Davendra

By cutesforme_

2M 98.3K 3.6K

Dave tidak bisa lepas dari Kana-nya Dave tidak bisa tanpa Kanara Dave bisa gila tanpa Kanara Dave tidak suka... More

AWAL
1•Davendra
2•Davendra
3•Davendra
4•Davendra
5•Davendra
6•Davendra
7•Davendra
8•Davendra
9•Davendra
10•Davendra
11•Davendra
12•Davendra
13•Davendra
14•Davendra
15•Davendra
16•Davendra
17•Davendra
18•Davendra
19•Davendra
20•Davendra
21•Davendra
22•Davendra
23•Davendra
24•Davendra
25• Davendra
26•Davendra
27• Davendra
28•Davendra
29•Davendra
30•Davendra
31•Davendra
32•Davendra
34•Davendra
35•Davendra
36•Davendra
37•Davendra
38•Davendra
39•Davendra
40•Davendra
41•Davendra

33•Davendra

16.8K 940 81
By cutesforme_

Happy reading

Terdapat kata-kata kasar di setiap chapter⚠️
Adegan toxic, umpatan, pergaulan bebas, toxic relationship ⚠️

"Buat apa lo ngelakuin ini semua, Daven?"

Daven mengangkat bahu acuh tak acuh, ia tersenyum miring. "To tell that weak man that you're mine, perhaps?"

"Siapa?" Tanya Kanara tidak mengerti. Pria lemah? Siapa itu?

"Dave. Selain itu, saya butuh wanita untuk menghasilkan keturunan, pria tua bangka itu sangat merepotkan, astaga." Keluh Daven seolah tidak ada beban, dan jangan lupakan kosakata pria itu yang sangat plin-plan, terkadang menggunakan saya dan kadang juga menggunakan aku.

"Gue gak ngerti dan gak tahu apa yang lo maksud. Pertanyaan gue, kenapa harus gue?" Tanya Kanara jengah.

"Kenapa? Seharusnya kamu senang karena yang akan menikahimu adalah laki-laki yang mencintaimu." Tukas Daven kelewat santai.

"Sayangnya yang mencintai gue itu Dave, bukan si brengsek yang ada di depan gue ini." Balas Kanara sengit, menatap nyalang pria di hadapannya.

Mendapati tatapan maut dari Kanara, anehnya Daven justru tertawa meremehkan. "Lalu? Kamu berharap saya mencintai kamu juga?"

Kanara meneguk ludah. Bagaimana ia bisa mengatakan hal yang memancing pria itu untuk meremehkannya.

Tatapan itu, tatapan meremehkan dan angkuh yang sembunyi dibalik bola mata hazel yang sempat Kanara abaikan. Harusnya sedari awal Kanara sadar jika bola mata Dave itu berubah, ia harusnya sadar kalau sedari awal bukan lagi Dave yang mengambil alih. Sialnya, Kanara terlambat menyadari hal itu.

Melamun menjadi pengalihan Kanara hingga ia tidak sadar kalau mereka sudah sampai di rumah Kanara. Daven justru mengantar Kanara ke rumah gadis itu, bukan ke apartemen seperti biasanya.

Kanara baru tersadar saat pintu dibukakan oleh pria itu. Sial, tingkahnya terlalu manis untuk menutupi kedok brengseknya.

Gadis itu melirik ke arah tangan Daven yang sudah bertengger manis di bahunya. Sandiwara di mulai lagi.

"Selamat malam... Tante, Om." Sapa Daven tersenyum ramah, satu kesamaan antara Dave dan Daven yakni sifat manipulatif pria itu. Ia bisa terlihat seperti orang yang benar-benar hangat dan penyayang.

Mama Kanara tersenyum membalas. "Kok baru pulang sekarang? Abis dari mana aja emangnya?" Tanyanya.

"Tadi Kanara saya bawa jalan-jalan dulu, Tante. Saya minta maaf gak izin dulu."

Mama Kanara menghampiri anak gadisnya, ia menggenggam tangan putrinya dengan tatapan yang Kanara sendiri tidak tahu apa artinya. Entah apa maksud Mama nya, Kanara tidak mengerti. Yang pasti, ada sesuatu.

"Gak apa-apa, Nak Dave. Kana pasti capek, istirahat dulu ya?" Ajak Mama Kanara mengambil alih rangkulan Daven, kini ia yang merangkul putrinya.

Daven yang melihat sikap calon Mama mertuanya itu hanya tersenyum penuh arti.

"Yah, tapi saya mau ngobrol-ngobrol sebentar dengan Kanara, Tante. Lagipula tadi tidak ada kegiatan yang terlalu membuat Kanara capek kok."

Daven menoleh saat Papa Kanara ikut berbicara. "Kanara biar istirahat dulu aja. Saya mau bicara dengan kamu, Dave."

Laki-laki yang dipanggil Dave itu mengangguk sungkan, senyum masih tak pudar di bibirnya. Ternyata cukup menyenangkan berpura-pura menjadi Dave. "Tentu, Om." Jawabnya dengan senang hati, membiarkan Kanara bersama sang ibu.

Mama Kanara tersenyum lega, ia segera membawa Kanara ke kamar gadis itu.

"Kana, Maafin Mama..." Mendengar perkataan Mamanya, Kanara sontak memalingkan wajahnya.

"Kenapa, Kenapa Mama setuju Kanara nikah sama dia?" Tanya Kanara parau, energinya sudah cukup terkuras habis hari ini.

Mama menggeleng, matanya berkaca-kaca. "Mama gak tahu, begitupun Papa. Mama baru tahu waktu kamu bilang tentang surat perjanjian itu. Sebelumnya, perusahaan pernah mengalami penurunan drastis dan tiba-tiba Dave menawarkan untuk memberikan bantuan. Awalnya Papa gak langsung terima, ia menawarkan keuntungan untuk Dave jika perusahaan sudah kembali normal. Dave menerima, mereka tanda tangan surat perjanjian. Tapi yang Papa tahu, surat perjanjian itu gak ada sangkut pautnya sama kamu, Kana."

Kanara mengepalkan tangannya mendengar cerita sang ibu. "Jadi surat perjanjian itu palsu?"

Mama Kanara menghembuskan nafas. "Secara tidak langsung, iya."

"Kalau begitu, aku bisa membatalkan pernikahan ini, Ma. Belum terlambat karena pernikahannya masih dua Minggu lagi." Ucap Kanara lega, ada sedikit harapan untuk dirinya.

Alasan Kanara tidak melawan cukup sederhana, karena surat perjanjian itu berhubungan dengan perusahaan keluarganya. Tidak mungkin Kanara menghancurkan perusahaan demi dirinya.

Mama menggenggam tangan Kanara, memberikan kekuatan pada putrinya. Gelengan kepala dari sang ibu membuat Kanara tidak mengerti. "Jangan, Nak. Semua sudah dipersiapkan, meskipun undangan belum disebar tapi media sudah mengetahui rencana pernikahan kalian. Itu akan membuat malu dua keluarga, terlebih keluarga Dave yang jauh berkuasa diatas kita."

"Malu? Mama mikirin malu?!" Kanara melotot tidak percaya, ia melepaskan tangannya dengan kasar.

"Hidup aku dipertaruhkan disini Ma! Aku lebih baik nanggung malu daripada harus seumur hidup sama laki-laki itu!" Nafas Kanara memburu menandakan emosi yang siap meledak.

"Kana, dengerin Mama. Kamu udah kenal Dave dari dulu kan? Setahu Mama... Dave baik, kalian udah kenal satu sama lain. Meskipun caranya salah, tapi gak ada salahnya untuk kamu coba terima pernikahan ini." Ucap Mama dengan suara tercekat saat mengatakan pria itu adalah laki-laki baik. Ada yang disembunyikan disana.

"Enggak, Kana gak pernah benar-benar kenal Dave! Mama tega nyuruh Kana untuk terima pernikahan ini? Apa sih yang Dave kasih buat Mama? Bilang sama Kana Ma! Bilang!" Kanara terisak sembari mengguncangkan tubuh Mamanya, ia mendesak Mama untuk berkata jujur.

Kanara tidak pernah benar-benar mengenali pemilik tubuh Davendra itu. Karena sosoknya tidak hanya satu, melainkan dua sosok berbahaya yang Kanara sendiri tidak mengenalinya.

"Ma, Kana gak mau..." Parau Kanara beberapa kali namun tidak di dengar oleh Mama nya.

"Ma, tolong... Kana gak mau nikah sama dia. Kana mohon, bantu Kana, Ma."

Berulangkali Kanara memohon untuk menolak, namun respon Mamanya terlihat tidak peduli.

Mama Kanara memalingkan wajahnya, ia menghela nafas dan menatap tegas sang anak. "Kana, dengar. Mama cerita ini ke kamu bukan berarti Mama mau kamu batalin acara pernikahan kalian. Bagaimanapun caranya, kalian memang akan menikah. Jadi jangan ngelakuin hal nekat sampai pernikahan berlangsung. Paham, kamu?" Gea —Mama Kanara memegang bahu putrinya, ia memberikan pemahaman dengan tegas.

"Aku gak mau! Kemana Mama sama Papa yang selalu belain aku? Semenjak kalian kenal Dave, kalian cuma bisa banggain Dave di depan aku! Cih, Dave pasti udah cuci otak Mama dan Papa."

"Ma, please... Percaya Kana, Dave itu gak sebaik yang kalian kira." Lirih Kanara menatap Mamanya, berharap Mama nya percaya. Kanara meraih lengan Mama, ia meremas genggaman tangan itu dengan erat.

"Kana, cukup. Ini demi kebaikan kamu. Mama mau kamu nurut dan gak banyak tingkah sampai pernikahan kalian. Mama gak pernah minta kamu apa-apa kan? Sekarang kamu turutin kemauan Mama." Gea menghempaskan tangan Kanara hingga gadis itu terdiam kaku.

Wanita yang telah melahirkannya itu bangkit, meninggalkan Kanara yang masih terdiam menunduk, sangat menyedihkan.

"Kalau akhirnya Mama cuma nyuruh Kana untuk terima pernikahan ini, kenapa Mama harus jelasin soal surat perjanjian palsu itu?" Tanya Kanara dengan suara bergetar, ia masih berharap Mama akan membelanya.

Mama terdiam cukup lama, ia menatap datar putrinya. Bagaimanapun ia harus menguatkan hatinya, karena ini adalah yang terbaik untuk Kanara.

"Biar kamu gak salah paham."

****

Pintu kembali terbuka, Kanara kira yang datang adalah sang ibu. Ternyata harapannya pupus saat melihat sosok pria yang mengambil alih pusat hidupnya masuk ke dalam kamarnya.

Daven menatap seisi kamar Kanara sambil mengangguk-angguk. "Kamar kamu gak berubah, cukup bagus meskipun sedikit norak."

Terserah. Kanara sudah tidak peduli. Padahal kamarnya bernuansa coklat dan ada lukisan pohon, kesan alam yang asri melekat pada kamarnya. Kamar ini memang tidak pernah di renovasi sejak ia meminta dibuatkan tema kamar dengan nuansa alam saat ia berumur sepuluh tahun. Norak tidak cocok untuk kamar ini, benar-benar selera yang buruk. Maki Kanara kepada pria itu.

"Keluar." Ketus Kanara malas berinteraksi lebih banyak dengan Daven, hanya akan menguras emosi saja.

Daven mengangguk santai. "Aku hanya ingin memberikan salam perpisahan. Setidaknya sampai acara pernikahan kamu bisa sedikit terbebas karena aku tidak akan mengunjungimu."

Ah, Kanara mengerti sekarang. Daven akan berbicara aku-kamu jika sedang berdua, dan jika sedang ada orang lain pria itu akan berbicara saya-kamu.

"Gue gak peduli."

"Aku anggap kamu peduli, Nana." Daven mendekat yang refleks membuat Kanara mundur menjauh.

"Lo gak perlu sentuh-sentuh gue kalau gak ada orang lain."

"Orang lain? Aku menyentuh kamu kapanpun aku mau, Nana." Daven masih berusaha mendekati Kanara, ia dapat merasakan kegugupan gadis itu.

Tangannya terulur ke arah dada atas gadis itu, melihat tatapan Daven ke arah dadanya, sontak Kanara menghempaskan tangan pria itu.

"Jangan macem-macem ya, Lo!" Sentak Kanara merasa tidak nyaman dengan tatapan pria itu.

Namun Daven justru mengerutkan keningnya, ia terkekeh geli. Ternyata Daven hanya mencoba meraih liontin kalung yang melingkari leher Kanara.

"Sepertinya kamu yang mau macam-macam," senyum jahil terulas dengan kurang ajarnya.

Pipi Kanara merona seketika, sialan.

"Kalung ini... Daven, bukan Dave. Kamu mengerti Nana?" Tekan Daven menegaskan sembari memegang bahu Kanara.

TBC

aku usahain up cepet yaw

Kalau lupa alur, boleh dibaca part sebelumnya yaa

vote&komen

Sorry for typo

See uuuuu


Continue Reading

You'll Also Like

153K 10.8K 19
Sequel of Fake Nerd and Possessive Boy *** Arvin Evano Ferour, putera sulung Fian dan Abby. Sosok badboy yang digandrungi banyak kaum hawa. Ketua gen...
1.9M 129K 87
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 🚫Banyak adegan kekerasan, perkataan kasar, bijaklah dalam membaca. Seorang gadis kelahiran Indonesia terpaksa pergi ke Ital...
746K 55K 31
"Kau istriku!" kata laki-laki itu dengan tegas. Ia mengcengkeram tangan Gesya dengan kuat. "AKU BUKAN ISTRIMU, TUAN!" Gesya meronta. Start 12 April 2...