Raani & Aleeta ✔(TAHAP REVISI)

By njenisyah_id

284K 13.1K 203

"Kita selalu bersama, apakah sampai kita menikah pun tetap bersama?" -Aleeta Putri Aisyah- . . "Insya Allah... More

(New) Cast
(1) Raani dan Aleeta
(2) Kerja Kelompok
(3) Terlihat Aneh
(4) Masa Lalu Aleeta
Revisi
(5) Ada Apa dengan Faisal(?)
(6) Aleeta dan Faisal
(7) Our Happiness
(8) Tidak Mungkin
(9) Ospek
(10) Muhammad Habibullah
(11) Demam Rindu
(12) Be Patient
(13) Raani dan Aleeta; Jauhi Sahabatku
(14) Pertengkaran
(15) Persahabatan lebih penting
(16) Terlambat
(18) Back to Home
(19) Apakah ini Mimpi
(20) Kebahagiaan dan Kekecewaan
(21) Menerimamu
(22)
(23) Ucapan Yang Tersirat (?)
(24) Ijab Qobul; RaaniZakki
(25) Kabar Buruk
(26) Super Dad
(27) Faisal?
(28) Pengungkapan
(29) Habibi yang Psycho
(30) Ijab Qobul; AleetaFaisal♡
(31) Happy Day
(32) Wellcome Ameera Assyfa Baihaqi
(33) Quality time
(34) Akhirnya
(35) Ahlan Wa Sahlan, Shaliha Alfathunnisa
(36) 1
(36) Ending; "Sahabat Sesurga"
Extra Part; RaaniZakki
PROMOSI
Extra Part; AleetaFaisal
Extra Part 5; Raani&Zakki
Hay hay hay

(17) Persahabatan Lebih Penting; 2

6.4K 340 0
By njenisyah_id

Sudah direvisi

***

Mereka sudah duduk di kantin, Zakki berhasil membawa Raani bersamanya. Raani duduk di sampingnya sedangkan Adimas dan Faisal duduk di depan mereka. Dia sudah berjanji untuk meluruskan semua ini, kesalahpahaman antar sang adik dan Raani harus diselesaikan.

"Kalian tentu tahu 'kan, sebuah cinta itu butuh pengorbanan... terkadang cinta berakhir bahagia, namun tak jarang berakhir dengan kesedihan, karena harus mengikhlaskannya pergi."

"Pedih memang kalau harus melepaskannya, gue juga pernah mencintai seseorang sejak SMP hingga sekarang pun gue masih sedikit mencintai dia."

"Tapi gue udah ikhlas karena dia sudah memiliki seseorang yang dia cintai. Ya, gue sih berusaha terima dengan legowo. Kalau Allah jodohkan gue sama dia, kami pasti bersatu, kalau enggak? Yaudah, yakin aja Allah akan berikan yang terbaik." Zakki mengarahkan pandangan pada mereka satu per satu, tampaknya ketiga orang itu mendengarkan dengan sangat baik.

"Yang kalian harus petik dari cerita gue adalah jika kalian mencintai dia karena Allah, kalian juga harus merelakan dia karena Allah," jelas Zakki.
"Gue tahu ... Raani mencintai Faisal," lanjutnya membuat Raani melotot menatapnta.

"Faisal pun mencintai Raani, iya 'kan Sal?" Faisal mengangguk pelan, "dan ... Adimas lo mencintai Aleeta."

"Aleeta? Gue enggak tahu betul adik gue itu mencintai siapa, yang jelas dia enggak cinta sama Faisal," ujar Zakki mengarahkan dagu nya pada Faisal sontak Faisal mengangguk pasrah.

"Jadi gini ... Raani dan Faisal memang saling cinta namun mereka harus mengikhlaskan cintanya." Ucapan Zakki membuat Adimas kebingungan dan Raani menunduk meremas ujung jilbabnya.

Faisal membuang napas lalu mengusap wajahnya pelan.

"Kenapa begitu, Kak? mereka saling cinta," tanya Adimas heran.

Zakki menggeleng tak kuasa, "Lo juga harus mengikhlaskan Aleeta dan Aleeta juga harus mengikhlaskan laki-laki yang dia cintai." Adimas menggeleng tak terima. "Kenapa harus begitu?!"

Dia memandang Raani, gadis itu hanya menunduk diam lalu berpindah ke arah Faisal yang menatapnya datar.

"Allah mengumpulkan kita di sini sebagai kumpulan orang-orang mengikhlaskan cinta dijalan-Nya," kata Zakki setelahnya menarik napas sejenak, "Adimas ... Aleeta dan Faisal dijodohkan."

"Apa?!" Adimas melebarkan matanya, tak menyangka dengan semua ini. Raani membuang muka ke arah lain saat Zakki menatapnya sejenak.

"Kalian harus mengikhlaskan orang yang kalian cintai." Zakki berbicara pada ketiga teman adiknya itu. "Ikhlaskan dirinya."

"Yakinlah ... Allah akan berikan kalian jodoh yang terbaik."

Adimas menunduk mencerna kata-kata Zakki sedangkan Raani bergeming menatap lantai yang dia pijaki.

"Dan kamu, Dek. Kamu pasti tahu siapa yang dicintai Alee. Dia enggak mencintai Faisal 'kan? Aleeta enggak salah apapun di sini, Dek. Bahkan dia rela membantah abi karena menolak perjodohan ini."

"Kakak mohon sampingkan emosi dan egomu, coba berpikir dengan perasaanmu. Kalian sudah bersahabat sejak belasan tahun, bukankah sangat disesali jika kalian harus putus hubungan ini?" Raani menyeka air matanya sesekali dan Zakki memberikan tissu padanya.

"Semua ini bukan kehendak kita. Bukan gue ataupun Aleeta." Faisal ikut bersuara. "Gue pun sama seperti kalian, mengikhlaskan cinta selama tiga tahun pada Raani, semata-mata demi orang tua."

Faisal menatap Raani yang masih menyeka air mata di hadapannya. "Ran, jika kamu ingin marah... marahlah padaku bukan pada Aleeta. Seminggu yang lalu dia menolak khitbahku, demi kamu. Dia enggak mau kamu tersakiti. Dan kemarin, dia mengajak kamu bertemu denganku untuk menyatukan kita kembali. Tapi, kamu enggak mau 'kan? dan ... dan akhirnya dia---" Faisal melipat bibirnya ke dalam.

Raani membiarkan butiran bening meluncur di pipinya mengingat kejadian saat Aleeta meminta dirinya untuk bertemu Faisal di gerbang kampus namun dia menolak dengan ketus.

Dia mengingat beberapa minggu yang lalu sikapnya selalu dingin dan ketus. Dia juga seakan tak peduli dengan tangisan Aleeta. Raani menyesali semuanya, tak seharusnya dia berbuat seperti itu pada sahabatnya hanya karena seorang laki-laki.

Bagaimana mungkin hanya karena cinta, persahabatan yang mereka jalin selama 12 tahun hancur, hanya karena cinta dia rela membuat sahabatnya sakit, hanya karena cinta dia memekakkan telinga dari isakan pedih Aleeta. Aleeta memang tak salah di sini, semuanya sudah takdir-Nya, tak seharusnya dia menentang takdir-Nya.

Raani beranjak dari kursinya, berkali-kali berucap kata maaf seraya berlari meninggalkan mereka yang menatap lirih kearahnya.

"Lo mau ke mana, Dek?!" teriak Zakki namun Raani tak mengindahkan teriakannya dan terus berlari. Zakki menghela napas sambil berdoa semoga Raani pergi ke ruangan Aleeta.

"Adimas? apa lo bersedia mengikhlaskan Alee?"

Adimas mengusap wajahnya, "Gue sudah lama memendam rasa ini, Kak. Gue juga sudah berencana untuk menjadikan dia sebagai pendamping gue nanti."

"Tapi apalah daya... manusia hanya dapat berencana dan Yang Kuasa lah yang menentukannya. Mungkin Allah punya rencana lain untuk kehidupanku karena sebaik-baik rencana adalah rencana-Nya."

Zakki dan Faisal tersenyum penuh syukur karena ternyata tak sulit untuk membuat Adimas mengerti semua ini.

Faisal menyentuh bahu laki-laki di sampingnya itu dengan penuh senyuman, "Terimakasih, Mas. Lo mengerti semua ini."

Adimas mengukir senyum kecil, "Tapi sekarang cinta gue masih untuk Aleeta."

"Gue ngerti kok, Mas. Gue juga begitu pada Anjani meski dia sudah tunangan rasanya perasaan ini masih ada ...," timpal Zakki mengaku membuat Faisal dan Adimas menyeringai menggodanya.

"Tapi! lo jangan tetap cinta sama Raani meski sudah bersama Aleeta. Gue gak mau Adek gue kurus karena makan ati!" cibir Zakki sinis pada Faisal.

"Tenang Kak, kalau dia begitu aku akan datang mengambil Aleeta dari dia." Adimas bergaya bak seorang pangeran songong.

"Helaaaaaahhh ... kalian kagak usah mengkhayal macam-macam deh. Ini aja belum ada tanda terima dari Aleeta." Faisal berdiri dari duduknya lalu kemudian disusul Zakki dan Adimas yang masih terkekeh.

***

Raani melangkah pelan dengan beribu perasaan bersalah terhadap Aleeta. Pandangannya fokus pada tubuh yang terbaring tanpa sadar di brankar, dahi dan kaki kanannya dilapisi perban dan tangan kanannya tertanam jarum infus.

Aisyah yang sedang duduk hanya bisa memperhatikan dalam diam, dia kurang tahu apa yang sedang terjadi, lalu dia memilih keluar dari sana. Membiarkan mereka menyelesaikan masalahnya.

Perlahan Raani menyentuh tangan Aleeta. air matanya mengalir tak tertahan kemudian dia genggam tangan sahabatnya itu. Mengusap kepala Aleeta dan menundukkan tubuhnya.

"Alee ini aku, sahabatmu... sahabat yang jahat, sahabat yang egois, gak tahu diri, emosional. Tidak ... tidak, aku gak pantes dibilang sebagai sahabatmu, iyakan Al?" Raani berucap sembari terisak.

"Buka matamu Al, aku ingin menerima maafmu ... aku mohon." Tangis Raani semakin pecah, dia terisak perih.

"Beri aku kesempatan kedua untuk memperbaiki persahabatan kita, Al. Aku mohon ... aku sayang padamu." Raani mengecup kening sahabatnya itu dengan perasaan menyesal.

Mata Aleeta perlahan terbuka dan bergumam, "Rr---rani." Raani memeluknya dan berucap syukur, "Alee ... alhamdulillah Ya Allah."

Aleeta mengerjapkan matanya, menatap sendu Raani yang menangis memeluknya. Dia ikut meneteskan buliran bening.

"Al, maaf ...," ucap Raani masih memeluknya. Aleeta menggeleng pelan, "Aku yang minta maaf," balasnya dengan nada yang sangat pelan.

"Enggak! aku yang salah. Maafin aku ya, aku janji setelah ini aku akan jadi sahabat terbaik buat kamu, aku akan lindungi kamu. Aku sayang sama kamu, Al."

"Raani, kakiku patah?"

"Alhamdulillah enggak, cuma cedera. Beruntung Faisal cepat menarik kamu, 'kan?" Senyuman Raani terbit. "Aku telepon Kak Zakki dulu ya."

"Assalamualaikum, Kak. Alee sudah sadar dan aku minta Kakak ajak dr. Anjani untuk memeriksa keadaannya."

"Iya, Kak. Wassalamu'alaikum" setelah mendapat jawaban salam dari Zakki dia memutuskan sambungan teleponnya.

"Raani," Raani kembali duduk di samping brankar Aleeta. "Jangan marah lagi ya? Aku, akan satukan kamu dan Faisal." Raani menutup mulut Aleeta dengan jari telunjuknya. "Lupakan, Al. Udah ya, aku udah melupakan Faisal kok," balasnya dengan senyuman yang mengembang.

"Kamu mencintai dia, Ran," sanggah Aleeta.

"Kamu harus belajar mencintai dia, Al. Karena dia melakukan ini sebagai anak yang ingin berbakti pada orang tua. Dia juga pasti akan mencintaimu," jelas Raani dengan bijak.

Pintu ruangan dibuka oleh dr. Anjani beserta Zakki, Faisal, Adimas dan Baiti--yang baru saja sampai--

"Halloooo ... adik aku sudah sembuh?" ucap Anjani dengan senyum khasnya.

Aleeta hanya dapat membalas dengan senyuman kecil.

Anjani mulai memeriksa Aleeta dengan telaten. Saat tubuhnya tengah diperiksa mata Aleeta bertemu dengan mata Faisal, mereka saling tatapan seakan melakukan kontak batin meski akhirnya Aleeta mengalihkan tatapannya dan beralih menatap Adimas yang sejak tadi menatapnya.

"Kamu baik?" tanyanya. Adimas mengangguk bahagia senyumnya tercetak jelas.

'Dia mencintai Adimas,' batin Faisal, ia melipat kedua tangannya di depan dadanya.

"Alhamdulillah keadaan Alee semakin membaik. Mungkin besok atau lusa dia sudah boleh pulang." ujar Anjani setelah selesai memeriksa pasiennya itu.

"Tapi kakinya masih cedera yah, Dok?" tanya Zakki bersikap profesional.

Anjani mengangguk, "Iya, dua minggu baru sembuh."

Aleeta menatap mereka satu persatu setelah Anjani dan suster pamit keluar.

Baiti menghujani Aleeta dengan ciuman pada wajahnya, ia sangat merindukan komunikasi dengan anak bungsunya ini. Aleeta mengukir senyum kecil diwajah pucat nya.

"Alhamdulillah, anak ummi ... masih sakit dahinya?" tanya Baiti mengusap dahi Aleeta dengan lembut. Aleeta menggeleng dan menatap Faisal.

"Hm ... hai Al?" Merasa diperhatikan membuat Faisal tiba-tiba salah tingkah. Bukan Faisal sekali rasanya, biasanya dia yang sering membuat gadis salah tingkah.

"Makasih ya. Maaf udah buat dahimu terluka," ucap Aleeta. Faisal menarik ujung bibirnya, mengusap dahinya dan membalas,  "Maaf gue terlambat melindungi lo. Dan dahi gue, ah kecil kok lukanya."

"Maafkan Aku sudah buat kalian khawatir." Aleeta kembali berucap setelah hening beberapa menit.

"Gak papa sayang kita semua menyayangimu jadi wajar kalau kita khawatir." Jawab Baiti mengusap-usap pucuk kepalanya. "Sekarang Alee istirahat dulu yah, apa Alee mau makan?"

Aleeta menggeleng pelan, "Ummi gantikan perban Faisal," pintanya sepelan mungkin. Baiti mengembangkan senyumnya, dia bahagia Aleeta punya rasa khawatir pada laki-laki itu.

"Iya nanti Ummi gantikan."

Aisyah baru saja masuk ke ruangan, mencoba tersenyum pada Raani, Baiti, dan Zakki lalu perlahan berdiri di samping Adimas seraya berbisik mengajaknya segera pamit karena hari yang mulai sore.

"Oke," balas Adimas lalu menatap Aleeta. "Al, kita pulang dulu yah. Insya Allah malam nanti kita ke sini lagi," katanya tersenyum manis, Aleeta mengangguk dan mengucapkan terimakasih karena sudah repot-repot menjenguk dirinya.

"Al, cepet sembuh yah." Aisyah mengusap punggung tangan Aleeta yang bebas. "Aamiin, makasih Aisyah."

Adimas dan Aisyah mengangguk kemudian berbalik dan berpamitan pada Baiti, Zakki, Raani dan terakhir Faisal kemudian melangkah beriringan menuju pintu.

"Faisal sini, Nak," pinta Baiti menepuk kursi yang tadi dia duduki. Faisal mendekat dan duduk di sana, dia mencuri pandang Aleeta dari ekor matanya dan dia bisa melihat gadis itu tengah memandangi langit-langit.

"Alee yang minta ummi ganti perban kamu," bisik Baiti saat dia perlahan membuka perban di dahi Faisal yang cukup lebar lukanya. Matanya refleks menatap ibu Aleeta itu dengan tatapan seakan bertanya "beneran?" Baiti mengangguk tersenyum.

Zakki mendekati Raani yang duduk di sofa asyik memainkan ponselnya tanpa mengacuhkan kedekatan Faisal dan umminya serta tak jarang Faisal mengajak Aleeta mengobrol.

"Raan... Raan, liat noohh," tunjuknya ke arah tiga orang yang berada sekitar 1,5 meter di hadapan mereka saat Raani menanggapi tegurannya. "Enggak cemburu? enggak sakit hati lagi kah?" goda Zakki terkikik.

Raani menaikkan sebelah alisnya dan berucap, "Sabodo, Kak!"

"Oh ya, cinta tak harus memiliki ya, Dek?" Zakki masih gencar menggodanya.

"Cinta tak harus memiliki? buat apa, Kak? udah tahu enggak bisa memiliki, ngapain harus cinta!" Dan Zakki tertegun mendengar ucapan Raani yang ada benarnya juga. Untuk apa masih mencintai jika sudah tahu tak bisa memiliki? mending cari cinta yang lain kan.

***

Raani, Zakki, dan Faisal baru saja keluar dari mobil setelah mereka melakukan penyelidikan terhadap Indah, sepulang Raani dari kampus tadi, dua laki-laki tampan ini sudah menunggui dirinya di depan gerbang kampus. Mereka sama-sama memperhatikan mobil-mobil yang di bawa oleh mahasiswa di sana namun tak satupun adanya mobil pajero yang lewat.

Raani membawa serta Habibi melakukan penyelidikan ini, karena Habibi yang pasti tahu alamat rumah Indah sang mantan pacar---tak dianggap---

"Lo sekelas sama adek gue?" tanya Zakki pada Habibi saat laki-laki itu memasuki mobil. Karena dia belum sempat bertanya saat di RS kemarin.

Habibi menggeleng. "Gue kating mereka," jawabnya. Mereka yang dia maksud ialah Raani dan Aleeta. Zakki mengangguk sedangkan Faisal menautkan alisnya.

"Kating? hubungan lo sama mereka apa?" Faisal bertanya.

"Gue yang suka sama Aleeta sejak ospek."

"Jangan bilang karena lo suka sama adek gue, jadi orang yang mencelakai adek gue itu iri sama dia?" Melihat Raani yang mengangguk semangat membuat Zakki berdecak. "gilaaa sinetron banget!"

"Kalau boleh tahu, lo siapanya Aleeta? kakak atau adek?"

Mendengar Habibi yang bertanya penuh penasaran terhadap dirinya, Faisal hendak menjawab percaya diri namun dia urungkan karena melirik Raani. Dia tidak ingin Raani sakit hati jadi dia hanya mampu diam dan berdoa Zakki lah yang akan memperkenalkannya sebagai calon Aleeta.

"Dia Faisal, calon suami Aleeta." Bukan Zakki yang menjawab, gadis yang berusaha Faisal jaga perasaannya lah yang menjawab dengan senyum ceria tanpa ada wajah patah hati.

Ini cewek enggak galau apa? batin Faisal

"Itu mobil Indah." tunjuk Habibi pada mobil honda jazz merah yang keluar dari kampus. Langsung saja Faisal melajukan mobilnya diatas rata-rata di belakang mobil gadis itu.

"Belok Faisal!" seru Raani.

Saat mobil milik Indah berhenti di depan sebuah rumah gedung bertingkat dua, mobil itu memasuki pekarangan rumah dan Zakki memasang kacamatanya kemudian keluar dari mobil. Berjalan mendekat ke arah rumah yang terdapat carport di sisi kanan samping taman. Berjajar beberapa mobil di sana termasuk pajero hitam. Zakki segera memotretnya dan berlari menuju mobil.

Dan segera dia kirimkan bukti pada sang abi.

Sampai di depan pintu kamar rawat Aleeta, Zakki berbalik menatap Raani dan Faisal dengan tatapan intimidasi membuat keduanya menautkan alis kompak.

"Kenapa, Kak?" tanya Raani.

"Jangan bilang Alee kalau kita melakukan misi ini, Oke?" pintanya. Faisal dan Raani mengangguk kompak. Mereka tahu apa yang akan terjadi jika gadis baik hati itu mengetahui mereka melakukan penyelidikan terhadap Indah.

***

Habibi menemani adiknya berbelanja, memori ingatannya mengarah pada jawaban Raani siang tadi yang mengatakan laki-laki bernama Faisal itu adalah calon Aleeta.

Ia terus-terusan berpikir hingga berjalan melawan arah dengan adiknya. Nay begumam kesal karena sang kakak, dengan cemberut dan terus mencibir dia tarik tangan Habibi.

"Abaaang! ke sana bukan ke situ."

"Oh, Oke," balas Habibi dengan wajah datar.

"Iuh ... Pantas Teh Aleeta gak mau sama abang!"

Habibi menatap adiknya dengan kesal, hatinya sedang retak semakin dibuat retak. Dia berjalan mendahului Naysila dan tak mengacuhkan adiknya itu yang sudah melemparkan sumpah serapah padanya.

***

Aleeta ditunggu oleh Zakki dan Faisal sore ini, dua laki-laki itu membiarkan dirinya tenggelam dengan dunianya sendiri---menonton ceramah Ustadz Abdul Somad diyoutube menggunakan laptop milik Faisal---dia memang sering mendengarkan ceramah-ceramah para ustadz di youtube jika dirinya tak sempat hadir kajian tiap minggu.

Namun saat sedang asyiknya mendengarkan Ustadz Abdul Somad yang akan menjawab pertanyaan dari jamaah, laptopnya mati membuat Aleeta mendesah pelan. "Yaa, mati," cicitnya.

"Siapa yang mati, Dek?" tanya Zakki

"Laptop Faisal. Enggak bawa charger ya?"

Faisal berdiri mendekati brangkar Aleeta dan mengambil laptopnya yang disodorkan gadis itu.

"Charger dulu ya, apa mau lanjut nonton di ponsel gue nih." Faisal merogoh saku jeansnya namun Aleeta menggeleng. "Yaudah istirahat aja yah." Kembali Aleeta menggeleng.

"Lo mau apa?" tanya Faisal lembut.

"Aku mau keluar Faisal, bosan di sini terus-terusan," ungkap Aleeta sedih. Pasalnya dia merasa seperti pasien yang memiliki penyakit parah yang harus terbaring berhari-hari di ranjang ini.

"Terus mau apa? ke taman?"

Dengan cepat Aleeta mengangguk semangat. Wajahnya yang benar-benar bersih tanpa bedak itu semakin memancarkan inner beauty-nya. Astagfirullah, istighfar Faisal! belum halal, rutuk Faisal dalam hati.

***

Faisal membawanya ke arah taman yang berada di lantai yang mereka tempati. Sekaligus ingin kembali mengatakan niat awalnya yang sempat ditolak gadis itu. Namun mulutnya terkatup rapat tak tahu harus membahas topik yang mana hingga Aleeta yang memulai membuka suara

"Faisal?" kata gadis itu. "Makasih yah kamu sudah menepati janjimu untuk menyatukan persahabatan aku dan Raani."

Faisal kaget, setahunya dia tak pernah mengatakan janji itu langsung pada Aleeta. Kecuali ketika gadis itu sedang dalam tak sadarkan diri.

"Aku dengar semua yang kamu ucapkan saat aku menutup mata, aku mendengar semuanya," jelasnya sontak Faisal malu sendiri karena dia sempat menangis apalagi dia juga sempat menghapus air mata dan mengusap puncak kepala gadis itu.

"Makasih Faisal untuk semuanya."

Faisal menekuk lututnya di samping Aleeta, menjajarkan posisi dengan kursi roda Aleeta. Inilah waktunya, batinnya.

"Semuanya itu bukan apa-apa Al. Aku ingin melindungi dan membuatmu bahagia lebih dari ini," ungkapnya dengan wajah serius menatap Aleeta. Kata gue-lo bahkan sudah berganti aku-kamu membuat Aleeta tertegun.

"Izinkan aku kembali mengkhitbahmu, dengan ketulusan hatiku tanpa paksaan dari orang tua, aku akan berusaha mencintaimu, segenap jiwaku. Menjadikanmu ratu dalam hidupku, bersama-sama kita berjalan di jalan yang diridhoi-Nya."

Aleeta sontak mengangkat wajahnya dan pandangan mereka bertemu, Aleeta tak menemui wajah-wajah bercanda pada wajah Faisal dan keseriusan lah yang tercetak di sana. Jujur, hatinya seakan dipenuhi bunga-bunga yang indah mendengar penuturan Faisal.

Namun ia masih tidak ingin membuat Raani sakit. Dia tahu pasti rasa itu masih di hati Raani karena untuk menghilangkan sebuah rasa itu tak mudah. Dan dirinya juga masih menyimpan nama Adimas di hatinya.

"Terimakasih Faisal. Aku bahagia, tapi ... kamu tahu 'kan meski Raani---"

Faisal memotongnya cepat, "Iya aku ngerti kok. Aku juga enggak maksa buat kamu jawab sekarang, aku akan tunggu disaat kamu siap menjawabnya."

Aleeta tersenyum ke arah Faisal dan laki-laki itu juga melemparkan senyuman terbaiknya. Ternyata usahanya yang mulai belajar menyukai Aleeta bukanlah hal yang sulit, sejak dulu memang dia kagum dengan sahabat Raani ini. Dia gadis yang soleha, memiliki perangai lembut, baik hati, dan cantik.

Semoga saja ketika belajar mencintaimu pun akan lebih mudah.

***

Assalamualaikum...
happy reading dan syukron jiddan buat kalian yang selalu baca cerita absurd ini:)
Wassalamualaikum

Anjeni Mei's
03 November 2017

Continue Reading

You'll Also Like

32.6K 1.4K 31
Buku ini berisi rangkaian diksi sebagai bentuk motivasi, bahan muhasabah, serta refleksi diri. Mari saling mengingatkan dalam hal kebaikan. ---- Aku...
5.8K 1.7K 35
بسم الله الرحمن الرحيم ●Follow akun Author dan silahkan membaca ● Genre : Tenfiction TIDAK REVISI! KARYA PERTAMA YANG BERTAHAN WALAUPUN RADA MEMBAGO...
53.5K 1.4K 11
hijrah ini dimulai sejak aini mulai duduk di bangku SMA, begitu banyak lika liku yang ia lalui, seperti iman yang kadang turun naik,godaan para ikhwa...
24.4K 2.1K 149
Allah Subhaanahu Wa Ta'ala berfirman: وَإِنْ عَزَمُوا الطَّلاَقَ فَإِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ "Dan jika kalian bertekad kuat untuk thalaq, maka se...