HARMONIZE

By CiiPandaa

283K 21.6K 1.5K

Selalu ada nada dalam cinta, meskipun terkadang nada cinta tak selamanya terdengar syahdu di telinga. Casting... More

Prolog
SMPursand
Pertengkaran!
One Call Away
Kecerobohan Prilly
Taruhan
Music Battle
Kontrak Perjanjian
Penyesalan
Perasaan Aneh
Kau yang ada dihatiku
Terjebak berdua
Bertahan atau?
Candu
Sakit
Kunjungan tak Terduga
Empty
ThrowBack
Mereka Kembali
Sabarlah Hati
Serendipity
Guardian Angel
Setengahku (masih) Bersamanya
Terjebak Masa Lalu
Ysaye Sonata No.2 1st Obsession
Melupakannya
Mendadak Pacaran
Siapkah tuk Jatuh Cinta Lagi?
Kembalinya Rasa
Tak Akan Meninggalkan
Hilangnya Harapan
Keputusan Terbaik
Do You?
Sandaran
Wish
Usaha yang (tidak) Sia-sia
Harapan yang Terkabul
Fix You
Persahabatan
Tunas Baru
Little Happiness
Masalah yang Terselesaikan
Harmonize
Ulang Tahun Sekolah - Harmonize
Kehidupan Baru
Apologize

Another Conflict

4.6K 406 25
By CiiPandaa

Prilly sedang asyik menonton TV dirumahnya, karena hari minggu adalah hari untuk bersantai. Pagi tadi dia sudah memberikan tenaganya untuk membantu Jesika memasak, hal yang dulu setiap pagi dilakukannya hanya untuk seorang Ali.

"Kecil..." Gerakan dari sofa di sampingnya membuat Prilly menoleh. Hito yang menghilang karena kesibukan pekerjaannya muncul dengan wajah sumringah tanpa dosa dihadapan gadis itu.

Prilly hanya menatap Hito datar, rasa marah karena tak ada kabarnya Hito tetiba muncul. "Masih inget gue loe?! Kirain udah lupa!" Prilly mengambil remote TV di depannya dan menekan tombol besar warna merah.

Tanpa ekspresi gadis itu berdiri dan berjalan pergi, meninggalkan Hito yang cengo dengan sikap berlebihan sahabatnya itu.

Menyadari jika Prilly sudah menjauh, Hito pun menyusul. "Cil... jangan marah donk. Elo masih yang terbaik di hati abang kok." Hito menunjukkan puppy eyes-nya, berharap Prilly akan luruh.

"Gue sebel sama elo akh! Pergi seenaknya, datang juga gitu, udah kayak jelangkung tau gak loe!" Ucapan Prilly terhenti karena deringan dari gawai di saku celananya.

"Halo."

"Prill... tolongin gue! Keyla badannya panas banget. Bisa ke sini gak? Anterin gue ke Rumah sakit."

"Seriusan?! Oke... gue kesana sekarang."

Bip...

Hito yang mendengar percakapan Prilly mengerutkan dahi, kemudian kembali menyusul Prilly yang sedikit berlari menuju kamarnya di lantai atas.

"Cil... jangan lari-lari di tangga, entar jatoh." Hito ikut berlari mengejar langkah Prilly.

Gadis itu sibuk dengan pemikirannya akan Keyla, Hito pun sudah tak terlalu penting baginya. Masalah marah, nanti kalau urusannya sudah selesai, Hito akan habis dimaki-maki olehnya.

Brak...

Prilly menutup pintu kamarnya, menghiraukan Hito yang hidungnya kejedot pintu kamarnya.

"Ya Allah kecil... Hidung gue..." Hito mengelus hidungnya yang terasa berdenyut. Tubuhnya bersandar pada pintu kamar Prilly. Tenaganya seakan terserap ke ujung hidung yang terasa nyeri.

Klek...
Bug...

Belum juga hidungnya baikan, kali ini pantatnya sukese mencium lantai keramik kamar. Prilly yang melihat Hito terjengkang itu seketika tertawa terbahak-bahak.

"Elo ngapain? Terjun bebas?" Prilly belum menghentikan tawanya. Hito berdiri tertatih, rasa sakit di hidung dan pantatnya seakan membuatnya menjadi seorang pesakitan yang merana.

Sudah jatuh tertimpa tangga, itulah peribahasa yang cocok untuk Hiyo saat ini.

Menyadari Prilly yang sudah rapi dengan pakaiannya, Hito mengeryit, gabungan antara menahan sakit dan kerapian baju Prilly.

"Mau kemana loe?"

Prilly seketika menghentikan tawanya, wajahnya mendadak kembali menampilkan raut kecemasan.

"Ada urusan, penting. Gue kudu pergi sekarang, nanti gue sms deh."

Hito menghadang langkah Prilly dengan tangan yang terentang. Gue ikut." Dua kata yang dilontarkannya membuat Prilly memberengut.

"Ini urusan cewek, masak loe mau ikut sih?"

"Bodo' gue pokoknya mau ikut. Titik." Hito menarik tangan Prilly, kemudian melangkah pergi. Prilly yang tak siap hanya bisa menurut dengan langkah tergopoh, langkahnya yang kecil mengikuti langkah Hito yang besar? Susah.

"Hito! Gue bisa jalan sendiri." Prilly menyentak tangan Hito, tapi perjuangannha terasa percuma, karena tak menghasilkan apa-apa.

"Bunda! Prilly pergi bentar sama Hito!" Seru Prilly. Jesika hanya bisa menggelengkan kepala di dapur. Kebiasaan putrinya itu sudah semacam kebiasaan yang memang susah untuk diubah.

"Elo jangan bikin rusuh ya nanti?" Prilly mengacungkan telunjuknya.

Hito mengangguk dengan senyum mengembang.

Mereka memasuki mobil dan Hito yang dibalik kemudi, salah satu keuntungan Prilly karena dia sedang malas untuk menyetir sendiri.

~~~♥♡♡♡♥~~~

Sarma dan Yuki berusaha mencoba menurunkan panas tubuh Keyla. Segala cara sudah dicoba, tapi tidak ada yang berhasil. Apalagi Keyla tak hanya panas, dia juga sesekali terbatuk hingga membuat kedua matanya memerah. Yuki ingin menangis saja dibuatnya, melihat Keyla sakit, Yuki pun ikut merasakan sakit yang sama.

"Keyla kenapa ya mbak?" Ucap Yuki sendu. Sarma mendekati Yuki, sebagai seorang wanita, meski belum pernah memiliki anak, Sarma mengerti. Wanita itu mendekati Yuki dan mengusap pundaknya.

"Paling cuma flu biasa mbak. Mbak Yuki gak usah khawatir ya?"

Tok...tok...

Sarma menoleh ke arah pintu. Matanya memberi kode kepada Yuki, dan dibalas anggukan lemah.

Wanita itu berjalan ke arah pintu, perlahan dia memutar gagang pintu dan menariknya hati-hati. Di sana Prilly dengan wajah cemasnya tersenyum tanggung ke arah Sarma.

"Masuk mbak-" Sarma melihat seorang laki-laki berdiri di belakang Prilly. "Mas..." Prilly dan Hito mengangguk bersama

"Makasih mbak, Yuki?"

"Di kamar."

Hito dan Prilly berjalan beriringan. Sesaat Hito mendengar samar saat Prilly menyebutkan nama yang begitu familier di telinganya.

"Ki... gimana Keyla?"

Hito menegang di tempatnya, gadis yang saat menoleh ke arah Prilly adalah seorang yang beberapa tahun lalu sangat ia kenal. Gadis itu... adik Sarah.

Secepat mungkin, Hito bersembunyi dibalik dinding luar kamar Yuki. Berharap, Yuki tak melihatnya.

"Baru aja dia bisa tidur, bawa ke Rumah Sakit sekarang yuk?! Gue cemas banget, takut kenapa-kenapa, dari tadi susah banget makannya, muntah terus."

Prilly berjalan mendekati Keyla yang tengah tertidur, dalam hati gadis itu iba. Tangannya terulur untuk menyentuh kening Keyla.

"Masih panas, yaudah ayok bawa sekarang. Lo udah telfon Al belum, Ki?" Yuki menggeleng, sejak tadi ia memang ingin menghubungi Al, tapi ada rasa sungkan yang tetiba menggelayut.

"Nanti aja. Pulang dari Rumah Sakit."

Prilly mengerti, gadis itu mengangguk. "Yaudah, yuk."

Yuki hati-hati mengangkat tubuh Keyla dan merengkuhnya dalam gendongan. Langkahnya berjalan hati-hati mengikuti Prilly.

Prilly celingukan mencari sosok Hito yang tiba-tiba menghilang.

"Kebiasaan banget si tu bocah, tadi ngeyel minta ikut, udah sampe tempatnya ngilang. Sumpah ya?" Prilly menggerutu, Hito benar-benar tak terendus keberadaannya.

"Kenapa Prill?"

"Gak penting, yauda ayok."

Sebuah pesan sari Hito membuat Prilly semakin geram. Pria itu sungguh membuatnya ingin memakannya hidup-hidup.

Hito^^

Gue balik, mobil gue tinggal.

Prilly berdecih, kemudian nampak tak acuh.

Mereka berjalan beriringan dengan Keyla di gendongan Yuki.

~~~♥♡♡♡♥~~~

Dokter, baru saja selesai memeriksa Keyla, tak ada hal yang serius, Keyla mengidap radang amandel. Karena terlalu banyak minum, minuman dingin dan ice cream amandelnya membangkak. Itulah alasan kenapa Keyla susah menelan sesuatu, karena memang rasanya sakit.

"Lega gue." Yuki menjatuhkan tubuh lelahnya di sofa, di sampingnya Prilly pun melakukan hal yang sama. Kepalanya dimiringkan, menoleh kearah Yuki dan tersenyum.

"Lo udah kabarin Al belum?" Yuki menepuk jidatnya, semenjak tiba di apartement, dia belum menghubungi Al sama sekali.

Yuki menunjuk tas di samping Prilly. "Ambilin hape gue donk, ditas itu." Tak ada sautan, Prilly meraih tas Yuki dengan gerakan malas. Dirogohnya tas Yuki, saat benda pipih berwarna hitam itu di genggamannya, Prilly memberikannya pada Yuki.

"Makasih cantik." Prilly meringis, cengiran Yuki yang sok cute membuat gadis itu bergidik, geli.

Selepas Yuki yang menjauh untuk menghubungi kekasihnya, Al, Prilly memainkan smartphone miliknya.

One messege received

My life partner^

Dimana? Jalan Yuk. Gue bosen dirumah.

Senyum bahagia terpancar diwajah Prilly, satu pesan dari Ali mampu membuatnya mendapatkan full power energy. Saat hendak membalas pesan, suara ketukan pintu membuat gadis itu menghentikan aktivitasnya.

Prilly memasukkan gawainya dan segera menuju ke arah pintu.

Saat pintu terbuka, matanya menangkap sosok paling menyebalkan berdiri di depan pintu dengan raut wajah sendu. Prilly menampilkan wajah datarnya. Kedua tangannya terlipat didada.

"Ngapain lo balik ke sini?" Hito tak menjawab, tangannya langsung menarik pergelangan tangan Prilly, membuat gadis itu dihari ini untuk kedua kalinya merasakan tarikan yang sama dari orang yang sama juga.

"Apa-apaan sih lo?! Sakit! Gila lo!" Prilly menarik tangannya. Kedua mata hazel-nya menatao Hito nyalang. Kemarahan yang ia tahan rasanya seperti membuncah, keinginan untuk tidak berdebat pun akhirnya sirna.

Sekuat tenaga gadis itu ingin menghantam Hito dengan kepalan tangannya. Tapi, raut wajah Hito sama sekali tak menujukan ekspresi yang seperti biasanya. Prilly menangkap ada satu kegelisahan yang seakan menguasai aura sahabatnha itu.

"Elo kenapa sih? Kok sekarang jadi nyeremin gini?" Prilly melunak. Hito menundukkan kepala, tubuhnya terasa begitu kenyal sekarang. Bahkan kakinya seperti jelly yang tak berhenti bergetar.

"Gu-gue... gue... " Hito meluruh, di depan kaki Prilly.

Gadis Itu dibuat tercenganh dan bingung dengan tingkah Hito yang aneh menurutnya. Selama mereka bersahabat, Prilly tak pernah merasa Hito serapuh ini.

"Gue minta maaf sama elo, Prill!" Prilly semakin tak mengerti.

"Lo apa-apaan sih, gak usah drama king deh. Gue risih." Prilly bergidik. Hito masih menunduk, perlahan tangannya meraih kaki Prilly dan memeluknya.

"Sumpah To, gue ngeri liat lo kayak gini. Jangan gini kenapa sih?" Prilly menarik tubuh Hito agar mau berdiri, tapi pria itu seakan tak memiliki tenaga.

"Gu-gue... gue butuh kekuatan dari elo. Please bantu gue."

"Gila lo! Lo fikir gue dukun apa? Segala kekuatan diminta." Prilly semakin takut dibuatnya, tingkah Hito sungguh diluar kata wajar.

"Bantu gue buat ketemu Yuki." Ucap Hito lirih, tapi selirih apapun itu Prilly bisa mendengar ada rasa bersalah terdengar dari nada bicaranya.

Prilly membatu, entah kenapa perasaan tak enak seakan mengusai hatinya dan jantungnya. Nafasnya yang semula lancaf kini terasa tersendat. Feeling-nya berkata, 'ada suatu hal yang tidak beres terjadi di sini'.

~~~♥♡♡♡♥~~~

Prilly berjalan lunglai, pandangan matanya terasa kosong. Otaknya terus saja memutar ulang percakapannya dengan Hito beberapa waktu yang lalu. Kalau boleh, Prilly memilih untuk tidak percaya, tapi ada daya, kejutan yang tetiba datang itu serasa menghantam kuat ulu hatinya. Kenyataan yang baru saja ia dengar bagaikan sebuah cambukan yang menapar sekujur tubuhnya.

Hampir saja, gadis itu terjatuh, beruntung ada tangan kekar yang menopang tubuh lunglainya.

Prilly mendongak, di depan matanya Ali menatap sendu, penuh tanya. Prilly yang melihat Ali langsung saja menghambur ke pelukan Ali. Di sana, gadis itu menangis, tersedu.

Ali yang tak tahu dengan apa yang terjadi dengan gadisnya mencoba untuk menenangkan, tanpa suara, pemuda Itu mengelus rambut Prilly sayang.

"Kalau dengan menangis bisa buat lo ngerasa lega. Gue bakalan selalu siap jadi orang pertama yang selalu ada buat lo."

Prilly semakin mengeratkan pelukannya. Menumpahkan segala kekecewaan itu di sana. Berharap segala apa yang barusan ia dengar hanyalah bualan kosong yang hanya jadi sebuah suara tanpa fakta.

~~~♥♡♡♡♥~~~

"Makan ya?" Al masuk ke kamar Yuki dengan nampan berisi susu dan makanan.

Yuki menggeleng lemah. Dia masih belum nafsu makan. Melihat Keyla yang masih belum bisa makan, membuat nafsu makan Yuki hilang, meski tak dipungkiri jika sejujurnya perutnya sudah meronta untuk minta diisi.

"Jangan gitu donk, kalau kamu gak mau makan, nanti kamu sakit. Kalo kamu sakit aku yang repot, soalnya harus jagain kamu sama Keyla." Yuki memberengut. Ucapan Al barusan seakan mendeklarasikan jika Al, kekasihnya itu tak mau menyia-nyiakan tenaganya untuk merawat dirinya.

"Lha, kok malah cemberut gitu? Makan ya, aku suapin." Al mengacungkan sendok yang berisi makanan di tangannya ke arah Yuki.

Lagi, gadis itu menggeleng.

Al mengembuskan nafasnya. "Dikit aja ya?" Dia masih belum mau menyerah, pokoknya Yuki harus makan.

"Aku gak laper," ucap Yuki datar.

"Oke... harus pake cara lain kayaknya biar kamu mau makan." Al memasukan sendok penuh makanan itu kemulutnya. Lantas mendekat kearah Yuki.

"Mau ngapain kamu?" Yuki menangkap tanda bahaya dari pergerakan tubuh Al yang semakin mendekat ke arahnya. Apalagi, senyum genit Al membuat Yuki semakin curiga.

"Enggak... aku bisa maka sendiri." Yuki buru-buru menyendok makanan di atas pangkuan Al, dan memasukkan ke mulutnya.

Al memberngut, niat terselubungnya mampu dibaca Yuki dengan sangat baik, gagal sudah suapan cintanya. Al mengunyah makanan yang berada dimulut kemudian menelannya.

Yuki tersenyum nakal kemudian menjulurkan lidahnya ke arah Al yang masih memberengut.

"Mbak... ada tamu." Sarma tetiba datang dan mengagetkan mereka berdua.

Yuki menoleh ke arah Sarma dengan kening yang mengkerut, dan alisnya tertekuk ke dalam.

"Siapa mbak?"

"Kurang tau, kayaknya sih temennya mbak Prilly?"

Al dan Yuki saling tatap, heran. Memang sejak Yuki pergi untuk menghubungi Al tadi dia tidak menemukan Prilly berada di apartement-nya.

"Prillynya kemana mbak?" Ucap Al bingung.

"Kurang tau mas, soalnya mbak saya juga gak liat dari tadi. Itu tamunya gimana?"

Yuki bangkit berdiri. "Biar aku yang temuin mbak. Mbak Sarma tolong jaga Keyla." Sarma mengangguk.

Yuki berjalan keluar kamar di ikuti oleh Al. Langkahnya terhenti, saat dilihatnya seorang laki-laki duduk di sofa depan TV dengan tertunduk.

"Mas cari Prilly?" Yuki bertanya hati-hati.

Pria itu mendongakkan wajahnya, dan menatap Yuki sendu. Yuki membeku di tempatnya. Orang yang saat ini sedang menatapnya adalah, seorang yang dulu merusak hubungan baiknya dengan Sarah. Seorang yang dengan teganya menodai Sarah dan kemudian pergi hilang entah kemana tanpa pesan.

"Hi-Hito."

***

Yosh... akhirnya update juga? Ada yang nunggu ya? Hahhaa... pede banget lu. Sok penting!

Konflik lagi konflik lagi, kapan bahagianya??? Ingat, ada pepatah yang mengatakan 'berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian'. Hahhaa...
Biarin konfliknya kelar dulu semuanya, baru nanti bahagianya....

Thanks to readers yang masih aja setia sama cerita ini. Makasih buanyaklah pokoknya.

Buat alkivers, yukavers, APL, Alicious, Prillivers, Alghazalics dan juga kalian yang bukan penggemar couple ini tapi masih tetep mau baca, terimakasih...

Gak sabar nunggu ending. Yeay!!

Terimakasih buanyak

Continue Reading

You'll Also Like

213K 17.6K 89
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
233K 24.8K 27
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
347K 6.8K 15
DON'T BE PLAGIARISM! Jangan lupa krisar, vote, dan follow ya Isinya one shoot jorok dengan pair jaeyong. (boyxboy, boyp, gs, nano-nano pokoknya) Ada...
64.2K 9.6K 22
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...