Raani & Aleeta ✔(TAHAP REVISI)

By njenisyah_id

284K 13.1K 203

"Kita selalu bersama, apakah sampai kita menikah pun tetap bersama?" -Aleeta Putri Aisyah- . . "Insya Allah... More

(New) Cast
(1) Raani dan Aleeta
(2) Kerja Kelompok
(3) Terlihat Aneh
(4) Masa Lalu Aleeta
Revisi
(5) Ada Apa dengan Faisal(?)
(6) Aleeta dan Faisal
(7) Our Happiness
(8) Tidak Mungkin
(9) Ospek
(10) Muhammad Habibullah
(11) Demam Rindu
(13) Raani dan Aleeta; Jauhi Sahabatku
(14) Pertengkaran
(15) Persahabatan lebih penting
(16) Terlambat
(17) Persahabatan Lebih Penting; 2
(18) Back to Home
(19) Apakah ini Mimpi
(20) Kebahagiaan dan Kekecewaan
(21) Menerimamu
(22)
(23) Ucapan Yang Tersirat (?)
(24) Ijab Qobul; RaaniZakki
(25) Kabar Buruk
(26) Super Dad
(27) Faisal?
(28) Pengungkapan
(29) Habibi yang Psycho
(30) Ijab Qobul; AleetaFaisal♡
(31) Happy Day
(32) Wellcome Ameera Assyfa Baihaqi
(33) Quality time
(34) Akhirnya
(35) Ahlan Wa Sahlan, Shaliha Alfathunnisa
(36) 1
(36) Ending; "Sahabat Sesurga"
Extra Part; RaaniZakki
PROMOSI
Extra Part; AleetaFaisal
Extra Part 5; Raani&Zakki
Hay hay hay

(12) Be Patient

5.5K 307 0
By njenisyah_id

Di taman kampus Raani dan Aleeta berbincang-bincang seperti biasanya, dan kali ini mereka membicarakan hafalannya yang sudah lama belum disetorkan, karena kesibukan kuliah membuat mereka jadi jarang ke pondok seperti biasa.

Tiba-tiba sosok Habibi sudah menjulang tinggi samping Aleeta sambil berkata, "Assalamualaikum ... jadi, bagaimana?" tanyanya. Aleeta menghadapkan wajahnya ke depan kembali sesekali dua sahabat itu saling lempar tatapan setelah menjawab salam Habibi.

"Hem ... adik kakak cewek atau cowo?"

"Cewek kok, Naysila namanya." Habibi tersenyum merekah setelah Aleeta mengangguk dan berkata, "Baiklah, nanti aku bersama Raani ya, enggak masalah 'kan, Kak?"

Tentu saja laki-laki itu mengangguk. Meski Aleeta mengajak siapapun dia tidak masalah, asalkan gadis itu bersedia menjadi guru ngaji Naysila.

"Kalian pulang jam berapa?"

"Jam tiga," jawab Aleeta cepat.

Habibi menganggukkan kepalanya masih dengan senyuman yang kian melebar. "Oke, aku tunggu di parkiran ya setelah jam tiga nanti." Lalu dia mengucapkan salam kemudian berbalik meninggalkan kedua sahabat yang saling tatap itu.

"Kamu belum cerita loh sama aku," ujar Raani.

Aleeta mulai menceritakan semuanya dan Raani menaikkan sebelah alisnya. "Al, jangan-jangan itu cuma akal-akalan dia aja? modus mungkin." Aleeta menepuk punggung tangan Raani seraya berdecak dan berkata, "Jangan suudzon ah."

"Ya habisnya ... eh tadi kamu mau ngajak aku?" tanya Raani dan dilihatnya sahabatnya itu mengangguk, "aku lupa, Al. Mama minta aku langsung pulang karena beliau lagi banyak pasien."

Bahu Aleeta menurun, kenapa Raani tidak bicara sedari tadi? rasanya dia ingin sekali marah sama sahabatnya ini, tapi bagaimana lagi? dia sudah terlanjur berjanji pada Habibi.

"Hehehe, maaf ya bungsunya abi Agus."

"Huh! kalau aja kamu bukan sahabatku, Ran. Udah aku ceburin ke kolam itu." Tunjuknya pada kolam yang berada tak jauh dari tempat mereka berada.

Raani terbahak-bahak di sana. Namun tak lama tawanya reda bergantian dahinya mengerut.

"Dasar! sok suci kalian, diajak ke rumah lanang, oke-oke wae. Mana atuh yang katanya mah perempuan itu harus jaga batasan sama laki-laki, heleehhh ... liat laki-laki ganteng ilang dah tu kata-katanya." Tiga orang gadis sudah berdiri mengelilingi tempat Raani dan Aleeta duduk.

"Maaf, kalian ... ngomong sama kita?" balas Raani tersenyum miring.

"Enggak! kita ngomong sama kursi ini."

Raani tertawa sedangkan Aleeta hanya diam. "Yaudah lah ya, kalau kalian mau ngomong sama kursi, sok diaturin, mangga." Menarik tangan Aleeta kemudian hendak melangkah namun tertahan karena salah satu dari mereka menarik ujung jilbab milik Aleeta.

Aleeta meringis sambil menoleh, menatap gadis dengan kacamata bolong tren zaman sekarang dan berkata, "Mau kalian apa?" Dengan suara penuh penekanan.

"JAUHI HABIBI!" Teriakan gadis itu terdengar. "Gue gedeg banget liat lo ya, didekatin Habibi sok suci banget lo. Sok enggak mau padahal mau! jijik banget gue sama lo."

"Asal lo tahu Habibi itu pacar gue! karena lo datang, dia enggak peduli lagi sama gue," ujarnya masih menarik-narik ujung jilbab Aleeta dan kali ini dia tarik bagian atas dengan kuat membuat Aleeta menahannya susah payah.

"Kenapa lo diam? benar 'kan apa yang gue ucapkan?" Diam sejenak sebelum melanjutkan. "Buka jilbab lo, buka! benci gue sama orang sok alim kayak lo!"

Aksi tarik-menarik jilbab masih berlangsung, Aleeta sudah merasa tidak sanggup lagi menahan emosi pada perempuan di hadapannya ini sehingga dia mencengkeram pergelangan tangan gadis itu lalu dihempaskan sekuat mungkin.

"Berani juga ya lo! sini lo, gue enggak sudi liat jilbab yang ada di kepala lo! sok-sokan syari tapi kelakuan---"

Plak! satu tamparan dari Aleeta mendarat di pipi mulusnya, kemudian rasa panas mulai menyerang membuat gadis itu ingin sekali membalas namun suara Aleeta yang mampu mendirikan bulu kuduk membuat niatnya terurungkan.

"Saya bisa merendahkan diri kepada orang yang menghargai saya. Tapi tidak untuk orang yang menganggap diri saya lemah," ucap Aleeta dengan wajah amat menahan emosi yang meletup-letup.

"Saya diam bukan berarti saya enggak ada mulut untuk bicara namun saya hanya memiliki satu mulut dan dua telinga, akan lebih baik jika saya lebih banyak mendengar daripada banyak bicara ... apalagi bicara yang menghina orang lain."

Ketiga gadis itu menunduk, tak berani mengangkat kepala meski dalam hati terus mencibir dan ingin menyerang Aleeta.

Raani menyunggingkan ujung bibirnya, inilah yang dia suka pada Aleeta. Sahabatnya ini bisa menerima kelakuan orang yang jahat padanya tapi persoalan agama, seperti jilbab yang dia pakai direndahkan, sisi lembutnya akan melebur entah ke mana menggantikan sisi tegas dan menyeramkan miliknya.

"Sungguh saya enggak ada niat untuk merebut Habibi atau siapapun di kampus ini, saya enggak akan mencari perhatian manusia untuk kepentingan dunia semata. Saya mempunyai Allah, sangat lebih baik saya mencari perhatian-Nya daripada perhatian makhluk-Nya," lanjut Aleeta

"LO TUNGGU AJA TANGGAL MAINNYA! GUE BAKAL BUNUH LO!" Teriakan gadis itu membuat Aleeta terpaku kemudian tiga gadis itu melangkah pergi.

Aleeta mengusap dadanya kemudian. "Astagfirullah, Ran. Dosa enggak sih aku tampar gadis itu?"

Raani menyentuh pundaknya. "Insya Allah enggak, Al. Kamu berlaku benar!"

***

Faisal duduk merenung di kamarnya setelah percakapan dirinya dan sang ayah beberapa menit yang lalu. Papanya itu meminta dirinya segera pulang untuk perjodohan yang direncanakan papa dan sahabatnya.

"Papa mohon Fais. Cuma itu yang papa minta darimu, bahagia papa adalah melihatmu menikah dengan dia."

"Dia belum tentu setuju, Pa. Aku enggak jamin dia mau menerima ini."

"Fais ... dia pasti setuju, abinya yang minta semua ini. Papa yakin, dia pun sama sepertimu, sama-sama ingin melihat orang tuanya bahagia." Mendengar ucapan papanya, Faisal menghela napas berat. Dia yakin sangat yakin jika gadis itu tidak akan menerimanya, dia sangat menyayangi persahabatannya.

Oh Allah ... apa yang harus Faisal lakukan?

"Kenapa Fais?" Suara milik teman sekamarnya yang baru saja masuk membubarkan pikirannya. Menarik napas pelan lalu dia menjelaskan semuanya.

"Antum harus bersyukur karena Allah masih memberikan kesempatan untuk antum berbakti pada papa antum. Meski mama antum sudah tidak ada tapi ada papa yang harus antum sayangi dan bakti antum harus besar untuknya."

"Bagaimana dengan ana? orang tua ana sudah enggak ada di dunia sejak ana bayi, ana belum sempat memberi kebahagiaan buat mereka selain doa yang tak pernah putus untuk mereka di sana." Haris--namanya--menghapus tetesan air mata di wajahnya lalu menepuk punggung Faisal.

Tapi jika Faisal menerima semuanya apakah Aleeta mau menerimanya? jawabannya adalah TIDAK! Faisal yakin sekali.

"Antum tahu gadis yang mau dijodohkan sama antum?" Faisal mengangguk. "Lalu, kenapa antum risau?"

"Ana yakin dia enggak akan menerima ana, Ris."

***

Mobil Habibi memasuki lingkungan rumahnya, rumah berlantai dua ini mempunyai halaman yang dipenuhi rumput-rumput hias nan hijau yang begitu asri dan sejud lalu di pojok kanan ialah carport yang berderet lima mobil di sana dan di pojok kiri terdapat taman yang dipenuhi berbagai jenis bunga. Aleeta sampai kagum dibuatnya.

"Ayo, Al," kata Habibi lalu dia berjalan mendahului Aleeta.

Habibi membuka pintu, suasana di dalam rumah ini tak kalah mewah, di sisi ruang tengah terdapat lift yang berada dan di ruang tamu terdapat banyak barang antik sepertinya pemilik rumah merupakan kolektor barang antik.

"Ini zuhur, apakah rumah kakak ada mushola?" tanya Aleeta. Diperjalanan tadi dia mendengar azan berkumandang dari masjid terdekat.

Habibi menelan salivanya sebelum menjawab, "Hm ... enggak ada. Kalau kamu mau sholat ke kamar Nay aja nanti aku antar."

Kamar Naysila tak begitu jauh dari tangga hanya lima langkah dari tangga sudah berada di sana. Habibi membukakan pintu kamar Naysila sedangkan Aleeta berdiri di bibir pintu karena ia tak mau masuk ke dalam jika ada Habibi.

Sudah lima menit Aleeta berdiri di depan kamar menunggu Habibi keluar mencari mukenah adiknya. Namun laki-laki itu tak kunjung keluar membuat Aleeta membatin, "Mukenahnya di simpan dalam lemari kali yah?"

Aleeta mengingat dirinya yang sering menggantung mukenah di belakang pintu lantas dia berteriak pada Habibi yang masih mengobrak-abrik lemari adiknya. "Mungkin di belakang pintu, Kak."

Habibi berjalan ke belakang pintu namun tak ia temukan juga, dia bergumam, "Gini kalau sholat cuma waktu lebaran!" Dan Aleeta tercengang dengan mulut yang menganga namun segera da tutup rapat kembali.

"Sholat waktu lebaran aja?" gumamam Aleeta kecil namun masih bisa didengar Habibi, membuat laki-laki itu merutuki kebodohan mulutnya yang keceplosan.

"Astagfirullah! aku lupa, tadi aku bawa mukenah di tas. Maaf ya Kak Habibi, jadi ngerepotin." Tanpa menunggu respon dari Habibi, gadis itu langsung meluncur ke lantai bawah

Habibi berdecak kesal dan begumam, "Bikin capek aja nih anak, untung gue suka sama Lo!"

***

Habibi berjalan memasuki halaman rumahnya bersama Naysila. Daritadi adiknya itu mengejek sepanjang jalan karena pertama kali dia melihat kakaknya sholat di masjid. Habibi mengendus sebal, kalau tidak karena Aleeta yang mengeluarkan kata-kata menohok, mungkin dia memilih berdiam diri di kamar sambil main PS.

"Laki-laki itu wajib sholat di masjid loh. Emang kakak mau jadi cewek sholatnya di rumah?"

Habibi menggeleng.

"Yaudah sih, kalau kakak emang enggak bisa sholat di masjid. Ayo kita jamaah, kakak jadi imam, bisa 'kan kak?" Aleeta benar-benar berhasil membuat Habibi mati kutu.

"Enggak jadi, aku mau ke masjid aja deh."

"Bang mana ustadzahnya!" Entah ini sudah sekian kali Naysila bertanya namun tak kunjung direspon oleh sang kakak yang asyik melamun.

Baru saja Naysila akan melangkahkan kakinya namun terhenti karena matanya memindai sosok Aleeta yang baru saja melewati undakan tangga terakhir. Meneliti penampilan Aleeta dari ujung kaki sampai ujung kepala lalu langkahnya mendekati Aleeta.

"Waaoow, gila ... cantik benar sih!" serunya

Aleeta tersenyum tipis sebelum berucap salam kepadanya dan berkata, "Naysila ya?" Naysila mengangguk antusias dan membawa Aleeta kepelukannya. "Ustadzah namanya siapa? cantik banget sih!"

Kali ini kekehan kecil milik adik Zakki itu terdengar. "Aleeta," jawab Aleeta.

"Aku panggil teteh Aleeta ya? ayo teh kita belajar ngaji. Nay mau ngaji mulai dari iqro ya, pokoknya teteh harus bantuin Nay, agar Nay bisa pintar ngaji terus cowok yang Nay taksir bisa balas cinta Nay."

Aleeta sontak tercengang mendengar ucapan adik Habibi itu. Ia menarik kesimpulan jika gadis remaja ini mengaji untuk mendapatkan cowok yang dia suka.

Aleeta harus sabar membawa gadis ini menuju jalan yang benar, ia harus berhasil membuat niat terselubungnya berubah semata-mata mengharap ridho Allah. Ya, kamu harus berjuang Aleeta!


***

Tbc


Anjeni Meis
20 Agustus 2017

Continue Reading

You'll Also Like

Hakim By ul

Spiritual

1.2M 71.4K 53
[Revisi] Kalian percaya cinta pada pandangan pertama? Hakim tidak, awalnya tidak. Bahkan saat hatinya berdesir melihat gadis berisik yang duduk satu...
24.4K 2.1K 149
Allah Subhaanahu Wa Ta'ala berfirman: وَإِنْ عَزَمُوا الطَّلاَقَ فَإِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ "Dan jika kalian bertekad kuat untuk thalaq, maka se...
325 58 2
Disaat Isaac Newtown menemukan teori gravitasi bumi dengan percepatan 9,5m/ s² yang membuat benda menjadi jatuh kebawah. Namun sialnya, kenapa malah...
7.8K 2.5K 59
🏅 Bittersweet of Marriage July 2023 (FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA! Harap tinggalkan jejak untuk menghargai penulis) Genre: Spiritual, Romance. **✿❀D...