Davendra

By cutesforme_

2.2M 107K 4.1K

•Obsession Series• Dave tidak bisa lepas dari Kana-nya Dave tidak bisa tanpa Kanara Dave bisa gila tanpa Kan... More

AWAL
1•Davendra
2•Davendra
3•Davendra
4•Davendra
5•Davendra
6•Davendra
7•Davendra
8•Davendra
9•Davendra
10•Davendra
11•Davendra
12•Davendra
13•Davendra
14•Davendra
15•Davendra
16•Davendra
17•Davendra
18•Davendra
19•Davendra
20•Davendra
21•Davendra
22•Davendra
23•Davendra
24•Davendra
25• Davendra
26•Davendra
27• Davendra
28•Davendra
29•Davendra
30•Davendra
31•Davendra
32•Davendra
33•Davendra
34•Davendra
35•Davendra
36•Davendra
37•Davendra
38•Davendra
40•Davendra
41•Davendra
42•Davendra
43•Davendra
44•Davendra

39•Davendra

20.7K 1K 128
By cutesforme_

Happy reading

Terdapat kata-kata kasar di setiap chapter⚠️
Adegan toxic, umpatan, pergaulan bebas, toxic relationship ⚠️

Kanara dibuat nyaman oleh Dave. Ia benar-benar diperlakukan dengan baik oleh Dave, seakan ia adalah benda yang rapuh dan gampang jatuh. Dave begitu hati-hati perihal apapun jika menyangkut Kanara.

Sayangnya bahagianya Kanara itu hanya sebentar.

Daven kembali!

Benar-benar kembali.

Kanara terbangun dari tidurnya yang nyaman, ia merasakan seseorang mengusap-usap lembut tangannya. Terdengar senandung kecil dari sang empunya.

"Sudah bangun, sayang?"

Wanita itu melenguh sembari meregangkan otot-otot nya yang terasa kaku. Matanya terbuka sempurna saat melihat sosok Dave tersenyum kearahnya.

Kanara mengangguk kecil yang tanpa sadar membuatnya melewatkan banyak hal, contohnya seperti bola mata Dave yang berubah.

Semenjak hubungan mereka membaik, Kanara bahkan tidak canggung untuk memeluk tubuh yang ia kira Dave sebagai sapaan hangat.

"Sepertinya selama ini Dave membuatmu sangat bahagia, ya?" Suara itu terdengar santai seperti tidak ada apapun namun tersirat makna mengejek didalamnya.

Kanara tertegun, ia menatap tidak percaya.

"Daven..." Lirih Kanara berharap apa yang terjadi sekarang bukanlah kenyataan.

"Do you miss me?" Daven menyeringai, ia hendak mendekap namun sontak Kanara menjauh. "Sudah mulai berani ya," ucap laki-laki itu tajam.

Kanara menggeleng. Dengan gemetar ia terpaksa mendekatkan dirinya kepada pria itu. Kunci menghadapi Daven yaitu menuruti perkataan pria itu, namun tetap saja itu beresiko.

"Peluk aku! Bukankah kamu terlalu jahat hingga membiarkanku merindukanmu?" Mendengar perintah Daven, segera Kanara melingkarkan tangannya di perut laki-laki itu.

Daven tersenyum puas, ia menghirup rakus aroma wanita itu. Ia melayangkan beberapa kecupan ringan di leher wanita itu, sejenak Daven teringat sesuatu. Ada yang hilang.

"Dimana kalungmu Kanara?" Pertanyaan Daven terdengar sangat horor, terlebih laki-laki itu memanggilnya Kanara bukan Nana seperti biasanya.

Kanara panik. "A-aku buka waktu mandi, belum dipakai lagi."

Sial, kalung itu belum ditemukan sejak dibuang oleh Dave tempo hari.

"Aku bilang apa padamu waktu itu hm?" Sorot mata laki-laki itu menajam, siap menerkam Kanara kapan saja.

"Jangan dibuka," cicit Kanara takut-takut.

"Terus kenapa dibuka, Nana?"

Kanara meremas genggaman tangannya, keringat dingin membasahi telapak tangannya. "Gak sengaja," lirih Kanara.

"Ambil, pakai lagi." Perintah laki-laki itu mutlak, tidak bisa dibantah.

Mampus! Kanara bergerak gelisah, bagaimana ia bisa mengambilnya sedangkan kalung itu saja masih hilang. Kanara benar-benar memikirkan nasibnya sehabis ini, apa perlu ia membuat surat wasiat sekarang?

Melihat Kanara yang diam saja membuat Daven tersenyum miring, ia sebenarnya tahu jika kalung itu dibuang dan masih belum ditemukan. Tetapi pura-pura tidak tahu dulu agar membuat wanita itu panik sepertinya menyenangkan.

"Apa tidak bertemu denganku membuatmu tuli, Kanara?" Desis laki-laki itu saat tidak mendapatkan jawaban apapun.

"M-maaf..."

Tangan Daven dengan kurang ajarnya mulai menjalar kemana-mana, tangan besar pria itu menusuk-nusuk perut Kanara dengan menggunakan jari telunjuknya. Kanara menahan napas saat merasakan geli pada perutnya karena ulah pria itu.

"Hm?" Gumam Daven penuh tanda tanya, menyuruh Kanara untuk bercerita apa yang terjadi.

"A-aku lupa naro kalungnya dimana, maaf." Jawab Kanara bohong, tidak mungkin ia berbicara yang sebenarnya kan.

Daven mengangguk percaya, ia bangkit dan keluar kamar sebentar lalu kembali lagi ke dalam kamar dengan membawa laptop miliknya.

"Kamu mau tahu dimana kalungmu sekarang?" Kanara reflek mengangguk meskipun tidak mengerti.

Daven menyalakan laptopnya, entah bagaimana ceritanya muncul video panjang tidak jelas. Di video itu terdengar percakapan dan terlihat jelas pemilik kamera itu tengah berinteraksi dengan siapa.

Astaga. Video itu diambil tepat dari kamera yang berada di kalung yang dikenakan Kanara. Terdengar tangisan Kanara saat kalung itu dilempar jauh, saat itu barulah kamera mulai gelap semuanya. J-jadi selama ini kalung itu memiliki kamera didalamnya?!

Tubuh Kanara benar-benar lemas, ia gemetar hebat. Ia merasa seperti ada sebuah tali yang mengikat kakinya kemanapun ia pergi, seolah-olah tali itu ada untuk menahan setiap gerak geriknya.

"D-daven..." Lirih Kanara seakan tidak mampu untuk berbicara dengan suara normal, bahkan suara nya saja sekarang terasa seperti tersendat-sendat.

"Ketemu!" Ucap Daven dengan senyum yang menghias di wajahnya. Ia menunjukan layar laptop yang kini terdapat lokasi dimana kalung itu berada. "Kalungnya ada di taman, tetapi karena Dave melemparnya terlalu jauh jadi kalung itu berada di dalam semak-semak taman belakang."

"Kamu tahu?" Tanya Kanara lemah, ia kira Daven tidak tahu. Sungguh Kanara benar-benar merasa sangat bodoh. Bagaimana ia tidak menyadari jika kalung itu memiliki kamera dan bahkan memiliki pelacak di dalamnya.

"Aku tahu semua tentang kamu, Nana."

Daven meraih telpon yang terhubung langsung dengan beberapa pelayan dan pengawal kepercayaannya. "Abyasa, tolong temukan kalung milik istri saya. Lokasi rincinya saya kirimkan ke kamu."

Setelah menutup telponnya, Daven kembali beralih menatap Kanara. "Jadi... Apa hukuman yang pantas untuk wanita pembohong dan pembangkang hm?"

Tangis Kanara pecah seketika. Rasa kecewa, takut, panik, dan marah semaunya bercampur menjadi satu. Ia kecewa karena tidak tahu dan tidak menyadari keanehan di kalung itu, ia takut jika membayangkan apa yang akan Daven perbuat padanya, ia panik sebab ketahuan berbohong, dan ia marah karena Daven dengan kurang ajar mengusik habis-habisan privasinya.

"Daven... Gue salah apa?"

"Kenapa lo selalu ngelakuin ini ke gue?"

"Kenapa lo gak kaya Dave yang secinta itu sama gue?"

"Kenapa lo justru selalu menyakiti gue?"

Pertanyaan-pertanyaan penuh emosi itu dilayangkan Kanara. Ia frustasi. Ia benar-benar tidak mengerti mengapa Daven berbuat seperti ini padanya.

Sedangkan Daven hanya menatap Kanara datar. Tidak ada rasa kasihan ataupun bersalah diwajahnya. Memang Kanara pantas mendapatkannya, batin laki-laki itu.

"Kamu mau tahu kenapa?"

"Karena dengan adanya kamu hanya akan membuat Dave semakin lemah, saya benci kamu. Kamu hanya benalu dalam hidup Dave, benalu pantas dibuang kan?"

Daven mengukung wanita itu dengan tubuh besarnya. "Tetapi karena Dave tidak mau membuangmu, aku hanya akan sedikit memberikanmu pelajaran." Bisik Daven memulai pemanasan untuk kegiatannya.

****

Tidak ada drama nangis-nangis di kamar mandi seperti sebelumnya. Kanara benar-benar tidak beranjak dari kasurnya sedikitpun, bahkan saat hari mulai siang ia memilih menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

Daven? Jangan tanya. Laki-laki itu mana peduli padanya.

Daven sudah lebih dulu sarapan dan pergi entah kemana, barulah saat hari mulai terasa panas laki-laki itu kembali ke kamar. Ia menyuruh Kanara untuk mandi tetapi Kanara tidak menjawab apapun, ia masih menutup wajahnya dengan selimut.

"Bangun, Kanara! Pemalas, tidak bisakah kamu berguna sedikit saja?" Daven menarik selimut itu dengan kasar.

Laki-laki itu terdiam saat melihat jejak air mata yang mengering di mata wanita itu. Memangnya dia peduli.

"Pelayan akan membantumu bersiap. Berhenti bersikap manja, tidak ada yang memanjakan mu disini." Setelah mengatakan itu Daven pergi begitu saja dengan menutup pintu secara kasar.

Benar saja, tidak lama pelayan masuk dan membujuk Kanara untuk mengikuti perintah tuannya. Mau tidak mau Kanara menurutinya.

Para pelayan tampak menghela nafas saat membantu Kanara membersihkan diri. Mereka melihat bukti-bukti jika tuan mereka itu tidak memperlakukan istrinya dengan baik, tetapi mereka memilih bungkam karena ada konsekuensinya jika ikut campur.

"Aku harus pake ini?" Tanya Kanara pelan. Ia menatap baju kurang bahan itu dengan tatapan jijik. Dress berwarna hitam ketat dan robek hingga bagian paha, bahkan sedikit terlihat nerawang.

"Tuan muda yang menyuruhnya, Nona." Jawab pelayan itu sungkan.

Kanara tidak menjawab, tetapi ia tetap memakai pakaian haram itu. Belum cukup sampai disitu, Kanara dirias dengan riasan yang cukup tebal dan berani. Sungguh, Kanara benar-benar merasa ia didandani hanya untuk menjadi hiburan pria itu.

Kanara mengepalkan tangannya. Sialan, ia benci hidupnya saat telah mengenal laki-laki bernama Davendra itu. Mereka dua orang yang sama, sama-sama membuat hidupnya menderita.

TBC

sorry guys up lama, kebetulan kemaren abis seleksi Alhamdulillah dpt kabar baik hehe, smoga kedepannya lebih baik dehh

aku pgn cepet² beres ini, biar bisa publish ceritanya Devina

Tim Daven atau Dave?

Kalau tim Dave, alasannya?

Kalau tim Daven, alasannya?

Sorry for typo

Seee uuuuu

Continue Reading

You'll Also Like

755K 12.6K 21
Megan tidak menyadari bahwa rumah yang ia beli adalah rumah bekas pembunuhan beberapa tahun silam. Beberapa hari tinggal di rumah itu Megan tidak me...
941K 76.3K 48
Zulleon Corner, seorang pemuda yang terobsesi pada seorang gadis yang menghentikan aksi bunuh dirinya. Awalnya ia mengira, dirinya hanya merasakan ke...
1.5K 311 11
WARNING!! Cerita ini mengandung: -kekerasan fisik &mental -banyak kata kata kasar bertebaran -mengandung bawang juga pastinya -bucin nya juga ada jad...
357K 31.2K 73
Romance - Teenfiction - Religi [TELAH DITERBITKAN] Akankah obsesiku membawaku untuk mencintai Tuhanmu dan Tuhanku? Aku cemburu kepada-Nya. Karena cin...