White Wishes [Taehyung BTS] ✔

By Jungkookie1273

98.8K 6.8K 317

Sekali lagi aku membuatmu kecewa..sungguh hubungan ini lebih penting dari apapun. Dan menyakiti seseorang yan... More

Intro
1#Hari kelulusanku
2#Senior High School
3#Pertemuan kecil
4#Awal
5#Pertemuan yang tak terduga
6#Teman masa kecil
7#Stalker?
8#Melelahkan
9#Pembalasan
10#Penasaran
11#Heart
12#Ungkapan
13#Teman yang lain
14#Falling in love
15#Keberanian
Baca^^
16#Alien mesum gila!
17#First kiss
18#Memulai
19#NgeFly
20#Kekasih?
21#Perjodohan
22#Secret
happy birthday to my husband
23#terungkap
24#Problem
25#Rasa lain
26#Meluap
27#Hurt
28#LiSa story
29#Rahasia yang terungkap
perkenalan Yerin-Chungha
30#Tuduhan
31#Rumit
32#Kesadaran
33#Keegoisan
34#Terlambat?
35#Perubahan aneh
36#Semua tidak terduga
37#Hurt-2
38#Teman Palsu
40#Rindu
41#Terungkap?
42#Pertunjukan
Baca^^
43#Usaha
44#Yes or No?
45#Kesekian kali
46#END
New FF

39#Pasangan aneh

1.5K 118 4
By Jungkookie1273

Maaf ya kalau selama ini banyak typonya😂 ngedit tulisan banyak, mata ngga terlalu jeli kadang juga ngeditnya sambil ngantuk-ngantuk. Tapi yang penting kalian tau maksudnya
...

Hae ra POV

Malam ini akan menjadi malam yang panjang. Bagaimana tidak? Yerin dan Yerim datang ke rumahku. Mereka ingin mengajakku pergi ke salon, padahal aku baru saja pulang kerja, mereka sama sekali tidak peduli dengan waktu. Ya Tuhan..aku yakin 100% jika yang mengusulkan ide ini adalah Yerim. Aku tau karena sudah berteman dengannya lama, dan kebiasaannya adalah mengajakku ke sana. Yah, dan kebiasaan ini cepat atau lambat akan kami lakukan lagi. Sebenarnya aku tidak tertarik dengan hal-hal seperti itu, tetapi yang namanya Park Yerim itu harus dituruti kemaunnya. Jika tidak, dia akan memohon dan tidak akan pernah menyerah, kalau perlu dia akan memaksa. Mau tidak mau aku harus mengikutinya.

Aku sudah siap dengan pakaian casualku. Hampir saja dia akan memarahiku karena memakai baju sedanya dan tidak feminim.

"Kau mau memakai baju seperti ini? Kau perempuan...dressmu banyak kan? Cepat gan--"

"Menyuruhku ganti, aku tidak akan ikut kalian" potongku dengan cepat. Ayolah..aku sudah nyaman dengan pakaianku ini. Aku tau mereka berdua memang feminim. Tapi aku tidak nyaman dengan itu semua. Setidaknya aku masih normal karena menyukai lelaki.

"Yerim-ah sudahlah...biarkan dia seperti itu, lagipula kita harus cepat, sebelum terlalu malam" kata Yerin.

"Nah...itu dengarkan perkataan ketua kelas!" kataku pada Yerim, dan itu membuatnya harus mengalah.

"Arraseo. Arraseo. Kajja! Kita pergi sekarang."

Kami pergi dengan mobil Yerim.

"Ohh..Nona Hae ra..lama tidak bertemu.." sapa Supir Yerim saat melihatku melalui kaca depan.

Aku hanya tersenyum menanggapinya. Yerim duduk di depan, dan aku duduk di belakang bersama Yerin.

"Kalian sangat dekat ya?" Bisik Yerin.

"Memang..aku mengenal hampir semua keluarga Yerim dan orang-orang yang tinggal di rumahnya."

Yerin hanya ber-OHH saja.

.

.

.

Sampai juga di tempat yang sudah lama sekali tidak kukunjungi. Ya, kalian pasti tau alasannya.

"Wah...Yerim-ah...kalau tidak salah para idol juga kesini..." kata Yerin berbinar.

Yerim hanya tersenyum.

"Kau tau darimana??" Tanyaku.

"Aku kan sering membaca artikel mengenai idol, bukan sepertimu yang hanya taunya membaca buku pelajaran" sindir Yerin.

"Eyy...pelajaran lebih penting dari apapun.  Untuk apa membaca artikel seperti itu? isinya tidak akan keluar di soal ujian,"

Yerin mendorong dahiku dengan telunjuknya.
"Pabo! semua orang juga tau kalau isi artikel itu tidak akan keluar di soal ujian. Tapi membacanya adalah keperluan..agar kau tidak kudet seperti ini"

"Hei kalian! berhenti berdebat! yang kalian perdebatkan itu tidak ada mutunya...lebih baik sekarang kita cepat masuk. Aku sudah lama juga tidak kesini"

"Bukankah itu kebiasaanmu yang tidak bisa kau tinggalkan?" Tanyaku.

"Memang. Tapi semenjak aku menjauhimu dan kita tidak pernah bersama, aku jarang kesini. Bahkan aku sering jalan-jalan sendiri di sekitar rumah"

Aku diam, Yerim diam, Yerin diam. Kamipun diam. Aku merasa canggung karena Yerim membicarakan itu. Aku tidak tau harus menjawab bagaimana.

"Sudah. Sudah. Sekarang kita langsung masuk saja ya? dan Yerim....kau yang membayar kita berdua kan??" Kata Yerin dengan mengedip-ngedipkan matanya. Sok imut.

Yerim memutar kedua bola matanya.
"Iya, iya. Aku sudah tau ini pasti akan terjadi, karena aku yang mengajak kalian"

"Ya jelaslah...uang darimana jika aku membayarnya sendiri. Lebih baik uangku aku gunakan untuk keperluanku yang penting" kataku sontak.

"Ahh...kau memang terbaik" kata Yerin sembari memeluk lengan Yerim.

"Ck. Ini kapan kita masuknya jika mengobrol terus" omel Yerim.

"Yasudah ayo masuk.."

Kamipun masuk kedalam. Syukurlah tidak banyak orang. Tapi dengan kesini, ada baiknya juga. Aku rasa wajahku kusam dan banyak kerutan. Karena akhir-akhir ini aku sering menangis, cemberut, marah dan mudah lelah. Jadi wajahku perlu sentuhan juga. Dan berterimakasihlah pada Nona Park, karena dengan murah hatinya dia membiayai aku dan Yerin. Semoga pertemanan kami tetap seperti ini, tanpa adanya hambatan lagi.

^^

Suga POV

Ck. Kemana sih dia?? Berani sekali pesan dan panggilanku di abaikan. Tapi sayang, dia salah besar jika mengabaikanku. Awas saja besok di sekolah, akan kukerjai dia habis-habisan.

Sedari tadi memang kerjaanku hanya duduk diam di sofa depan televisi dengan mengecek ponselku berkali-kali. Bodohnya aku tidak bisa berhenti melakukannya.

"Oppa!!"

Aku terlonjak, suara Seulbi sangat melengking. Aku menatapnya tajam.

Seulbi menyengir.
"Oppa...aku tidak bisa mengerjakan satu soal. Aku sudah mencobanya berkali-kali tapi tidak ketemu...ajari aku ya??" Seulbi mengedipkan matanya berkali-kali. Dia memang manis padaku jika ada maunya. Baiklah kalau begitu, aku juga menginginkan sesuatu darinya.

"Baiklah..."

Matanya berbinar.

"Tapi dengan satu syarat."

Seketika ekspresinya berubah lesu.

"Oppa...aku ini adikmu satu-satunya. Oppa juga yang menyuruhku belajar setiap hari. Kenapa juga saat aku meminta di ajari harus ada syarat. Kan biasanya tidak...oppa tega padaku??" Protesnya. Sungguh, aku sekarang sedang menahan tawaku. Wajahnya benar-benar lucu.

"Ohh karena kau adikku satu-satunya aku harus selalu menurutimu, begitu? baiklah...kalau begitu aku akan menelepon eomma dan appa agar memberikan adik lagi untukku. Jadi kau tidak hanya satu-satunya" godaku. Itu semakin membuatnya menekuk wajahnya.

"Ya! Oppa! Sembarangan saja. Tidak boleh! aku tidak mau....oppa....tolonglah...aku benar-benar tidak bisa" dia merengek padaku. Dia menggoncang lenganku berkali-kali. Dasar anak kecil.

"Jika kau tidak mau menerima syarat dariku, aku tidak akan mengajarimu. Itu sudah keputusan final!" Aku masih tidak mau mengalah, biarkan saja. Kemarin-kemarin dia selalu menbuatku naik pitam. Sekarang pembalasan.

"Ck. Iya, iya...memang syarat apa??" Akhirnya dia berhenti merengek dan mengalah. Bagus. Kena kau.

"Dengar baik-baik dan turuti!"

"Hmm"

"Jawab yang benar!"

"IYAA...."

"Mulai sekarang jangan sering pergi bersama Taehyung dan berhenti menyukainya"

Sederet kalimat berhasil membuatnya terdiam lama. Dengan cemas aku menungguinya menjawab. Sebenarnya ada rasa tidak tega juga mengatakan ini, tapi jika tidak, dia tidak akan berhenti menyukai Taehyung dan akhirnya malah menyakiti dirinya sendiri.

"Oppa tidak usah khawatir. Sekarang Taehyung oppa jarang mengajakku pergi, kami juga jarang bertukar pesan. Oppa tau juga kan kalau aku sibuk belajar. Jadi tidak mungkin aku sering pergi bersamanya. Lagipula.....aku...."

Dia kenapa? Kenapa menggantung kalimatnya? Ayolah...aku tidak suka menunggu lama.

"Aku....berusaha melupakannya...makanya aku sering mencari kesibukan karena itu,"

Akhirnya jawaban yang kuharapkan diucapkannya juga. Syukurlah jika dia sadar. Aku tidak perlu khawatir lagi. Semoga saja dia cepat melupakan perasaannya, aku tidak mengizinkannya jika seumpama dia  mencari pengganti atau pelarian, itu belum waktunya, dia harus fokus belajar untuk kelulusan dan masuk sekolah menengah atas. Aku ingin dia satu sekolah denganku agar aku bisa mengawasinya, tapi mengawasi bukan artian seperti kakak yang terlalu posesif begitu. Aku hanya tidak ingin dia terjerumus ke hal-hal negatif.

"Baguslah...oppa akan membantumu agar pikiranmu teralih darinya."

"Hmm. Yasudah, karena aku sudah memenuhi syarat oppa, jadi sekarang ajari aku.."

Aku mengacak rambutnya.
"Kajja.."

.

.

.

"Seulbi...aku pinjam ponselmu, aku bosan" aku memang bosan, setelah mengajarinya, dia fokus mengerjakan lagi dan mengabaikanku. Ponselku juga isinya hanya begitu saja, di tambah Yerim belum membalas satupun pesan dariku. Serasa diabaikan dua gadis sekaligus.

Dia menyodorkan ponselnya padaku begitu saja tanpa mengalihkan perhatiannya pada soal. Kurasa sifatku menurun padanya, jika sudah mengerjakan soal, pasti akan sangat fokus.

Aku mengusap layarnya, tidak ada kata sandi. Bagus, berarti dia tidak macam-macam. Tapi saat aku membuka notifikasinya, banyak sekali chat dari seseorang. Karena penasaran, aku membuka aplikasi chat itu.

Na Jaemin.

Dia laki-laki? Ya benar, dari namanya sudah sangat ketara dan ditambah foto profil yang dia gunakan.

Tapi ini siapa? Kenapa spam chat? Kekasih Seulbi? Tidak mungkin. Dia selama ini menyukai Taehyung. Lalu apa bocah ini yang menyukai Seulbi?

"Hei Seulbi..ini siapa?"

Aku menujukkan layar ponselnya. Tapi dia sama sekali tidak mengalihkan pandangannya.

"Seulbi....aku sedang bicara padamu. Kau harus menatapku!"

Seulbi menghembuskan nafas berat, aku tau jika dia tidak ingin diganggu, sama persis sepertiku.

"Ini siapa?" Ulangku dan masih menunjukkan layar ponsel yang terdapat foto bocah itu.

"Dia Jaemin. Teman pertamaku saat pindah sekolah" jawabnya enteng.

"Teman pertamamu? Laki-laki? yang benar saja.."

Seulbi mengangkat satu alisnya.
"Memangnya kenapa kalau laki-laki? kita kan bebas berteman oppa...."

"Apa benar dia hanya temanmu? Bukan yang lain? Kau menyukainya atau dia yang menyukaimu??" Selidikku. Aku masih belum puas dengan jawabannya.

Seulbi memutar bola matanya malas.
"Oppa jangan mengada-ngada..kami hanya sebatas teman. Tidak lebih. Sudah...sekarang aku ingin lanjut belajar lagi, oppa jangan berisik!" Setelah itu dia kembali ke aktivitas awal.

"Wanita selalu menyebalkan" gumamku. Daripada aku bosan, aku memilih keluar dari kamar Seulbi. Aku merasa seperti pajangan jika berada disana. Biarkan saja, jika dia membutuhkanku, dia pasti akan mencariku.

Aku duduk di teras depan. Sekali lagi aku mengecek ponselku. Dia benar-benar tidak membalas pesanku? Kemana dia?? Ahh...benar-benar menyebalkan... awas saja besok aku akan memberinya pelajaran karena berani mengabaikanku.

^^

Keesokan harinya...

Author POV

"Mau kemana kau?" 

Pagi-pagi Suga sudah menunggu seseorang yang tak lain adalah kekasihnya. Dia memang sengaja berangkat pagi karena ingin mencegat gadis ini, bahkan dia sampai menyuruh Seulbi untuk cepat bersiap-siap. Padahal mereka tidak pernah berangkat sepagi ini.

Tadinya Yerim tidak menyadari jika Suga ada di depan kelasnya, dia berjalan ke kelas sembari asik berbicara dengan Hae ra. Dan kegiatannya harus terhenti karena Suga menarik tasnya.

"Ohh...kau?? kapan kau kesini??"

"Kau??"

Yerim masih terlihat shock dengan kehadiran Suga yang menurutnya tiba-tiba ini.

"Seharusnya kau memanggilku 'oppa' bukan dengan sebutan 'kau'!" Protes Suga, di melihat Yerim dengan potensi ingin melahap gadis ini hidup-hidup.

"Oppa?? Aku tidak mau! Kata itu sulit kukatakan jika bersamamu" tolak Yerim.

"Kau tadi baru saja menyebut 'oppa' kenapa kau bilang itu sulit?? Kau berbohong ya?? Pokoknya tidak ada penolakan!"

Yerim memutar kedua bola matanya.
"Tubuhku terasa aneh jika memanggilmu dengan sebutan itu. Tidak. Aku tidak mau!!"

"Harus! Kau harus memanggilku begitu"

"Sireo!!"

Hae ra menggaruk-garuk kepalanya karena merasa tidak perlu berada di situasi ini.

"Em...Yerim-ah, Suga sunbae...aku masuk dulu ya"

Sepertinya suara Hae ra tidak di dengar oleh mereka, karena mereka masih saja berdebat. Akhirnya Hae ra masuk ke kelasnya.

"Yerin saja saat memanggil Jimin sunbae tidak pernah memanggilnya 'oppa' padahal mereka sudah lama menjalin hubungan. Kenapa kita harus?? Lagipula tidak cocok sekali dengan kita"

"Ck. Kenapa juga kita harus berpanutan dengan mereka?? mereka menjalin hubungan dengan gaya mereka sendiri, dan kita juga harus begitu, lagipula aku lebih tua darimu." Suga masih kokoh dengan pendiriannya. Dan Yerimpun sama.

"Mengalahlah pada wanita...kau ini sama saja seperti ibu-ibu yang rempong!"

Suga mengacak rambutnya frustasi.
"Baiklah baiklah. Kalau begitu kita tentukan saja dengan bertanding!"

"Bertanding? kenapa harus? pihak yang setuju kan hanya kau!"

"Hei....kau semalam mengabaikan pesan dan panggilanku. Dan sebagai hukumannya kau harus menurutiku. Sekarang aku ingin bertanding denganmu, sekaligus yang kalah nanti akan menuruti keinginan lawannya" jelas Suga.

"Aigoo....tadi malam aku sedang pergi dengan Hae ra dan Yerin. Aku tidak sempat mengecek ponselku..dan saat aku ingin membukanya, ponselku ternyata sudah mati..baterainya habis!"

"Itu urusanmu! salah siapa kau melupakanku"

Yerim menghela nafas panjang.
"Baiklah, memangnya kau ingin mengajakku tanding apa??" Yerim berkacak pinggang dengan mata yang menatap Suga tajam,seperti dia tidak takut apapun.

"Kau bisa melakukan apapun?"

Yerim tampak berpikir sejenak.
"Tentu bisa..apa yang tidak aku bisa??" Yerim tersenyum meremehkan.

Suga memamerkan smirknya.
"Bagus, kekasih Min Suga memang harus bisa melakukan apapun, termasuk memanjat pohon,"

Yerim yang tadinya senyum-senyum berubah eskpresi menjadi terkejut.
"M-mwo?? Memanjat pohon?? Yang benar saja....aku ini perempuan!"

"Siapa bilang kau laki-laki? Jika kau laki-laki, mana mungkin aku mau menjadikanmu kekasih"

"Tidak bisa! Ganti yang lain!"

"Tidak mau....yasudah, kau tinggal menyerah dan setiap harinya memanggilku oppa..siapa suruh tadi mengatakan jika kau bisa melakukan apapun..." kata Suga santai dengan nada yang sangat menjengkelkan. Sungguh, amarah Yerim sudah sampai ke ubun-ubun. Tapi dia mencoba meredamnya. Dia merutukki setiap kalimat yang lolos dari mulutnya, karena itu semua menjebak dirinya sendiri untuk masuk ke dalam jurang. Dia juga merutukki perbuatannya, kenapa semalam dia tidak ingat Suga sama sekali. Mungkin karena dia sedang bersama Hae ra dan Yerin, jadi lupa keadaan.

"Baiklah Tuan Min yang terhormat...saya bersedia melakukannya.." kata Yerim dengan senyum yang ketara sekali dipaksakan.

Suga tersenyum, sangat manis. Senyumnya berbanding balik dengan senyum Yerim yang penuh paksaan.

"Kalau begitu kita mulai sekarang saja, kita akan memanjat pohon di taman belakang"

Yerim mengernyitkan alisnya.
"Kau lupa jika sekarang masih pagi? sebentar lagi bel akan berbunyi.."

Suga tersenyum lagi.
"Aku katakan satu rahasia..sini.." Suga memberi isyarat agar Yerim mendekatkan telinganya.

"Seharian ini sekolah free, jadi kita bebas melakukan apapun"

Yerim seketika menjauhkan kepalanya.
"Jinjja?? tapi bagaimana kau bisa tau??"

"Kau lupa jika kekasihmu ini bagaimana jika di sekolah?"

Yerim mengangguk. Dia lupa jika Suga di sekolah ini juga berpengaruh, jadi dia otomatis orang yang tau segala hal jika mengenai sekolah.

"Kajja! Kita kesana sekarang.."

Hati Yerim sudah seperti ingin meloncat dari tempatnya. Dia berdoa didalam hati, memohon agar di mudahkan jalannya. Karena dia tidak tau bagaimana cara memanjat, dia juga sedang memakai rok sekolah.

"Ahh iya, aku baru sadar jika sekarang aku memakai rok sekolah, jadi aku tidak bisa memanjat" kata Yerim dengan wajah berseri.

"Tenang saja, aku membawa pakaian olahragaku. Jadi kau bisa memakai celana olahragaku"

Demi Tuhan, apa lelaki ini gila? Dia sampai sudah memikirkannya sedetail ini. Sialan. Sesuatu yang baru saja dianggap senjata bagi Yerim tidak mempan sama sekali untuk Suga. Jika berada di medan perang, dia sudah kalah telak karena tidak merencanakan apapun untuk menyerang musuh. Sedangkan musuhnya berotak cerdas dengan ribuan rencana yang sudah dirancang di otaknya.

Alhasil, Yerim hanya bisa pasrah dan menyerahkan nasibnya pada takdir. Dengan setengah hati, dia mengikuti Suga. Sampai-sampai dia belum meletakkan tasnya di dalam kelas. Mungkin juga Hae ra akan mencarinya nanti.

.

.

.

Sedangkan Hae ra di kelas bingung sendiri karena tidak mendapati tanda-tanda Yerim akan masuk ke kelas. Yerin juga tidak ada, padahal tasnya ada di sebelahnya.

"Kemana mereka?" Hae ra meletakkan kepalanya di atas meja. Dia ingin bicara dengan yang lainnya tapi dia takut di bully. Karena dia masih di cap jelek.

"Ekhm. Minta perhatiannya ya teman-teman.."

Hae ra langsung mendongak karena mendengar suara yang sangat di kenalinya.

Semua siswa yang tadinya asik bercengkrama melihat ke arah papan tulis. Dia sana sudah ada ketua kelas imutnya yang tegas.

"Hari ini semua mata pelajaran akan di kosongkan. Atau kata lainnya free. Kalian bebas melakukan apapun hari ini, tapi dengan syarat tidak boleh membuat kekacauan. Jadi untuk semua, selamat menikmati hari bebas...terimakasih."

Semua siswa bersorak bahagia karena tidak akan ada pelajaran atau tugas-tugas yang memberatkan pikiran mereka. Mereka juga tidak akan bertemu dengan guru yang mereka takut-takuti. Bagi pelajar, jam kosong sudah seperti surga dunia bagi mereka.

"Hae ra...apa kau juga merasa senang seperti mereka??" Kata Yerin antusias, dia sudah berada di sebelah Hae ra.

Hae ra hanya tersenyum. Baginya jam kosong atau tidak sama saja. Karena yang menemaninya hanya Yerin dan Yerim. Tidak ada sosok kekasih yang selama ini menjadi penyemangat hidupnya.

"Bagaimana kalau kita sekarang ke kantin? perutku sangat lapar.."

"Emm...baiklah. Ayo kuantar..aku sebenarnya sudah sarapan tadi, Yerim ke rumahku membawa makanan"

"Jinjja?? Mian...karena kau jadi harus menemaniku ke kantin.."

"Ahh tidak apa-apa..seperti dengan orang lain saja kau ini..sudah ayo cepat.."

Mereka akhirnya pergi untuk ke kantin. Di perjalanan, mereka bercerita tentang kegiatan semalam. Yah..perempuan memang begitu. Ada saja topik untuk dibicarakan.

"Chagi...kau ingin ke kantin??" Tanya seseorang tiba-tiba.

"Ohh..Jimin-ah...kau juga ingin ke kantin??" Yerin bertanya balik.

"Ya begitulah..aku tadi kesiangan, tidak sempat sarapan."

"Kalau begitu ayo kesana,"

"Baiklah. Ahh..Annyeong Hae ra.." sapa Jimin.

"Annyeong Sunbae..."

Merekapun melanjutkan langkah mereka.

Srett

Tapi tiba-tiba ada yang menarik tangan Hae ra.

"Hei...apa-apaan kau ini??" Hae ra jelas merasa kaget karena tangannya ditarik tiba-tiba, sontak Yerin dan Jimin berhenti berjalan.

"Hai...kalian berdua sepasang kekasih kan? karena kalian sudah berdua, jadi aku pinjam Hae ra sebentar..kasihan juga jika dia melihat kalian.."

"Daniel...apa maksudmu? Aku baik-baik saja, lepaskan tanganku, aku ingin ikut mereka"

Ternyata orang itu adalah Kang Daniel.

"Kau...kau kan orang yang waktu--"

"Iya,iya aku tau. Untuk kejadian itu aku minta maaf, dan si pendek ini juga sudah memaafkanku. Jadi sekarang kami berteman.." kata Daniel dengan mengacak rambut Hae ra.

"Apa kau bilang??"

"Sudah ya...kami pergi dulu, dan kalian selamat berkencan..nikmati hari bebas ini dengan baik.." Daniel tersenyum lebar dan berhasil menarik Hae ra mengikutinya. Sampai-sampai Yerin dan Jimin tidak sempat berbicara.

.

.

.

"Stop!" Hae ra berhenti, dan otomatis Daniel juga berhenti.

"Kau ini sebenarnya ingin membawaku kemana??"

"Ke perpustakaan"

Hae ra menaikkan satu alisnya.

"Untuk apa??"

Daniel mengetuk dahi Hae ra dengan punggung tangannya.
"Ya untuk belajarlah..memangnya untuk apa lagi..jangan-jangan kau tidak pernah ke perpustakaan ya??"

"Enak saja! aku bahkan sering kesana...lalu untuk apa kau mengajakku? Belajar sendiri sana!"

Daniel menggelengkan kepalanya.
"Tidak seru ah...lagipula tidak hanya untuk itu kita kesana.."

Hae ra sudah geregetan melihat wajah seorang Kang Daniel yang menurutnya menyebalkan dan aneh. Dia akhir-akhir ini sering sekali berada di sekitar Hae ra. Pasti alasan yang digunakan hanya satu. 'Sesama pihak yang tersakiti, kita harus saling membantu' Hae ra sampai bosan dengan kalimat tak bermutunya itu.

"Lalu untuk apa lagi??"

"Makanya menurut saja denganku...sudah ayo cepat...nanti keburu orangnya hilang"

Daniel dengan kecepatan tak kasat mata sudah membawa Hae ra pergi lagi. Apa daya Hae ra yang hanya bertubuh kecil?

.

.

.

"Katanya belajar..kenapa semua yang kau pinjam hanya komik? tidak ada buku pelajaran sama sekali. Dasar aneh!" Mereka sedang duduk di kursi khusus pembaca.

Daniel tidak menjawab sama sekali, dia daritadi sibuk celingak celinguk, seperti mencari seseorang.

"Kau..apapun yang kulakukan, kau harus menurut. Tidak boleh protes" bisik Daniel.

"Hah??"

"Jika kau ingin dia merasa cemburu, kau ikuti saja perlakuanku"

Tak sempat Hae ra menjawab, Daniel tiba-tiba memasangkan headset di telinga kirinya, dan Daniel memakai sendiri di telinga kanannya.

"Ahh..musiknya sangat cocok untuk suasana kita sekarang.." kata Daniel. Hae ra merasa bingung kenapa lelaki ini bertingkah aneh?

"Apa?"

"Sstt" bisik Daniel.

"Hae ra...apa kau suka dengan tokoh ini?? dia adalah tokoh yang bertanggung jawab, sabar, tidak kasar dengan wanita dan...setia." kata Daniel agak keras, karena disini hanya ada mereka berdua dan...satu orang lagi di dekat mereka. Dia juga menekankan kalimat terakhir yang dia ucapkan.

"Ohh..benarkah? coba aku lihat" kata Hae ra terhanyut. Dia memang penasaran dengan apa yang di maksud Daniel. Daniel menunjukan satu tokoh di komik yang dia pinjam

"Eum...dia keren. Penggambaran wajahnya juga bagus.." kata Hae ra menilai. Itu asli dari dirinya tanpa berakting seperti Daniel.

"Diam sebentar...ada sesuatu di rambutmu"

"Hah?? Apa?? Apapun itu tolong singkirkan" kata Hae ra, dia sudah mendekatkan kepalanya pada Daniel. Dan itu mempermudah Daniel untuk mengambil sesuatu di rambutnya.

Jarak mereka sangat dekat, Hae ra menatap hidung Daniel. Seperti orang yang akan berciuman.

"Nah selesai..."

"Apa yang ada di rambutku??"

"Hanya daun kecil saja, sepertinya sudah ada dari tadi, tapi aku baru menyadarinya"

Tiba-tiba Daniel mengelus rambut Hae ra.

"Rambutmu sangat halus..aromanya juga enak, sangat elegan. Cocok untuk seorang gadis" perlakuan Daniel membuat Hae ra mengerjapkan matanya berkali-kali.

Srekk

Suara kursi bergeser sangat keras, dan menggema.

Hae ra dan Daniel melihat ke sumber suara. Betapa kagetnya Hae ra saat melihat punggung orang yang baru saja berjalan menjauh.

Kim Taehyung.

"Taehyung.." lirih Hae ra. Kemudian dia menatap Daniel, seperti meminta penjelasan.

Daniel mengendikan bahunya, dia kemudian melepas headset yang menempel di telinganya dan Hae ra

"Seperti yang kukatakan tadi...ada hal lain yang akan kita lakukan"

"Jadi kau ingin Taehyung melihat ini semua??" Tanya Hae ra.

"Tepat sekali. Biarkan saja dia merasa seperti apa yang kau rasakan saat dia bersama Eunji."

Hae ra menghembuskan nafas. Sebenarnya dia ingin marah, tapi marahpun percuma karena semua sudah terlanjur. Pikirnya juga Taehyung tidak akan peduli pada dirinya. Jadi, dia mengubur kemarahannya dalam-dalam.

"Bagaimana bisa kau tau jika Taehyung ada disini?"

Daniel menutup komik yang dia buka barusan dan menumpuknya lagi bersama komik lain yang dia pinjam.

"Saat aku melewati perpus, aku melihat Taehyung masuk kesana. Lalu ada ide muncul untuk mengerjainya, jadi aku langsung berjalan cepat ke kelasmu, tapi sebelum ke kelasmu aku sudah bertemu denganmu"

Hae ra hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia sama seperti tunangannya, banyak ide saat ingin mengerjai atau memanasi seseorang.

"Lalu sekarang kita akan melakukan apa?" Tanya Hae ra polos saat melihat Daniel mengembalikan komik-komik tadi ke tempat semula, dia juga mengikuti setiap langkah Daniel.

"Tidak tau kalau dirimu, yang jelas aku ingin ke toilet. Kau mau ikut?"

Hae ra menginjak kaki Daniel.

"Aww!!"

"Dasar gila! aku akan ke kelas. Dan kau..jangan menemuiku nanti!"

Hae ra menghentak-hentakkan kakinya, dia ingin segera berada di kelas daripada harus melihat wajah menyebalkan itu lagi.

.

.

.

"Astaga Yerim...apa yang baru saja kau lakukan??"

Bagaimana tidak kaget jika melihat orang yang tadi masih fresh sekarang menjadi lusuh. Rambutnya berantakan banyak rumput yang tersangkut, wajahnya kusam, roknya kotor, dan disamping memakai rok dia juga memakai celana olahraga milik lelaki??

"Suga menyebalkan...huaaaa" Yerim merengek, dia duduk dilantai. Perbuatan dan penampilannya berhasil mengundang tawa teman-temannya.

"Yerim...berhentilah...mereka menertawaimu" bisik Hae ra.
"Hiks...biarkan saja..aku pantas di tertawai.."

"Aigoo...berdirilah..duduk yang benar..lalu ceritakan"

Hae ra membantu Yerim berdiri, lalu Yerim duduk di sebelah Hae ra.

"Dia memaksaku untuk memanjat pohon, kami bertanding..siapa yang lebih cepat sampai, dia yang menang..hiks..karena aku ingin menang, jadi aku tergesa-gesa lalu aku jatuh kebawah...untung aku memanjat belum terlalu tinggi..jadi tulang-tulangku masih sehat...hiks..dan sekarang wajahku kotor lagi..padahal semalam sudah dibersihkan..."

Mendengar cerita Yerim, Hae ra tertawa.

"Kenapa kau malah tertawa??"

"Habisnya ceritamu lucu. Kau mau saja diperdaya Suga sunbae..apa yang membuatmu ingin menang sampai jatuh begitu.."

Yerim mengusap air matanya.
"Jika aku kalah...aku harus memanggilnya oppa setiap hari...kan itu menyebalkan...sangat tidak cocok dengannya...jadi aku berusaha agar menang...tapi aku sudah jatuh duluan.."

Yerim menarik ingusnya yang hampir keluar.
"..dan sekarang aku harus memanggilnya oppa setiap hari...huaaaa" Yerim kembali menangis.

Hae ra berpikir keras. Hanya karena alasan itu Yerim menjadi seperti ini? Apa salahnya memanggil kekasihnya sendiri oppa? Dasar memang mereka pasangan aneh.

"Sudah..sudah...berhenti menangis..apa kau tidak malu dilihat banyak orang?? Lagipula apa salahnya kau memanggilnya oppa? Dia juga lebih tua darimu"

"T-tapi kan aku merasa aneh..."

Hae ra mengambil tissue di tasnya dan mengusap wajah Yerim.
"Lama-lama kau akan terbiasa...sekarang jangan menangis lagi,"

Akhirnya Yerim berhenti menangis.

"Sudah selesai menangisnya? Chagi...kau sangat lucu sekarang, ayo ikut oppa, kau harus membenarkan penampilanmu"

Suara berat seseorang membuat mereka menoleh.

Suga.

Dengan santainya, dia bersender di pintu belakang sambil melihat kearah Yerim. Dia melambaikan tangannya sembari tersenyum ramah. Fansnya yang berada di kelas ini histeris melihat senyumannya, tapi Yerim berbeda pendapat mengenai senyuman itu. Dia menganggapnya evil smile. Yerim menatap Suga tajam, Hae ra yang melihat itu sudah tidak ingin ikut campur. Biarkan pasangan aneh ini sendiri yang menyelesaikan masalahnya.

Mohon bantuannya^^

Continue Reading

You'll Also Like

40.1K 1.8K 11
"Aku ingin kau han raeki"-Laki'misterius "Apa maksudmu? Dan siapa kau?"-Tanya raeki dengan hati'karena jujur dia sangat sangat takut sekarang. "Perke...
39.7K 3.2K 20
"Soojung, aku hanya ingin kau mencintai ku. Apa itu sulit?" Jung Soojung, seorang wanita yang selama ini hidup sendirian. Bekerja setiap hari agar bi...
303 187 15
[ FOLLOW SEBELUM BACA ] -------------------------------------------------- ♡ A Story Teen Fiction By D'Maya ♡ ...
9.2K 885 14
⚠⚠ #BEDA AUTHOR# ⚠⚠ @yumeichan_06 Seorang anak kecil bermarga min telah menyaksikan kejadian kejam di depan matanya sendiri, dan semenjak kejadian it...