Bukk....
"Adwohh!" Prilly yang tengah berjalan sambil membawa tumpukan buku yang menutupi pandangan matanya terjatuh dengan pantat yang mencium lantai, membuatnya merasa kesakitan, apalagi buku-buku yang dibawanya beberapa juga menimpa jidat dan tubuhnya.
Ulah Prilly yang tanpa sengaja menabrak dinding perpustakaan, menarik perhatian beberapa murid yang tengah berada di perpustakaan tersebut, tapi sialnya, tidak ada satu manusia pun yang mau membantunya.
"Apes ini mah!" Prilly menggerutu, sambil mengelus pantat dan jidatnya secara bersamaan.
Menahan rasa sakit, Prilly memunguti buku-buku tebal yang kebanyakan tentang musik klasik itu dengan bibir yang maju 5 centi. Bibir tipisnya tak berhenti komat-kamit karena tangannya juga terasa sakit.
Susah payah, akhirnya Prilly meletakkan bukunya di meja besar yang hanya ada satu manusia dengan kepala tertelungkup di meja.
Prilly sama sekali tidak perduli, hari ini dia harus menyelesaikan tugas dari Miss. Paula, guru sejarah musik klasik yang killer nya minta ampun.
Yuki? Dia sedang bermain cello di ruang musik, mengaransemen musik yang nanti di tunjukan di depan kelas.
Sedang Prilly harus merangkum sejarah salah satu toko musik klasik legendaris, dan mengupas biodatanya secara jelas.
"Semangat Prilly, loe pasti bisa!" Prilly mengepalkan tangannya dan bersuara pelan untuk menyemangati dirinya sendiri.
Serius, Prilly menyalin semua bahan yang diperlukannya ke dalam buku catatannya.
Hingga konsentrasinya terganggu saat ada seorang perempuan cantik meletakkan parcel penuh dengan permen coklat dan gula-gula di samping orang yang tertidur itu.
Ya ampun, gila ya tu cewek! Kasih coklat gak kira-kira, yakin pasti gak mungkin dimakan sama tu orang, kecuali kalau dia pingin langsung kena diabetes.
Batin Prilly sambil menatap perempuan itu dengan wajah herannya.
Perempuan itu menuliskan sebuah pesan di kertas kecil dan menempelkannya diparcel itu, orang yang tertidur itu tiba-tiba terbangun, merasa terganggu dengan aktivitas berisik di sampingnya.
"Hai Ali, ini dari aku, di makan ya? Yaudah sana lanjutin lagi tidurnya" perempuan itu meninggalkan Ali yang tengah menatapnya tajam.
Prilly yang menyadari bahwa orang di depannya adalah Ali, berdecak sebal dan memutar bola matanya malas.
Ali yang merasa ada yang memperhatikan mengarahkan pandangan matanya ke arah Prilly, kemudian menendang meja besar itu. Menimbulkan suara berisik yang langsung menjadi pusat perhatian murid disana.
Prilly yang sedang menulis pun akhirnya menghentikan aktivitasnya, tulisan rapi nya baru saja rusak karena ulah manusia tidak bertanggung jawab di hadapannya,
Prilly menatap tajam ke arah sosok laki-laki menyebalkan di depannya.
Kilatan amarah nampak di manik mata mereka, pandangan tajam mata mereka tidak ada yang mau mengalah, mereka malah justru semakin menajamkan mata, berharap salah satu di antara mereka terbunuh karena ketajaman mata yang mereka miliki.
Belum ada dua menit Ali pergi begitu saja dan meninggalkan parsel yang tadi di berikan untuknya.
Prilly tersenyum penuh kemenangan, selama ini tidak ada yang bisa menatap matanya dalam jangka waktu lebih dari 2 menit, karena bisa dipastikan orang itu akan jatuh cinta padanya.
Padahal Ali pergi karena memang waktu menuntutnya untuk beranjak dari perpustakaan, hari ini adalah jadwal Nikita untuk latihan. Ali tak mau menyia-nyiakan waktu itu hanya untuk meladeni Prilly, lagi pun Ali sedang tidak ada niat untuk bertengkar.
Prilly berdecak sebal saat parsel itu ditinggal begitu saja di meja.
Diraihnya parsel itu dan berlari menghampiri Ali yang sudah berada di luar perpus.
"Eh! Tunggu!" Ali menghentikan langkahnya saat mendengar suara Prilly dari kejauhan, dan membalikkan badannya saat gadis itu berada tepat di belakangnya
"Kenapa?"
"Ni, punya loe kan! Bawa jangan ditinggal di perpus, sayang nanti disemutin" Prilly menyodorkan keranjang parsel itu ke hadapan Ali
"Gue gak butuh! Kalau loe mau ambil aja sono, kalau gak suka buang aja!" Ali baru akan membalik badannya lagi, Prilly meraih lengan Ali dan memindahkan keranjang itu ke tangan Ali.
"Gak usah songong jadi cowok! Belajar hargai pemberian orang! Jangan mentang-mentang loe ganteng trus jadi seenaknya sama cewek" Prilly menaikan nada suaranya, membuat Ali mengembalikan keranjang itu ke tangan Prilly,
Ali tak menjawab apa yang Prilly katakan, dia sudah sangat terlambat untuk melihat Niki.
Prilly baru akan menarik pundak Ali saat laki-laki itu membelakanginya, tapi nasib sial kembali menimpanya.
Tali sepatu converse nya terurai entah sejak kapan, yang pasti akibat tali sepatu kurang ajar itu Prilly jatuh ke bawah tepat di samping kaki Ali, parsel yang dibawahnya pun jatuh membuat coklat dan permen-permen itu berhamburan.
Yang lebih sialnya lagi, Prilly terjatuh dengan kedua tangan yang memegang kaki kiri Ali, membuat Ali reflek menoleh ke arah Prilly yang wajahnya merah padam.
"wah si Prilly kliatannya aja suka tengkar sama Ali, ternyata dia juga salah satu fansnya Ali"
"Ih Prilly ngapain tu nyembah kaki Ali, jangan-jangan dia ditolak Ali terus dia gak trima dan ngemis cinta Ali"
"Prilly ngemis cinta Ali"
Bisik-bisik murid yang lewat di sekitaran depan perpustakaan membuat telinganya panas, Prilly sungguh sangat amat malu.
Wajahnya merah padam seperti tomat masak yang siap petik.
Ali yang mengetahui kejelasan peristiwa jatuhnya Prilly hanya mampu menggaruk tengkuknya dan berusaha membantu Prilly untuk berdiri.
Ayolah, secuek, sejahat, sesongong, dam semenyebalkannya Ali, dia tetep gak tega liat perempuan jatuh dengan posisi yang kurang menyenangkan ini.
Baru saja hendak meraih pundak gadis itu, Prilly menggerakkan tangannya, memberi kode kepada Ali untuk pergi menjauh sebelum rasa malunya semakin menjadi.
Ali dengan kikuk, pergi meninggalkan Prilly yang masih mematung di tempatnya.
Satu tangannya menutupi wajahnya yang memerah.
Pingin marah tapi tidak mungkin, karena kecelakaan yang dialaminya itu akibat kesalahanya sendiri bukan karena Ali.
"Prilly!" Suara Yuki dari kejahuan membuay Prilly mendongak dan menatap Yuki dengan raut wajah sendu,
"Yuki" suara terdengar parau, dia sedang menahan tangisnya agar tidak pecah,
"Elo ngapain tiduran disini? Kayak putri duyung terdamoar loe! Akh, bikin malu aja deh loe! Berdiri yuk" Yuki memapah tubuh Prilly yang terasa kaku,
Seketika Prilly menghentak-hentakkan kakinya saat tubuhnya berada di pelukan Yuki
"GUE MALUUUU !" teriakan Prilly membuat Yuki menutup telinganya,
kebiasaan bener ni mulut mercon kalau teriak-teriak bikin budeg kuping yang denger
Batin Yuki
~~~♥♡♡♡♥~~~
"Arkhhh! Gara-gara tu cewek kuper ni! Niki udah gak ada!" Ali melihat ruang latihan yang biasa dipake Niki kosong, gadis itu pasti sudah pulang.
Padahal hari ini Ali mau mengajak Niki pergi ke suatu tempat yang bagus,
Ali mengepalkan tangannya dan mengeraskan rahangnya,
~~~♡♥♥♥♡~~~
Al, sedang merenung diruangan musik yang biasa dipakainya dengan Ali, ruangan khusus yang memang seperti diperuntukkan untuk mereka.
Bahkan Al dan Ali tak perlu booking tempat jika ingin memakainya.
Padahal tidak ada yang melarang jika ada murid lain Ingin menggunakan ruangan itu, tapi seperti ada coretan tidak tertulis di depan pintu yang menjelaskan bahwa ruangan itu khusus untuk mereka, sehingga membuat murid lain segan untuk masuk ke ruangan itu.
Cinta itu buta dan tuli
Tak melihat tak mendengar
Namun datangnya dari hati
Tidak bisa dipungkiri
Itu benar, memang benar
Cinta itu ruang dan waktu
Tak sekejab harus mau
Al menghentikan petikan gitarnya dan menarik nafas panjang sejenak,
Cinta butuh ruang yang sepi
Tuk mengutarakan hati
Kamu, aku bincang-bincang
Suara berat Al terdengar jelas di ruangan kedap suara itu.
Mengingat seorang gadis cantik yang lugu membuatnya seketika menggalau, hingga tanpa disadari nya jarinya memainkan musik Lagu Galau milik artis anak sulung ahmad dhani yang cukup terkenal itu.
Lagi, hembusan nafas kasar terdengar dari mulutnya yang tipis.
Flashback on
Jogjakarta, 3 tahun lalu
"Elo gakpapa kan?" Al yang saat itu tengah liburan di jogja bersama keluarganya tanpa sengaja bertemu seorang gadis dengan rambut acak-acakan dengan tatapan kosong di pinggir jalan.
"Rumah loe dimana?"
Hening, gadis itu sama sekali tak menanggapi pertanyaan Al, gadis itu mengatubkan rapat bibirnya. Tak peduli dengan suara Al yang terus mengajaknya berbicara
"Gue anter pulang ya? Al menyentuh pundak gadis itu,
Diluar dugaan Al, gadis itu berteriak histeris dan memukul-mukul dada Al yang berisi.
"Al, udah tinggalin aja, orang gila itu pasti!" Ali yang sejak tadi memperhatikan Al berbicara dengan gadis tak jelas menarik tubuh Al, takut jika gadis itu mencakar wajah Al dengan bengis.
"Sarah!" Suara laki-laki dengan wajah khawatir mendekati gadis yang memukul Al itu, kemudian menariknya ke dalam pelukannya.
"Sarah, ini abang sayang. Kamu kemana aja, ayo kita pulang" laki-laki itu mengusap kepala gadis itu dengan sayang, kemudian menatap tajam ke arah Ali dan Al yang tengah saling berpandangan.
"Kalian apain adik saya? Kenapa dia jadi kayak gini?"
"Maaf mas, kita ga kenal sama dia. Tadi kita liat dia lagi ngelamun disini, terus kita tanya, eh dia malah histeris kayak gitu, sumpah mas, kita nggak ngapa-ngapain kok" Al mengangkat tangannya membentuk lambang peace dengan wajah penuh ketakutan.
Laki-laki itu meneliti Al dan Ali dari kepala hingga kaki, membuat Ali dan Al saling merapatkan diri, takut jika tiba-tiba laki-laki itu menyerang mereka.
"Maaf, saya tidak tahu, Sarah, adik saya ini hilang dua hari yang lalu, dan kami bingung mencari, permisi" laki-laki itu meninggalakan Al dan Ali yang mematung di tempatnya.
Flasback off
*****
Cerita ini saya terinspirasi sama film dream high 1 sama heartstrings, makanya ada beberapa part keliatan agak mirip gitu, tapi sumpah, saya gak njiplak, ini semua murni hasil dari pemikiran saya yang idenya muncul tiba-tiba disetiap part.
Tetep ikutin kisahnya mereka ya, jangan lupa vote atau comment.
Terimakasih banyak,