagi lagi."

Dengan tampang polos pun Aam menoleh. "Mau?"

Vikar mendelik. "Ya mau lah!" Lalu di rampasnya, makanan itu dari tangan Aam.

"Cuma makanan aja lo berdua rebutan," ucap Zega lalu melemparkan keripik di tangannya ke arah Vikar dan Aam, membuat kedua cowok itu hanya bisa meringis.

"Eh, main TOD yuk!"

Mereka semua, menoleh serempak ke arah Galaksi.

"Gak ah! Kayak bocah sd aja main kayak gituan." Aam berseru tak setuju.

"Hooh!" Vikar ikut membalas, lalu melanjutkan lagi acara makannya yang tertunda.

"Kalau lo berdua gak mau. Ya udah, gue, Zega, Gilan, sama Johan aja yang main." Galaksi menoleh ke arah sahabatnya yang lain.

"Kalau gak ada hadiahnya, gue sih gak mau," ucap Johan yang diangguki oleh lainnya.

"IPhone 8?" tawar Galaksi.

"Yah, segitu doang," cibir Johan. "yang lebih mahal dong, mobil Sport gitu!" lanjutnya menyeringai.

"Hooh! payah banget lo," timpal Vikar mulai ikut-ikutan, yang sengaja ingin memanasi Galaksi.

Galaksi mendengus. "Ya udah, iya."

Alhasil mereka semua, kecuali Gilan bersorak riang. Kemudian mereka segera duduk di lantai dan membuat lingkaran.

"Gue yang kasih tantangan atau pertanyaan." Galaksi berucap yang diangguki oleh sahabat-sahabatnya.

Galaksi mulai memutar botol minuman kosong milik Aam, hingga ujung botol tersebut mengarah pada korbannya, Aam.

"Truth or Dare?" tanya Galaksi cepat.

"Ehm, Truth ae lah," balas Aam setelah berpikir sedikit lama.

"Oke, berapa kali lo ngutang di Mbak Tuti?" tanya Galaksi.

Aam mengerutkan keningnya mencoba mengingat, dengan jari yang mulai menghitung. "Kayaknya lima belas kali dalam sebulan ini."

"Gile! lo bayar pake apa?!" tanya Johan tak percaya.

"Gue gak bayar, tapi gue nyuci piring setiap minggu." Aam nyengir tak bersalah.

Galaksi hanya memutar bola matanya, mendengar jawaban Aam, sebelum ia memutar botol itu kembali.

"Truth or Dare ?" tanya Galaksi kepada Vikar, ketika ujung tutup botol itu mengarah ke arahnya.

"Truth."

"Kenapa lo suka ngerjain Bu Siska?"

"Karna Bu Siska punya body yang sekseh and bahenol," jawab Vikar menyengir tanpa dosa.

"Najis lu!" Gilan menjitak Vikar, "otak lo omesh aja. Sapuin sono biar gak ngeres."

Gilan menggeleng. "Lanjut."

Galaksi mengangguk lalu memutar botol, dan berakhir botol itu berhenti tepat di depan Zega.

"Truth mulu, Dare dong." Aam mencibir sambil mengunyah keripik.

"Hooh, Dare ae Ga," balas Johan.

Zega menghela napas. "Ya udah gue pilih Dare."

Galaksi tersenyum penuh arti, mungkin ini saatnya.

"Gue tantang lo buat deketin Zena!"

Mereka, kecuali Zega dan Galaksi, terbelalak tak percaya atas tantangan yang Galaksi berikan untuk Zega.

"Jangaaan!" Vikar berseru heboh, cowok itu berteriak histeris.

"Gue saranin, pokoknya jangan!"

Zega mengernyit bingung. "Emang kenapa?"

"Gue denger ada gosip, si Zena itu terkenal galak, jutek gitu sama cowok." kini Vikar mulai bergosip.

"Cuma gosip kan," balas Zega acuh.

"Ish! denger dulu..." Vikar berdecak, "gue bahkan sempet liat, kalau dia nonjok cowok sampai cowok itu masuk Rumah Sakit."

Merasa tersindir, Galaksi melotot ke arah Vikar namun diacuhkan oleh cowok itu. Sedangkan Zega hanya menaikkan sebelah alisnya. "Cowok macem apa itu? mental tempe."

Galaksi mendengus.

"Terus gue pernah liat ada cowok yang nembak dia, tapi si Zena nolak mentah-mentah. Bahkan sampai ditinggalin gitu aja," timpal Aam, dari rauk wajahnya terlihat serius.

Merasa tertarik dengan sosok Zena, cowok itu bertanya. "Cantik?"

"Beuh! jangan di tanya, si Ucup yang alimnya kebangetan sampe ngucapin istighfar pas liat si Zena," seru Aam melebih-lebihkan.

"Dia liat setan atau lihat hantu, sampe nyebut kek gitu?" Zega terbahak.

"Liat bidadari lah!" Aam melempar keripik ke arah Zega, tampak tak suka atas ucapan cowok itu.

"Coba gue pengen liat Zena yang mana," balas Zega mulai penasaran.

"Bentar." Vikar buru-buru mengambil ponselnya disaku celana. Sebelum membuka ponselnya dan mulai mencari akun media sosial milik Zena.

"Nih, cantik kan?" Vikar menyodorkan ponselnya pada Zega, yang langsung diraih oleh cowok itu. Dalam foto itu sosok Zena terlihat cantik dan terkesan datar menurut Zega.

"Gimana, cantik?" tanya Vikar sedikit penasaran dengan tanggapan Zega, tentang sosok Zena.

"Lumayan," gumam Zega.

"Iya lah, secara kan mantan lo tuh banyak, jadinya semua cewek lo anggap sama semua," cibir Johan.

"Gimana? lo terima gak?" Galaksi bertanya, sedikit tak sabaran menunggu jawaban Zega.

Tentunya Galaksi akan melancarkan aksi balas dendam yang paling dalam, untuk cewek bernama Zena itu. Lewat bantuan Zega, jadi ia tak perlu membuat tangannya kotor untuk berurusan dengan cewek jutek tersebut.

"Yang gue dapetin apa, kalo berhasil bikin tuh cewek suka sama gue?" Zega menaikkan sebelah alisnya, dengan senyum miring tercetak di sana.

Galaksi memutar bola mata. "Mobil sport, keluaran tiga bulan yang lalu, gimana?"

"Gue terima," balas Zega tak mau pikir panjang. "Gue yang pilih warnanya sendiri."

Jujur saja, bukan Zega tak mampu membeli mobil seharga milyaran itu. Namun ia merasa tertarik untuk meluluhkan hati seorang Zena. Mungkin bisa menambah koleksi mantan juga.

"Itu mah soal gampang, yang penting lo harus bikin Zena ada rasa sama lo, habis itu lo campakkan dia. Paham?"

Galaksi tampak menyeramkan, dengan sebuah seringaian yang tercetak di wajahnya. Sedangkan yang lain hanya bisa mengembuskan napas.

Keputusan Zega sudah bulat, dan tidak ada yang berani menentang bahkan mengganggu gugat keputusannya itu.

"Bagi gue itu mudah."

Perkataannya begitu mudah Zega ucapkan, tanpa dia tahu. Sekuat apapun hati yang akan ia ketuk nanti, sekuat itu pula hati itu akan menutup.

Sekuat apapun ia meluluhkan hati seorang Zena, sekuat itu pula Zena membentengi hatinya dengan benteng sekuat baja.

Tenang saja, ini baru permulaan untuk kisah yang baru saja dimulai.

🍁🍁🍁

Repost 16 Desember 2022

Instagram @krv_tripeople

Continue Reading

You'll Also Like

679K 70.3K 42
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
591K 47.9K 29
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
4.9M 263K 60
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...
625K 23K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...