White Wishes [Taehyung BTS] ✔

By Jungkookie1273

98.8K 6.8K 317

Sekali lagi aku membuatmu kecewa..sungguh hubungan ini lebih penting dari apapun. Dan menyakiti seseorang yan... More

Intro
1#Hari kelulusanku
2#Senior High School
3#Pertemuan kecil
4#Awal
5#Pertemuan yang tak terduga
6#Teman masa kecil
7#Stalker?
8#Melelahkan
9#Pembalasan
10#Penasaran
11#Heart
12#Ungkapan
13#Teman yang lain
14#Falling in love
Baca^^
16#Alien mesum gila!
17#First kiss
18#Memulai
19#NgeFly
20#Kekasih?
21#Perjodohan
22#Secret
happy birthday to my husband
23#terungkap
24#Problem
25#Rasa lain
26#Meluap
27#Hurt
28#LiSa story
29#Rahasia yang terungkap
perkenalan Yerin-Chungha
30#Tuduhan
31#Rumit
32#Kesadaran
33#Keegoisan
34#Terlambat?
35#Perubahan aneh
36#Semua tidak terduga
37#Hurt-2
38#Teman Palsu
39#Pasangan aneh
40#Rindu
41#Terungkap?
42#Pertunjukan
Baca^^
43#Usaha
44#Yes or No?
45#Kesekian kali
46#END
New FF

15#Keberanian

1.7K 130 7
By Jungkookie1273

Author POV

Kantin yang seharusnya ramai saat jam istirahat kini malah terlihat sepi, bagaimana tidak? Jika semua siswa sekarang tengah berkumpul di lorong loker, menyaksikan sesuatu yang mungkin terlihat menarik di mata mereka.

Seorang gadis sedang tersungkur di lantai dengan keadaan menangis, di sekitarnya terdapat tiga gadis cantik yang mengelilinginya. Salah satu gadis itu malah asik menendang nendang kaki gadis itu.

"HAH!! Teruslah menangis...memang hanya itu yang kau bisa. Dasar gadis tidak berguna!!" Teriak Queen di sekolah ini.

"A-aku a-akan membeli yang bar--"

"Memangnya kau mampu hah!!? Kau tau? Sampai kau menjadi jalang di club sekalipun, kau tak akan bisa membeli ponsel sepertiku!" Teriaknya lagi yang membuat semua orang disana heboh.

"Hentikan!" Akhirnya seseorang dengan berani menghampiri mereka dan otomatis sudah ikut campur dalam masalah mereka. Ya, siapa lagi kalau bukan Hae ra.

"Berdirilah," Hae ra menarik tangan gadis yang bersimpuh di lantai itu dengan lembut, sampai gadis itu berdiri.

"Apa yang kau lakukan!!?" Eun Ji membulatkan matanya sempurna karena gadis yang berani ikut campur dalam masalahnya itu tak lain adalah Yoon Hae ra, gadis yang sangat dibencinya saat ini.

Hae ra menatap datar ke arah Eun Ji.
"Apalagi kalau bukan membantunya.."

"...eonnie, bisakah kau berbicara dengan sopan? Mulutmu tadi kasar sekali." Masih dengan wajah dan nada bicara yang datar.

"Wah....lihatlah. Ada orang yang berani melawanku rupanya.." Eun Ji tertawa remeh.

"...kau belum tau siapa aku, eoh??"

"Tentu aku tau. Nama eonnie adalah Han Eun Ji, siswi tingkat dua yang berada di kelas 2-3, apa aku benar?"

"Cih. Sudah kuduga kalau aku sangat terkenal. Tapi sayangnya bukan jawaban itu yang aku inginkan" Eun Ji menatap Hae ra dengan tajam.

"Lalu?" Jawab Hae ra santai.

"Lihatlah dia...tidak ada takutnya sama sekali denganku. Biar kuperjelas lagi! Aku adalah Queen di sekolah ini, kenapa? Karena aku bisa berbuat sesukaku, aku bisa saja mengeluarkanmu dan gadis tak berguna itu di sekolah ini sekarang juga! Tapi...aku belum ingin melakukan itu," Eun Ji tersenyum penuh kemenangan.

"Kau bangga dengan itu eonnie? Kau menyalahgunakan kekuasaan appamu hanya untuk mempermainkan orang lain, apa kau tak malu? Apa kau tak merasa kasihan sama sekali?" Kini Hae ra mengepalkan tangannya, dia tak habis pikir dengan sikap Eun Ji yang benar-benar egois.

Gadis yang tadi dijadikan objek 'bully' hanya diam saja disamping Hae ra sambil menatap Hae ra takjub, bukan hanya gadis itu saja, tapi semua siswa yang ada disana. Karena ini pertama kalinya ada orang yang berani melawan Han Eun Ji. Walaupun setelah ini pasti Hae ra akan mendapatkan banyak kesulitan yang diakibatkan Eun Ji, tapi Hae ra tak takut. Dia sudah menyiapkan diri sebelum ikut campur dalam masalah ini.

"Kau benar-benar berani ya? Apa kau mau menggantikan posisi gadis itu, HA??! Kau bersedia??" Eun Ji mulai tersulut emosi.

"Disini tidak ada posisi diganti atau menggantikan. Eonnie saja yang membuat hal-hal seperti ini, memang berapa harga ponsel eonnie?" Hae ra benar-benar sabar menghadapi Eun Ji, karena untuk melawan orang yang emosi itu dengan kesabaran.

"Wahh...sombong sekali kau! Kau mau menggantikan ponselku? Apa pekerjaan orang tuamu!!?"

Deg!

Saat itu juga wajah Hae ra yang semula datar berubah menjadi pucat, sebenarnya pertanyaan itu yang selalu ditakutinya.

"Kenapa diam!? Aku jadi penasaran...apa pekerjaan orang tuamu??"

Hening.

"....wae?? Kau tidak mau jawab? Mana keberanian dan kesombonganmu tadi,eoh?! Kenapa mendadak bisu??" Eun Ji tidak terima karena terus didiami Hae ra, dia melemparkan pertanyaan berkali-kali.

Hae ra masih terdiam, dia tidak tau harus menjawab apa. Apa dia jawab saja seperti yang Yerim bicarakan dulu ya? Kalau 'appa'nya bekerja di perusahaan appanya Yerim?

"Ahh itu--" belum sempat menjawab, kini ada seseorang yang menghentikan perkataannya.

"Berapa harga ponsel noona? Aku akan menggantinnya,"

"Taehyung-ah.."

"K-kim Taehyung?" Eun Ji membulatkan matanya kala mendapati Taehyung berada dihadapannya dan yang lebih membuatnya shock adalah Taehyung yang ingin mengganti ponselnya yang retak, untuk siapa? Gadis itu ataukah...Hae ra?

"Noona..aku bertanya padamu, berapa harga ponselmu?" Taehyung menatap datar Eun Ji yang tingginya hampir sebatas telinga Taehyung.

"I-itu..tidak perlu diganti, aku bisa membelinya sendiri." Mendadak Eun Ji tersenyum ramah, nada bicaranya juga halus.

Apa-apaan itu? Tadi saja ingin ponselnya diganti. Giliran ada orang yang ingin menggantikannya dia malah bilang tidak perlu, apa karena orang itu Taehyung? Batin Hae ra.

"Bilang saja noona, tadi kau menyuruh gadis itu untuk menggantikan ponselmu kan?"

"A-aku tadi hanya bermain-main saja. Sungguh, tidak perlu kau ganti Taehyung-ah..aku bisa membelinya lagi,"

"...ya kan? Hei kau..kau tidak perlu menggantikan ponselku, aku tadi hanya bermain-main denganmu saja. Oke?" Degan tidak tau malunya, Eun Ji berbicara kepada gadis yang ada disebelah Hae ra. Jelas-jelas tadi dia mendesak gadis itu, dengan kata kasar pula. Munafik!

"Ahh..n-ne. Gomawoyo sunbae" gadis itu agak mendongakkan kepalanya, dan menjawab ucapan Eun Ji. Meskipun dia tau kalau Eun Ji berubah karena ada Taehyung.

"Lihatlah Taehyung-ah..benar kan? Jadi kau tidak perlu menggantinya." Ucap Eun Ji dengan senyuman yang 'manis'.

"Geurae. Lain kali noona jangan bermain-main seperti itu, kau membuatnya sampai menangis. Dan itu keterlaluan." Entah sadar atau tidak, Taehyung tersenyum meremehkan. Mungkin dia muak dengan sikap Eun Ji.

"M-mian..kalau bercandaku kelewatan"

Bohong.

"Ah iya..kau, tidak apa-apa? Hae ra-ah, kau juga tidak apa-apa?" Taehyung berbalik, menatap secara bergantian gadis itu dan Hae ra.

"Ne...kami baik-baik saja," Hae ra mengulas senyum, dan senyum itu yang disukai Taehyung. Sampai-sampai membuat hatinya berdegup kencang.

"Kajja! Kita ke UKS, kelihatannya gadis ini masih pucat," ajak Taehyung.

"Benar juga, emm...ayo ke UKS."

Gadis itu hanya diam dan menurut saja, mengapit tangan Hae ra dan mengekori Taehyung yang sudah pergi duluan.

Mereka pergi begitu saja tanpa memperdulikan tiga gadis cantik dan gerombolan siswa yang masih ada disana. Yang paling membuat Eun Ji geram, para siswa malah berbisik-bisik karena kejadian barusan. Malah ada yang mengatakan jika ada cinta segitiga diantara mereka.

"Ya! Kalian! Cepat bubar atau aku akan melakukan sesuatu!" Ancam Eun Ji kepada gerombolan siswa itu.

Dan sedetik setelahnya, mereka semua sudah bubar. Layaknya perintah Eun Ji itu memang harus dilakasanakan segera. Lucu memang!

"Eun Ji-ah..gwaenchana?" Tanya salah satu gadis yang bernama Go Ara.

"Ck! Tidak bisakah kau memahaminya sendiri atas kejadian barusan?" Eun Ji memijat pelipisnya.

"Ya! Dua gadis itu tidak bisa didiamkan saja! Kita harus membalasnya dua kali lipat, karena mereka membuatmu malu dihadapan Taehyung." Timpal Kang Min Ah. Ya tentu saja Kang Min Ah mantan kekasih Jimin yang dulu katanya gadis 'polos' .

"Kali ini mereka menang. Lihat saja, aku akan membalas mereka. Terutama kau, Yoon--Hae--ra" tatapan Eun Ji benar-benar menakutkan, jika saja ada orang yang melihatnya, pasti orang itu tidak akan berani menatap matanya lagi.

Bisa dipastikan, kehidupan Hae ra di sekolah harus di penuhi kewaspadaan. Siapa suruh gadis itu tidak menuruti perkataan Suga dan Yerim waktu itu?

.

.

.

UKS

"Istirahatlah, aku akan memberi tau guru di kelasmu. Ngomong-ngomong soal kelasmu, kau berada di kelas berapa? Dan..namamu?" Tanya Hae ra kepada gadis yang kini sedang berbaring di kasur UKS.

"Hmm, namaku Chungha. Kim Chungha. Aku berada di kelas 1-1" gadis itu menjawab dengan lemah.

"Emm..baiklah Chungha-ssi, bolehkah aku bertanya?"

"Silahkan.." pasrah gadis itu.

"Apa benar kau baru saja membuat ponsel Eun Ji eonnie jatuh dan retak?" Tanya Hae ra hati-hati.

Chungha diam sejenak, tapi tak lama kemudian dia menjawab.

"Ne..aku tidak sengaja menabraknya dan menjatuhkan ponselnya,"

"Mwo? Bagaimana bisa kau menabraknya lagi? Bukankah..dulu kau juga menabraknya dan menumpahkan bekalmu di seragamnya? Kenapa tidak hati-hati,hm?" Hae ra bertanya dengan sangat halus, agar Chungha tidak tersinggung.

"Ceritanya beda, tapi dulu dan sekarang aku menabraknya itu sama-sama tidak sengaja. Yang membedakan, dulu itu disebabkan kelalaianku. Tapi sekarang...tidak bisa disebut salahku semua. Itu karena dia yang berhenti mendadak sehingga aku menabraknya," Chungha menatap Hae ra dengan berkaca-kaca.

"Kalau dia berhenti mendadak dan kau menabraknya, berarti kau sedang berjalan dibelakangnya? Kau bersamanya?"

Taehyung yang juga ada di UKS hanya memilih mendengarkan pembicaraan dua gadis itu tanpa keinginan untuk ikut kedalam pembicaraan mereka.

Chungha terdiam.

"Chungha-ssi. Ceritakanlah, gwaenchana."

Chungha menghela nafas panjang.
"Ne..aku memang berjalan bersamanya. Jika kau bertanya mengapa aku bisa bersamanya, itu karena setelah kejadian aku menumpahkan bekalku. Dia berbuat seenaknya kepadaku, dia menyuruhku ini itu, dan tadi...sebenarnya kami akan ke kantin. Ya pastinya aku yang akan membayar makanan mereka. Tapi di tengah perjalanan, dia berhenti tiba-tiba. Aku yang berjalan menunduk di belakangnya otomatis menabraknya, dan sialnya dia sedang memainkan ponselnya. Sontak ponsel itu terjatuh. Dan kejadian selanjutnya kau pasti sudah tau."

"Kenapa kau mau saja diperlakukan dengan seenaknya olehnya?? Kau kan tidak salah.."

"Kau tidak mengerti! Jika aku membantah perkataannya, itu sama saja cari mati. Dia bisa saja menyuruh orang tuanya untuk mengeluarkanku di sekolah ini, pasti para guru hanya bisa menurut. Kau tau sendirikan jika orang tua Eun Ji pemegang saham terbesar di sekolah ini? Dan kau juga pasti sudah tau sekolah macam apa ini!" Chungha berkata sambil sesekali tersenyum miris.

"Eum memang sih, tapi kan kau bisa bilang kepada orang tuamu, pasti mereka bisa membantu. Aku rasa orang tuamu juga orang mampu jika melihat kau sekolah disini. Dan mengapa kau mau sekolah disini jika sudah tau sekolah ini macam apa," bukannya Hae ra sombong, tapi memang itulah kenyataannya.

Lagi-lagi Chungha tersenyum miris.
"Ini semua kemauan orang tuaku. Dan percuma aku bilang pada mereka jika akhirnya mereka tidak bisa membantu, orang tuaku tidak sekaya Eun Ji ataupun Suga sunbae asal kau tau."

Ngomong-ngomong soal Suga, dia memang dikenali semua siswa yang ada di sekolah ini. Selain kemampuan-kemampuannya, dia juga dikenal kaya karena orang tuanya pemegang saham terbesar kedua setelah orang tua Eun Ji.

Hati Hae ra mencelos jika sudah membicarakan harta. Bagaimanapun juga Chungha beruntung, karena dia masih memiliki orang tua lengkap dan kehidupannya mampu. Tapi jika Chungha bilang orang tuanya tidak sekaya itu, lalu bagiamana dengan Hae ra yang ditinggal pergi appanya, dan eommanya ada di Rumah sakit jiwa saat ini. Kehidupannya berjalan dengan layak saja itupun karena bantuan sahabatnya.

"Arraseo. Lain kali hati-hati, eoh? Jangan mau di perlakukan seperti itu." Hae ra memberikan senyum manis kepada Chungha.

"Oh iya, aku belum mengetahui namamu, namamu siapa? Apa kau sekelas dengan Taehyung?" Tanya Chungha.

"Namaku Yoon Hae ra. Ne..aku sekelas dengan Taehyung. Kau mengenalnya?"

Merasa namanya disebut-sebut, Taehyung yang semula menghadap jendela kini menatap mereka.

"Kami baru kenal saat kejadian aku menumpahkan bekal, Taehyung membantuku untuk membersihkan makananku di lapangan,"

Hae ra kini menatap Taehyung, Taehyungpun juga sama. Beberapa detik berlalu dengan mereka yang bertatapan. Sampai..

"Ekhm" suara Chungha mengagetkan mereka.

"...Taehyung-ssi, mengapa kau ingin menggatikan ponsel Eun Ji sunbae? Sungguh aku bisa menggantinya dengan uang tabunganku,"

"Gwaenchana. Aku hanya ingin membantu, aku tidak tega tadi kalian diperlakukan seperti itu"

"Gomawoyo..aku tidak tau nanti akan bagaimana jika tidak ada dirimu" Chungha tersenyum sangat tulus, dan dibalas juga dengan senyuman oleh Taehyung.

Benar, tadi aku tidak usah repot-repot berbohong soal orang tuaku karena adanya kehadiran Taehyung. Hmm gomawo Taehyung-ah. Batin Hae ra.

"Arghh. Kurasa bel masuk sudah berbunyi daritadi, lihatlah jam." Hae ra melihat jam yang tertempel di dinding.

"Benar juga, kenapa aku tidak mendengarnya sama sekali. Kalian mendengarnya tidak?" Tanya Taehyung yang tidak mengalihkan pandangannya sama sekali pada jam dinding.

"Ani."

"Ani."

Jawaban mereka serempak.

"Mungkin karena keasikan mengobrol, kalau begitu kami ke kelas dulu Chungha-ssi. Kau istirahtlah, tidak perlu khawatir dengan izinnya. Kami akan mampir ke kelasmu dulu untuk mengizinkanmu," ucap Hae ra.

"Istirahatlah dengan baik, jangan dipikirkan masalah yang tadi. Hmm, kami ke kelas dulu. Annyeong." Taehyung langsung menarik tangan Hae ra keluar ruangan, dan menutup kembali pintu ruang UKS yang tadinya terbuka separuh.

Sebelum pintu benar-benar tertutup Chungha setengah berteriak agar mereka mendengar ucapannya.
"Gomawoyo Taehyung-ssi, Hae ra-ssi. Gomawoyo..."

Setelah keluar dari ruang UKS Taehyung dan Hae ra berjalan dalam diam, Taehyung juga sudah tidak menarik tangan Hae ra lagi.

"Ehm...sepertinya sudah sampai di kelas 1-1, aku akan masuk. Kau masuklah ke kelas dulu," ucap Hae ra.

"Aniyo. Aku akan ikut masuk denganmu, kita izinkan bersama."

"Tidak usah, aku saja. Kalau begitu kau cukup tunggu aku di luar kelas ini," tanpa menunggu persetujuan Taehyung, Hae ra langsung saja masuk ke kelas 1-1. Taehyung yang merasa ditinggalkan kini berdecak sambil menunggu Hae ra keluar.

2 menit berlalu, dan Hae ra sudah keluar dari kelas 1-1.

"Kajja! Kita ke kelas," ajak Hae ra.

Taehyung hanya mengikuti langkah Hae ra dari belakang, sambil terus menatap punggung Hae ra. Sampai dia tidak sadar jika mereka sudah berhenti di kelas mereka.

Cklek'

Pintu depan dibuka oleh Hae ra, menampilkan dua orang laki-laki dan perempuan. Seketika pandangan seluruh siswa di kelas tertuju pada mereka, tak terkecuali Mr.Andrew guru bahasa inggris.

"Maaf Mr. Kami terlambat masuk ke kelas, tadi ada urusan sebentar yang mengharuskan kami terlambat," ucap Taehyung yang membuat guru itu mengerutkan dahinya.

"Urusan apa sehingga membuat kalian terlambat?" Tanya Mr.Andrew.

"Ahh tadi kami mengantar seseorang yang sedang sakit di UKS. Yang membuat kami lama adalah kesalahan saya, karena saya mengobrol terlebih dahulu dan tidak mendengar bel masuk berbunyi," jelas Hae ra dengan sopan. Walaupun perkataannya itu separuh dari kebenaran.

Taehyung sontak menatap Hae ra, dan Hae ra malah membalasnya dengan senyum. Ah Taehyung bisa meleleh jika sudah di beri senyuman manis begitu.

Seluruh siswa masih menatap mereka, apalagi gadis yang duduk di bangku belakang. Dia terus menatap kedua orang itu dengan tatapan kosong. Park Yerim. Hatinya merasa sakit luar biasa melihat mereka yang datang terlambat ke kelas bersamaan, walau dia mengerti masalah apa yang baru saja dihadapi Hae ra sampai dia terlambat. Tapi kenapa Taehyung juga harus ikut? Itu yang membuatnya sakit.

"Baiklah. Kalian silahkan duduk, dan ikuti pelajaran saya dengan baik." Perintah Mr.Andrew.

"Ne Mr." Jawab mereka bersamaan.

^^

Hae ra POV

Dari tadi Yerim tidak mengajakku bicara sama sekali, sesekali kulirik tatapannya kosong. Sampai bel pulang pun dia tetap diam.

"Yerim-ah. Gwaenchana?" Tanyaku hati-hati.

"Hmm," dia bergumam tanpa menatapku sama sekali.

"...ayo pulang," hanya itu kata yang keluar dari mulutnya.

"Mianhae..kelihatannya mulai sekarang, kau tidak perlu mengantarku pulang."

Dia yang dari tadi tidak menatapku sama sekali kini beralih menatapku.

"Wae?"

"Em..a-aku. Aku bekerja sambilan," jawabku gugup.

Dia membulatkan matanya.
"Mwo? bekerja apa? Sudah berapa lama?"

"Pengantar Pizza, hehe." aku mengulas senyum lebar, ya setidaknya dia masih memperhatikanku.

"Sudah berapa lama? Kenapa tidak bilang?" Ekspresi wajahnya cepat sekali berubah. Yang semula datar sekarang terkejut.

"Baru akan dimulai sepulang sekolah ini, dan sekarang aku sudah bilang kan?"

"Hmm..yasudah kalau begitu, aku pulang dulu." Sekarang ekspresinya berubah menjadi datar lagi. Dan dia segera pergi keluar kelas.

"Hati-hati." Aku melambaikan tanganku padanya, ya walaupun dia tidak menoleh ataupun membalas perkataanku sekalipun. Dia memang menjadi sensitif akhir-akhir ini, entah kenapa.

Tersadar dari lamunanku, akhirnya aku buru-buru untuk keluar kelas. 45 menit lagi aku sudah harus sampai di tempat kerja. Aku berlari-lari kecil melewati koridor, tapi seketika aku menghentikan langkahku.

Tunggu! Itu bukankah Yerin dan...Ji siapa ya? Ah iya Jimin.

Aku mendekati mereka perlahan dan....

BOM!

"Kyaaa~" Yerin terkejut bukan main.

Kulihat Jimin juga sama terkejutnya.

Mereka yang semula berpelukan kini melepaskan pelukan mereka.

"Sedang apa kalian,huh?"

"Ya! Hae ra...kau mengagetkanku,tau!!"

"Ini sekolah. Tempat untuk belajar, bukan untuk pacaran! Masih di sekolah juga malah peluk-pelukan." Aku melipat tanganku ke dada, dan menatap mereka dengan tatapan mengintimidasi. Dapat kulihat Jimin menggaruk-garuk tengkuknya.

"Siapa juga yang pacaran di sekolah," ketus Yerin.

"Eyy...lalu peluk-pelukan di koridor sekolah itu apa kalau bukan pacaran,hm?"

"Ahh..aku duluan ya, Yerin-ah..nanti aku hubungi lagi." Jimin mengacak-acak rambut Yerin dan pergi meninggalkan kami.

"Aishh. Jimin pergi kan..ah kau memang tidak peka sama sekali!" Yerin sangat kesal dengan kepergian Jimin yang menurutnya gara-gara diriku.

Aku terkekeh melihat tingkah frustasinya.
"Begitu saja marah,"

"....omo! Aku akan terlambat jika begini, Yerin-ah aku pulang dulu. Maaf untuk yang tadi ya? Bye.." aku berlari meninggalkan Yerin yang masih tampak kesal.

"Ya! AWAS KAU YOON HAE RA!!" Yerin berteriak, aku masih bisa mendengarnya walaupun aku sudah hampir keluar pintu. Haha dia memang gadis yang lucu.

Aku terus saja berlari, sesampainya di gerbang aku berhenti sejenak untuk mengatur nafas.

"Lama sekali," suara berat khas seseorang mengagetkanku, yang tak lain tak bukan adalah Kim Taehyung.

"Ck! Kau..hh...mengagetkanku hh...saja! Ngapain sih..hh...berdiri di gerbang?" Tanyaku sambil mengatur nafas.

"Kau tau? Daritadi aku menunggumu."

Deg!

Menungguku?

"Mwo?? untuk apa menungguku?"

"Apalagi kalau bukan mengajakmu pulang bersama. Tadi aku melihat Yerim pulang dulu, kenapa kalian tidak pulang bersama?" Tatapan Taehyung membuatku gelisah. Dia seperti mengintrogasiku saja.

"Aku ada urusan, jadi aku menyuruh Yerim untuk pulang dulu. Mianhae, jadi aku tidak bisa pulang dengamu,"

"Urusan ap--"

"Aigoo..aku sudah terlambat. Aku pergi dulu.." aku melihat jam yang aku kenakan, waktuku ke tempat kerjaku tinggal 15 menit. Arghh. Sebelum aku berlari lagi...

"...ah iya Tae, jangan ikuti aku. Eoh??" Lalu aku benar-benar pergi meninggalkan Taehyung yang masih bengong di tempatnya berdiri. Semoga saja dia tidak mengikutiku.

.

.

.

Toko Pizza

Untunglah aku sampai tepat waktu, ini hari pertamaku kerja. Akan jadi kesan pertama yang buruk jika aku terlambat.

Kini aku sudah mengenakan seragam kerjaku. Tepat! sangat cocok dan pas di tubuhku.

Aku menunggu seseorang memanggilku untuk mengantarkan pesanan. Dan tak berapa lama, ada seseorang menghamipiriku. Ya, dia maid yang kemarin mengantarku ke ruang Jongin oppa.

"Ini ada pesanan yang harus kau antar, alamatnya ada di kertas kecil itu. Kau sudah tau kan motor mana yang akan kau gunakan?"

Menurutku dia ramah. Dan...wajahnya manis.

"Ne..aku sudah tau, apa aku boleh tau siapa nama eonnie?"

"Oh? Panggil saja aku LiSa. Kau Hae ra kan?" Tanyanya.

"Eoh, namaku Hae ra." Aku memberikan senyum termanisku didepannya, siapa tau kita akan menjadi teman baik.

"Cepatlah antarkan pesanan ini, jangan sampai tersesat dan membuat pelanggan menunggu lama. Berikan kesan terbaikmu di hari pertama. Fighting Hae ra-ah." Dia tersenyum sangat ramah padaku. Dan dia baru saja memanggil namaku akrab? Kurasa aku menyukai eonnie ini.

"Ne eonnie, gomawo" aku segera pergi untuk mengantarkan pesanan.

.

.

.

Pengantaran pertama sukses, pelanggan tadi juga ramah. Ah aku sudah mulai menyukai pekerjaanku ini.

Tuk!

"Aww" aku memegangi kepalaku yang baru saja di ketuk seseorang. Langsung saja aku menolah. Astaga! Jongin oppa?

"Hai," sapanya.

"H-hai" kalau sudah berhadapan dengan Jongin oppa aku benar-benar kikuk.

"Bagaimana hari pertamamu kerja? Kau sudah mengantarkan pesanan?"

"B-baik, aku juga sudah mengantarkan pesanan pertamaku."

Dia menatap lurus kedepan.
"Apakah pelanggan yang kau antarkan pesanananya ramah?"

"Ne..sangat ramah." Jawabku seadanya.

"Apa kau nyaman dengan pekerjaan ini?"

Aku diam sejenak, kenapa dia bertanya seperti itu?

"Wae? Memang seharusnya begitukan jika aku sudah memutuskan untuk memilih pekerjaan ini,"

"Benar juga." Dia berlaih menatapku dengan senyuman.

"...kau masih sendiri?" Tanyanya lagi, itu sukses membuatku membulatkan mataku.

"M-maksud oppa apa?"

"Ani. Lupakan, kembalilah bekerja. Aku ke ruanganku dulu"

Saat dia sudah menghilang dari pandanganku, aku menghirup udara sebanyak-banyaknya. Seperti yang aku bilang sebelumnya, jika aku sudah di dekat Jongin oppa rasanya aku tidak bisa bernafas lega.

Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku. Dan untuk kesekian kalinya aku terkejut.

"Eonnie, kau mengagetkanku! Aih..kenapa hari ini aku selalu dikejutkan dengan kehadiran seseorang secara tiba-tiba, ck." Aku bermonolog. Tapi itu masih bisa didengar oleh LiSa eonnie.

"Hahaha...biasa saja. Aku kan hanya menepuk pundakmu. Kau saja yang kegetan,"

"Ada apa eonnie? Ada pesanan yang harus kuantarkan?" Tanyaku dengan lembut. Meskipun aku masih merasa kesal, tapi aku tidak bisa menyalahkannya juga, mungkin benar jika diriku saja yang kagetan.

"Tidak ada kok. Aku hanya ingin bertanya sesuatu padamu," tatapannya kini mulai serius.

Aku mengernyitkan alisku.
"Tanya apa?"

"Kau mengenal Jong-- maksudku Manager Kim? Aku dengar kau tadi memanggilnya 'oppa'?"

Bagaimana ini. Aku harus bagaimana? Apa aku jawab jika aku mengenalnya saja? Kalau dia bertanya yang aneh-aneh bagaimana? Tapi jika aku menjawab tidak kenal, pasti dia tidak percaya. Dia kan sudah mendengar aku memanggil ' oppa'.

"Hae ra? Kenapa melamun?" LiSa eonnie melambai-lambaikan telapak tangannya di depan wajahku.

"Aniyo. Aku tidak melamun.."

"Pertanyaanku belum kau jawab,"

"Em..aku memang mengenal Jongin oppa. Dia sunbaeku dulu di sekolah menengah pertama." sudah cukup, hanya itu yang perlu aku sampaikan. Selebihnya....kurasa tidak.

"Oohh begitu rupanya," dia mengangguk-angguk.

"Wae eonnie?"

"Tidak apa-apa kok. Aku hanya bertanya. Yasudah aku kesana dulu ya, ada pelanggan baru." Pamitnya.

Aku hanya mengendikan bahuku. Aku tidak ingin berpikir yang aneh-aneh.

.

.

.

"Ahh..akhirnya selesai. Hari pertama aku sudah mengantar 10 pesanan. Lumayanlah..untung besok tidak ada tugas, jadi setelah sampai rumah aku akan langsung tidur." aku bermonolog sendiri. Sambil mengganti pakaian kerjaku dengan seragam.

"Hae ra, kau pulang naik apa?" Tanya LiSa eonnie yang sudah mengganti pakainnya dengan pakaian santai.

"Aku? Emm..naik bus. Memang kenapa eonnie?" Tanyaku sambil memasukan pakaian kerjaku ke loker khusus yang ada di ruang ganti.

"Ayo pulang bersama, aku membawa motor." Ajaknya.

"Mwo?? Eonnie kesini naik motor?"

"Ne..memang kenapa?" Tanyanya santai.

"Oh..tidak apa-apa kok. Aku akan naik bus saja eonnie, jangan khawatir. Aku sudah biasa,"

"Sudahlah..ikut aku saja"

"Aniyo! Aku tidak ingin merepotkanmu. Yasudah aku pulang dulu, sebelum bus ke arah rumahku pergi, annyeong."

Aku keluar dari ruang ganti. Bukan maksudku aku tidak suka naik motor, bahkan pulang saja aku sering naik motor bersama Taehyung. Hanya saja aku tidak ingin merepotkannya. Rumahku masih jauh, LiSa eonnie kan seorang perempuan. Aku tidak tega jika dia mengantarku nanti, lalu dia malah kemalaman.

Saat aku akan meraih pintu keluar, ada tangan yang menahanku.

"Oppa..a-apa yang k-kau lakukan?"

Nah..sekarang aku terkejut lagi kan?

"Kenapa saat bicara denganku kau selalu gugup begitu sih? Santai saja,"

Dia terkekeh? Apanya yang lucu?

Setelah mendengar perkataannya, aku menarik nafas panjang lalu kehembuskan perlahan. Mencoba menetralkan nada bicaraku lagi.

"Ekhm, oppa apa yang kau lakukan? Aku ingin pulang"

"Iya aku tau, maka dari itu aku menahanmu. Kajja! Kita pulang bersama"

WTH?!!

"MWO??!" tanpa kusadari suaraku meninggi begitu saja, saking terkejutnya.

"Ssttt. Jangan keras-keras."

Aku langsung membungkam mulutku sendiri.

"Aku tidak bisa, aku ingin pulang sendiri."

"Ini sudah malam. Dan kau ingin pulang sendiri? Naik apa?"

"Bus." Jawabku seadanya.

"Apalagi naik bus, setelah turun dari bus kau juga pasti akan jalan lagi untuk ke rumahmukan? Lebih baik kau kuantar saja!"

"Aniyo! Aku sudah biasa. Aish..oppa lepaskan tanganmu aku ingin pulang," aku meronta-ronta agar dia melepaskan tanganku.

"Sireo! Sebelum kau ikut denganku,"

"Ani!"

"Sudahlah ikut saja.."

Jongin oppa langsung saja menarikku keluar dan setelah itu memaksaku masuk ke mobilnya. Lalu yang membuatku sangat jengkel dan tidak bisa kembali bernafas lega, dia memasangkan diriku seatbelt. Jarak kami sangatlah dekat. Ah ingin sekali sekarang aku meneriakki nama Taehyung. Sungguh, jika seperti ini lebih baik aku di boncengkan Taehyung dengan kecepatan motornya yang diatas rata-rata itu.

Setelah memasangkanku seatbelt dia belari kecil memutari mobilnya untuk duduk di kursi pengemudi.

"Ini namanya pemaksaan," aku mengerucutkan bibirku.

Dan yang kudapatkan hanyalah kekehan dari mulutnya itu. Benar-benar membuatku jengkel.

.

.

.

"Jadi ini rumahmu, hmm..." dia bergumam sambil memandangi rumahku. Ya aku merasa tersingungg.

"Wae?? Kecil?? Tidak bagus??" Tingkat kejengkelanku padanya sudah bertambah tinggi. Setinggi menara Eiffel.

"Aku tidak bilang begitu, aku bahkan belum sempat bicara tapi kau sud--"

"Aishh sudahlah oppa. Pulanglah..aku juga ingin segera masuk dan tidur. Gomawo, sudah mengantarku pulang." Meskipun aku masih jengkel padanya, tapi aku juga harus berterimakasihkan?

"Kau mengusirku? Arraseo. Arraseo. Aku akan pulang, sampai bertemu besok di tempat kerja," dia melambaikan tangannya.

"Hmm"

Setelah itu dia langsung masuk kedalam mobilnya dan segera melenggang jauh dari hadapanku.

"Kenapa hari ini menjengkelkan sekali sih?? Tapi setidaknya di hari ini juga...aku mendapatkan dua teman yang baik sekaligus," aku berbicara sendiri sembari memutar kunci. Setelah berhasil aku langsung masuk ke rumahku.

Ya..dua orang teman yang kumaksud adalah Chungha dan LiSa eonnie. Semoga kami berteman baik seperti aku, Yerim dan Yerin misalnya...








Maafkeun ya jika membosankan, maklum ini FF pertama. Wks😊😊

Mohon bantuannya^^

Continue Reading

You'll Also Like

16.6K 2.6K 27
LEBIH BAIK BACA FUCKBOI 1 DULU ^^ "Na, lo bertahan hidup untuk apa?" Tanya shuyang dengan nada yang berbeda dari biasanya. Ana diam sebentar, "Orang...
156K 25K 46
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
1.6K 353 23
Bagaimana jadinya jika matahari dan es disatukan? Siapa yang akan menang? Tentu saja matahari, karena es akan meleleh akibat panas yang dikeluarkan s...
5K 599 14
[17+] Jungkook and Nayeon [Book 2 tersedia dalam e-book!] Jang Jungkook adalah satu-satunya harapan klan vampir Jang untuk mengembalikan kekuasaan da...