Raani & Aleeta ✔(TAHAP REVISI)

njenisyah_id द्वारा

284K 13.1K 203

"Kita selalu bersama, apakah sampai kita menikah pun tetap bersama?" -Aleeta Putri Aisyah- . . "Insya Allah... अधिक

(New) Cast
(1) Raani dan Aleeta
(2) Kerja Kelompok
(3) Terlihat Aneh
(4) Masa Lalu Aleeta
Revisi
(5) Ada Apa dengan Faisal(?)
(6) Aleeta dan Faisal
(7) Our Happiness
(8) Tidak Mungkin
(9) Ospek
(10) Muhammad Habibullah
(11) Demam Rindu
(12) Be Patient
(13) Raani dan Aleeta; Jauhi Sahabatku
(14) Pertengkaran
(15) Persahabatan lebih penting
(17) Persahabatan Lebih Penting; 2
(18) Back to Home
(19) Apakah ini Mimpi
(20) Kebahagiaan dan Kekecewaan
(21) Menerimamu
(22)
(23) Ucapan Yang Tersirat (?)
(24) Ijab Qobul; RaaniZakki
(25) Kabar Buruk
(26) Super Dad
(27) Faisal?
(28) Pengungkapan
(29) Habibi yang Psycho
(30) Ijab Qobul; AleetaFaisal♡
(31) Happy Day
(32) Wellcome Ameera Assyfa Baihaqi
(33) Quality time
(34) Akhirnya
(35) Ahlan Wa Sahlan, Shaliha Alfathunnisa
(36) 1
(36) Ending; "Sahabat Sesurga"
Extra Part; RaaniZakki
PROMOSI
Extra Part; AleetaFaisal
Extra Part 5; Raani&Zakki
Hay hay hay

(16) Terlambat

5.4K 323 3
njenisyah_id द्वारा

Sudah direvisi

Assalamualaikum...

***


Aleeta meratapi kursi kosong milik Raani dengan pikiran bertanya-tanya kenapa sang sahabat yang hampir dua minggu itu tidak masuk saat jam terakhir? tak biasanya Raani berani meninggalkan kelas.

Aisyah mendekati dirinya sebelum berpamit pulang, "Al nanti mampir ke rumah yah soalnya Adimas pulang." Senyuman bahagia terukir di bibir tipis Aleeta, "Adimas pulang?"

"Oh yah aku baru ingat, dia juga titip salam sama kamu." Aisyah mengedipkan matanya menggoda Aleeta.

"Apa sih Aisyah." Bahu Aisyah ditepuk pelan, dia merasa malu karena Aisyah terus-terusan menggodanya.

Aisyah terkikik. "Jawab atuh Teh salamnya." Aleeta malu-malu menjawab, "Waalaikumussalam ... buruan pulang sana!" katanya tertawa kemudian.

"I---ya, dah Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Sepeninggalan Aisyah di kelas, Aleeta pun melangkah keluar menemui Faisal yany sudah berada di depan gerbang. Mungkin saja di sana nanti dia akan menemui Raani, ya semoga saja.

***

Habibi dan Raani berdiri di balik pohon menunggu Aleeta lewat di sana. Sejak tadi mereka berdua tak hentinya berdebat.

"Seharusnya kita bikin peringatan sama Indah agar dia tidak melakukan apapun pada Aleeta." Raani kembali mencibir.

"Kita harus marah-marah padanya begitu? Padahal dia belum melakukan apapun pada Aleeta ... 'kan enggak baik tuh yang namanya suudzon," sanggah Habibi membuat Raani melotot kearahnya.

"Lagipula, nanti lo salah dengar percakapan mereka," sambungnya.

"Jadi ... kakak pikir aku bolot?" ujar Raani dengan suara meninggi, Habibi terbahak-bahak namun segera menghentikannya karena sosok Aleeta sudah terlihat, gadis itu berjalan menunduk seperti biasanya.
Mereka segera mengambil langkah, menempatkan posisi sekitar 10 meter dari Aleeta.

"Kayaknya lo beneran salah dengar deh. Liat nih enggak ada tanda-tanda indah. Bahkan sesuatu yang mencurigakan pun enggak ada di sini," protes Habibi karena pandangan sekitar mereka tidak tampak mencurigakan.

"Bener deh, ayoo Ran pulang dari sini gue bersedia nemani lo ke dokter THT."

Raani tak terima rasanya, dia berhenti sejenak dan menarik tas Habibi. "Jangan sembarangan ya, Kak. Telingaku normal! Mamaku aja bilang aku enggak ada sakit telinga."

Habibi terbahak-bahak. "Namanya orang tua ya enggak mungkin bilang anaknya penyakitan."

"Maksud Kamu---"

"ALEETAA!!"

Raani dan Habibi sontak menoleh ke asal suara dan betapa kagetnya mereka melihat dua orang itu tersungkur di aspal.

"ALEE ...," teriak Raani berlari sekencang mungkin meski kakinya lemas dan badanya gemetar hebat. Apa yang dia takutkan terjadi. Oh Tuhan ... dia terlambat melindungi Aleeta.

***

Faisal telah menunggu sejak beberapa menit yang lalu di seberangan gedung kampus. Sesekali bersandar di pintu mobilnya seraya melipat kedua tangan di depan dada bidangnya.

Sosok Aleeta sudah terlihat keluar dari gerbang kampus, senyum kecil terukir di bibir Faisal setelahnya dahinya mengerut melihat tanpa adanya Raani di sisi gadis itu.

"Aleeta ...," teriak Faisal. Gadis itu menoleh dan melambaikan tangannya. "tunggu di sana, biar gue ke sana Al." Namun tampaknya gadis bermata sipit itu tak mampu mendengarnya. Kakinya masih melangkah menyebrangi jalan jadilah Faisal menghentikan pergerakannya dan menunggu gadis itu menghampirinya.

Matanya secara tak langsung terarah pada sebuah mobil pajero hitam yang melaju dengan kecepatan diatas rata-rata, arah mobil tersebut seakan mengejar langkah Aleeta. Semakin dekat dan semakin dekat sehingga Faisal segera berlari cepat dan teriakannya menggema, "ALEETAA!!" Ketika bagian mobil sedikit lagi sempurna mengenai tubuh gadis itu, beruntung dirinya bergerak cepat sehingga dia bisa menarik tubuh Aleeta dan mereka jatuh bersamaan.

BRUUKK!!!

Dahi Aleeta dan Faisal terbentur trotoar jalan, kaki kanan Aleeta membengkak karena tabrakan keras mobil tadi.

"Kaki aku ...," rintih Aleeta kesakitan seraya tangan kanannya memegangi dahinya yang berada tepat di dada Faisal. Meski kepalanya berdenyut Faisal berusaha bangun perlahan dan melirik kaki Aleeta yang terbalut kaos kaki. "Kakimu kenapa? Kamu harus kuat Al."

Orang-orang sudah berkerumun disekitar menyodorkankan obat merah untuk dahi mereka berdua namun Faisal menolak dan hanya sehelai tisu yang dia ambil untuk membersihkan darah yang mengalir didahi Aleeta

Aleeta memejamkan matanya, dia sudah tak kuat menahan sakit yang ia rasakan pada kaki kanannya.

"Aleeta! bangun ... kamu jangan merem, kita ke dokter." Faisal mengangkat tubuh Aleeta, dia terpaksa menyentuh tubuh gadis ini karena keadaan yang mengharuskan dirinya menyentuh gadis ini.

"Alee ...." Isakan tangis Raani terdengar, dia menyamai langkah Faisal yang membawa tubuh sahabatnya itu.

"Aleetaa!" ujar Habibi penuh kekhawatiran. Faisal menoleh sejenak ke arah laki-laki itu.

"Ra---ni." Suara Aleeta semakin melemah, air matanya mengalir membuat isak tangis Raani bertambah perih.

***

Aleeta dan Faisal sudah masuk ke ruang IGD. Raani dan Habibi menunggu di luar. Sejak tadi Raani menangis ia menyesali kemarahannya pada Aleeta, ia menyesali karena dirinya terlambat melindungi Aleeta.

"Apa aku bilang, Indah benar-benar mencelakakan dirinya." ucap Raani datar, menatap kosong pintu IGD. Habibi menoleh sejenak setelahnya ia membuang napas.

"Andai saja tadi kita enggak banyak debat! andai tadi kamu ikuti saranku untuk memberikan Indah peringatan? Ini gak bakal terjadi KAK HABIBI ...." Raani memandang Habibi marah, dia sudah kehilangan kesabaran, tubuhnya luruh ke lantai. Kata-kata andai terus berputar di otaknya, menangis dalam kepedihan.

Habibi menghampirinya, duduk di sampingnya dengan perasaan bersalah. "Maafkan gue."

"Maafmu terlambat, Kak! kalau kamu nuruti ucapanku untuk memberi peringatan pada gadis itu, ini enggak akan terjadi!"

"Raani! Kamu melupakan satu hal ...." Kata suara bariton dari arah jam 9, kemudian melangkah mendekati mereka.

"Semua ini sudah qadarullah, kamu tidak boleh menyalahkan siapapun, Dek." lanjutnya dengan wajah teduh menatap Raani yang tertunduk dengan perasaan bersalah.

"Berdiri, Dek," ujar Zakki pada Raani kemudian gadis itu menurutinya. Zakki tersenyum ke arah Habibi kemudian ia mengulurkan tangannya. "Saya Zakki, Kakak Aleeta."

Habibi membalasnya, "Habibi."

Pintu IGD terbuka oleh laki-laki yang sudah terbalut perban di ujung dahinya. Ia menatap satu per satu orang yang berada dihadapannya.

"Faisal, dahi lo juga terluka?" tanya Zakki.

Faisal tersenyum miring. "Bukan apa-apa ... maaf Kak gue terlambat melindungi dia." Zakki menepuk punggungnya dan tersenyum bijak. "Gue malahan terimakasih sama lo, bagaimana Aleeta?" tanyanya

"Aleeta gimana Faisal?" Raani ikut bertanya khawatir.

"Gue gak tahu jelas, hanya saja gue tadi dengar kaki kanan Aleeta lagi di rontgen."

"Ya Allah ... semoga kakinya enggak kenapa-napa." Zakki mengacak rambutnya. Siapa yang berniat jahat pada adiknya, setahu dirinya Aleeta bukan orang yang mempunyai banyak musuh. Sungguh, tega sekali orang itu.

"Zakki!" Agus dan Baiti serta Ramzi menghampiri mereka dengan perasaan cemas bahkan wajah Baiti terlihat basah

"Faisal, dahimu kenapa, Nak?" tanya Baiti ketika dirinya menatap laki-laki itu. Faisal tertawa kecil, "Luka kecil, Mi," jawabnya.

Raani semakin tidak enak dan risih karena suasana di sini. Dia hanya dapat menunduk melawan egonya. Zakki mengetahui perasaannya lantas dia berdiri di samping Raani dan berucap pelan, "Bersikap santai lah, Dek. Lawan egomu, Aleeta adalah sahabatmu."

"Apakah kamu melihat nomor plat mobil yang menabrak Aleeta?" tanya Agus pada Faisal.

"Faisal enggak lihat, Bi. Hanya warna mobil dan jenis mobilnya yang aku ingat."

Raani melempar tatapan dengan Habibi.

"Raani curiga pada teman kampus kita, Bi," ungkap Raani membuat semua mata mengalihkan perhatian padanya.

"Siapa? apakah mobilnya sama dengan mobil yang menabrak Aleeta?" tanya Agus cepat.

Raani menggeleng pelan karena setahunya, Indah tidak membawa mobil pajero, tapi Raani yakin sekali pelakunya adalah Indah. Gadis itu dengan terang-terangan mengatakan akan mencelakai Aleeta.

"Tapi Raani yakin, karena kemarin Raani mendengar sendiri dia akan mencelakakan Aleeta."

Agus membuang nafas, "Abi minta tolong sama kamu, jika kamu yakin itu dia ... besok tolong selidiki lagi dan jika benar dia, kamu langsung telpon Abi. Oke?"

Raani mengangguk setuju dengan penuh keyakinan.

Kemudian Anjani keluar dari ruangan membawa hasil rontgen. Dia menjelaskan bahwa kaki kanan Aleeta mengalami cedera karena tabrakan keras mobil tersebut dan dahinya, hanya luka biasa yang tak berbahaya sama halnya seperti Faisal.

"Untuk berapa hari Aleeta akan rawat inap." Jelas Anjani kembali, "Sampai sekarang dia belum siuman karena terlalu syok."

Perkataan Anjani berhasil membuat semuanya diam membisu dengan beribu perasaan sedih dan khawatir.

Raani meneteskan air matanya, dia menyesal. Dia sudah sangat menyakiti hati Aleeta untuk dua minggu terakhir dan sekarang ... sahabat kesayangannya itu terbaring di rumah sakit, karena dirinya. Karena dia yang terlambat melindunginta dan karena dia menolak ajakan Aleeta untuk pulang bersama.

Faisal mengalihkan pandangan pada Raani yang tengah tertunduk, dia kasihan pada persahabatan kedua perempuan itu. Karena dirinya mereka bertengkar, karena dirinya mereka tidak saling melindungi, semua karena dirinya.

***

Keesokan paginya Aleeta masih belum sadar, dia masih setia menutup matanya. Sejak semalam dirinya dipindahkan di ruangan VVIP. Baiti dan Agus beserta Zakki setia terjaga sepanjang malam.

Zakki baru tertidur lepas sholat subuh sedangkan kedua orang tua mereka itu bersiap pulang karena Agus akan dinas.

"Zakki, bangun Kak. Ummi dan abi pulang dulu ya, jagain adekmu itu." Baiti membangunkan Zakki dengan lembut.

Zakki segera duduk dan meregangkan ototnya seraya mengangguk menanggapi perintah sang ibu.

Pintu ruangan terbuka oleh laki-laki tinggi dengan kemeja hitam polos berpadu celana levis biru pudar dan ditangannya terdapat buket bunga mawar yang cantik.

"Assalamualaikum ...." Dia mengucap salam kemudian mencium punggung tangan Baiti dan Agus.

"Waalaikumussalam." Jawab mereka kompak.

"Abi dan ummi mau pulang?" tanyanya.
Kedua orang tua itu mengangguk dan tersenyum. "Mau Faisal anter?"

"Tidak, abi bawa mobil. Abi titip Aleeta ya," ucap Agus menepuk bahu Faisal sejenak. Tentu saja Faisal mengangguk cepat seraya mengembangkan senyumnya.

"Perban kamu sudah diganti?" Giliran Baiti yang bertanya. "Sudah Mi ...," jawab Faisal rasanya bahagia sekali jika Baiti memberikan perhatian padanya, mengingat dirinya sejak kecil di tinggal sang Ibu.

Sebelum melangkah pergi Agus, Baiti serta Zakki saling lempar pandang mendapati Faisal yang membawa bucket bunga kemudian mereka tersenyum tanpa disadari laki-laki itu.

Setelah kedua orang tuanya meninggalkan ruangan, Zakki beranjak dari duduknya saat Faisal mengambil posisi duduk di sampingnya lantas kening Faisal berkerut.

"Gue tersinggung, Kak." kekehnya, Zakki tertawa pelan. "Haha... gue mau ke kantin dulu, Sal. Lo mau gue belikan sesuatu?"

"Gak usah, tadi sudah makan di rumah."

"Ok. Oh ya, itu bunga ... buat adek gue ya?" godanya sambil tertawa. Faisal menggaruk tengkuknya namun takayal mengangguk.

"Oke deh, semoga pas lo kasih bunganya, Aleeta segera bangun. Gue kantin dulu ya."
Faisal berucap Aamiin sembari melangkah mendekati brankar

Menatap sendu ke arah gadis yang tengah tidur nyenyak itu, punggung tangannya terpasang jarum infus. Setia sekali dengan alam bawah sadarnya sehingga sampai saat ini belum membuka mata.

"Al, aku bawa mawar buat kamu, semoga suka ya? mawarnya warna pink cantik kayak kamu." Berhenti sejenak. "Aku minta maaf, karena udah merusak persahabatan kalian ... aku akan berusaha menyatukan hubungan persahabatan kalian kembali."

Faisal memijat pelipinya kemudian kembali berkata, "Bangun ya, lihat Raani ... dia sangat khawatir sama kamu. Bangun Al, kami sangat menyayangimu."

Di pipi sebelah kirinya air mata Aleeta tampak mengalir membuat Faisal ikut meneteskan air matanya, tangannya tergerak menghapus air mata yang mengalir ke telinga gadis itu. Kemudian, dia mengusap puncak kepala Aleeta.

***

Raani dan Aisyah tengah menunggu Adimas di depan gerbang kampus. Mereka berencana menjenguk Aleeta di rumah sakit, Adimas sangat khawatir mendengar kabar buruk yang ditimpa sang gadis pujaan.

"Apa sampai saat ini Aleeta belum sadar juga?" tanya Adimas ketika Raani dan Aisyah memasuki mobilnya.

"Kak Zakki bilang pagi tadi sih iya, semoga aja sekarang dia sudah sadar," jawab Raani sangat berharap yang dia ucapi terwujud.

Lima belas menit menempuh perjalanan menuju rumah sakit, akhirnya mereka sampai dan segera memasuki lift menuju lantai dua dimana ruangan Aleeta berada.

Raani memutar knop pintu ruangan yang ditempati Aleeta, saat pintu terbuka pandangan mereka langsung mendapati sosok laki-laki yang amat mereka kenali  tengah duduk di kursi menghadap Aleeta seraya membacakan sebuah surah favorit gadis itu, Al-mulk.

"Faisal?" gumam Raani

"Faisal? Kenapa Faisal di sini?" Adimas bertanya-tanya, karena yang dia tahu Faisal mencintai Raani bukan Aleeta.

"Kenapa berdiri di sini?" Zakki yang baru saja kembali dari luar bertanya. Mereka bertiga menoleh ke belakang. "Yuk masuk," lanjutnya melangkah masuk diikuti ketiga orang itu

Faisal menghentikan bacaan Al-Qurannya ketika pendengarannya terusik oleh suara-suara langkah kaki yang mendekat lantas menoleh dan mendapati Raani, Aisyah dan Adimas berada di sana. Kemudian senyumnya mengembang seraya beranjak dari kursi untuk mempersilakan Raani mendekati Aleeta namun niatnya terhenti karena Aleeta menyebut namanya.

"Fai...sal" Yang membuat Faisal refleks berbalik dan menunduk di hadapannya. "Iya Al? ini aku Faisal ... aku di sini bangun Al, ada Raani di sini." Faisal berucap lirih, matanya mulai memerah.

"Aleeta sudah sadar?" tanya Zakki segera mendekati adiknya kemudian mengusap pelan pucuk kepala Aleeta.

"Dd--dia tadi nyebut nama gue, Kak." Faisal kembali menunduk berbicara pada Aleeta yang masih menutup matanya sedangkan Raani menunduk, berusaha menahan emosinya.

"Sayang, bangun dek. Ada Raani, Faisal, Aisyah dan Adimas di sini. Mereka mau lihat kamu, buka matanya ya," kata Zakki menciumi dahi sang adik kemudian dia berdiri. "Gue telpon Anjani bentar." Zakki merogoh ponselnya kemudian mendial nomor Anjani.

"Al, ayo bangun ya. Kita sayang sama kamu," ucap Faisal selembut mungkin membuat Raani tak tahan dengan semuanya. Apalagi mendapati Faisal yang berbicara aku-kamu dengan nada yang sangat halus, tak pernah dia dapati laki-laki itu berbicara sehalus itu padanya ataupun yang lainnya.

"Hm, Aisyah aku ke toilet bentar ya." Dusta Raani. Dia keluar dan berlari dari sana dengan air mata yang meluncur deras di kedua pipinya.

Adimas bergerak ke sebelah sisi kanan, menatap Aleeta dengan raut kesedihan, "Aleeta buka matamu. Ini aku Adimas, kamu tahu? tujuan keduaku pulang ingin berjumpa denganmu," ungkap Adimas menarik nafas sejenak sebelum kembali berucap, "jujur Al, aku merindukanmu ... aku mencintaimu Al ...."

Faisal dan Zakki kompak saling pandang kemudian pandangan Faisal beralih pada Adimas.

"Kenapa sekarang baru lo ucapkan Adimas," ujar Faisal datar

Adimas membalas menatapnya. "Masalahnya? gue hanya berusaha menyimpan cinta gue untuk dia ...." Faisal berdecih, kemudian senyum miringnya tercetak. "Kalau begitu, lo simpan cinta lo selamanya."

"Gak selamanya Faisal ... karena gue akan menyatakannya saat Aleeta sadar dan 4 tahun lagi gue akan menghadap orang tuanya." Adimas berucap bangga.

"Lo terlambat Adimas!" Mendengar ucapan Faisal, Adimas hendak berucap kembali sebelum Zakki yang duluan berucap, "Kalian ikut gue. Alee, kakak mohon buka matamu ya. Kakak akan jelasi semuanya pada mereka."

"Aisyah tolong jaga Aleeta ya ... sebentar lagi dr. Anjani akan memeriksa keadaannya," jelas Zakki diiringi anggukan mantap dari gadis itu.

***

Mereka berjalan menuju kantin rumah sakit yang berada di lantai bawah saat keluar dari lift. Mereka mendapati Raani terduduk di kursi tunggu pasien, yang sedang menutup wajah dengan kedua tangannya.

"Raani?" tegur Zakki mendekati dirinya sontak Raani berucap, "Maaf Kak aku gak bisa ..." lirihnya.


***

Tbc

Alhamdulillah akhirnya bisa next lagiii... Kasihan ya Aleeta, tega nian dikau yang menabraknya :( :(
Kasihan juga yak sama Raani, antara cinta dan persahabatan membuat dia galau. Kalau kalian diposisi Raani, bakal pilih apa??
#abaikan

Semoga sukak next Part kali ini yaahh.. syukron buat yang udah kasih bintang. Jazakumullah:)

Yang mau temenan sama Aku bisa follow Ig : @anjenimeeeis Insya Allah ki follback:)

Wassalamu'alaikum

Anjeni Meis
8 Okt' 2017

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

6.5K 629 13
"Hantu manis yang galak,tapi ini lebih baik daripada harus menunggumu seperti sebelumnya"_net "Pria aneh!!"_james # 1 Netjames 220623 # 2 Netjames 22...
Jalan Menuju Impian Author random द्वारा

किशोर उपन्यास

36.5K 2.7K 43
Follow ig rp;@gus_alvrndra @Ahza_rumaisaaaa @qianzynaaa @Felishaazrine Kisah seoran...
ALIF Ismaawtn द्वारा

आध्यात्मिक

6.1M 423K 57
Apakah seorang anak Kiai harus bisa menjadi penerus kepemilikan pesantren? Ya. Namun, berbeda dengan seorang Haafiz Alif Faezan. Mahasiswa lulusan sa...
BINTANG SAMUDRA Jeje द्वारा

किशोर उपन्यास

325 58 2
Disaat Isaac Newtown menemukan teori gravitasi bumi dengan percepatan 9,5m/ s² yang membuat benda menjadi jatuh kebawah. Namun sialnya, kenapa malah...