Snow White's an Extra [END]

By Harefa_Halu

344K 38.9K 964

'Snow white', semua orang tahu dengan dua kata itu. Sebuah film animasi yang menceritakan gadis yang sangat c... More

β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 1
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 2
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 3
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 4
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 5
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 6
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 7
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 8
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 9
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 10
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 11
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 12
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 13
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 14
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 15
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 16
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 17
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 18
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 19
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 20
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 21
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 22
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 23
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 24
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 25
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 26
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 27
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 28
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 29
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 30
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 31
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 32
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 33
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 34
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 35
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 36
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 37
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 38
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 39
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 40
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 41
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 42
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 43
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 44
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 46
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 47
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 48
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 49
β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 50 [𝐄𝐍𝐃]
❄ Bonus Part ❄
❄ Bonus Part ❄
❄ Bonus Part ❄
❄ Bonus Part ❄

β„π“Ÿπ“ͺ𝓻𝓽 45

4.8K 600 18
By Harefa_Halu

𝕾𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝕸𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆
____________o0o_____________





Aruna menatap datar kegiatan putrinya yang sedang mengelus perutnya yang mulai membuncit ke depan. Wanita itu terus memperhatikan setiap pergerakan Tamiya di halaman samping rumah mewah mereka, melalui jendela kaca yang menyorot keluar.

Aruna, ia meletakan gelas kecil berhak itu di atas meja. Tubuhnya sedang bersantai di mini bar untuk menikmati pemandangan sore hari dengan beberapa gelas minuman beralkohol. Sejak kematian suaminya, wanita itu menguasai seluruh aset yang ditinggalkan pria itu tanpa pamit.

"Nyonya"

Aruna memutar kursinya. Sesosok tegap yang dulunya menjadi asisten pribadi sang suami kini berpindah mengabdi padanya.
"Bagaimana?", tanya wanita itu sambil membelai botol anggur fermentasi itu dengan pelan.

Bernard, pria berumur 28 tahun itu membungkuk dengan penuh hormat. Sikapnya yang demikian memperlihatkan bagaimana profesionalnya dirinya saat bekerja.
"Semua harta benda almarhum Tuan Tyreese sudah berpindah nama atas nama Anda sesuai apa yang Anda inginkan", ujarnya.

Aruna tersenyum tipis lalu melirik kembali ke arah luar.
"Tamiya tidak tahu kan?", tanyanya.

"Tidak Nyonya, Nona Muda tidak tahu apa-apa tentang semua ini. Bahkan Nona tidak tahu menahu jika sebelumnya harta milik Tuan Tyreese atas namanya", jawab Bernard.

"Bagus", ujar Aruna. Dengan anggunnya wanita itu menungkan wine ke dalam gelas baru, dan menyodorkannya pada sang asisten.

"Duduklah dan nikmati ini bersamaku. Kamu telah berhasil membuatku senang hari ini", celetuk Aruna mengarahkan matanya pada kursi kosong di sampingnya.

Dengan ragu Bernard duduk di samping sang majikan. Tangannya terulur menyambut gelas yang disodorkan Aruna. Mereka sama-sama menenggaknya berkali-kali hingga tanpa diduga sang Nyonya mendaratkan tangannya untuk mengelus paha berbalut celana kain panjang itu.

Bernard menatap Aruna yang juga sedang menatapnya dengan bola mata memerah. Hingga persekian detik bibir keduanya bertemu. Dan dibalik suasana akan aura panas itu, sang asisten tersenyum miring.

"Kita lanjutkan di kamar", bisik Aruna di leher kokoh asistennya. Keduanya melangkah tergesa ke dalam kamar tamu yang paling dekat dengan mini bar tersebut.

Dan mereka sama sekali tak melihat mata nanar yang menatap aktivitas mereka secara langsung. Tamiya, gadis itu membengkap mulut dengan tubuh mematung di depan undakan tangga. Ia baru saja akan kembali ke dalam kamarnya namun naasnya ia malahan dihadangkan dengan perlakuan sang Ibu.

Ia menutup telinganya untuk menghalau suara menjijikan di ruang tamu. Gadis itu menunduk sambil menatap kedua kakinya beralaskan sandal bulu. Tamiya meremas ujung bajunya.

"Maaf Ma", lirihnya. Dan benar saja, gadis itu berlari ke belakang rumah. Ia menatap tombol yang melekat di dinding.

Clik

Saat ia menekannya. Aliran listrik yang ada di rumahnya langsung berhenti.
"Maaf Ma, Tami mulai ragu sama Mama", bisik gadis itu.

Tamiya kembali berlari namun kini lebih cepat dari sebelumnya. Gadis itu menaiki tangga terburu-buru takut rencana yang beberapa hari lalu ia tunda karena ragu akan terbongkar. Dengan matinya aliran listrik di rumah, CCTV akan mati dan ruangan yang selalu dilarang untuknya masuk bisa terbuka. Karena otomatis pin di pintunya tidak akan berfungsi lagi.

Tamiya menatap ragu pintu hitam di depannya. Sudah sejak lama ia penasaran dengan pintu itu. Jangankan untuk masuk, berdiri di depan pintu ini saja langsung memancing amarah sang Mama.

Apakah dengan masuk ke sini semua keraguan dalam dirinya terjawab sudah? Ya semoga saja.

Tamiya membukanya. Dirinya agak kesulitan karena lampu sudah padam. Dengan bantuan flash ponselnya, gadis itu menyingkap tirai tebal hingga cahaya di luar sana menyeruak masuk.


Yang yang ia lihat dari sini hanyalah ruangan hampa. Tapi tidak dengan dinding-dindingnya yang penuh dengan foto-foto seorang.... Apa?!  Libra?!

Tamiya takut. Ada apa ini? Ibunya? Kenapa ibunya mempunyai foto lelaki pujaannya sebanyak ini? Lututnya bahkan langsung melemas saat ia baru sadar jika lantai yang ia pijak penuh dengan coretan cat.

'MILIKKU!'

Tamiya menggeleng mundur beberapa langkah.
"Nggak, hahaha nggak mungkin. Mama nggak mungkin suka sama Libra hahaha nggak bakalan mungkin", ujarnya.

"Obsesi?", tambahnya saat sebuah kata muncul tiba-tiba di otaknya.

Baru saja ia ingin berlari keluar, tapi kakinya tak sengaja menendang sebuah kunci yang tergeletak begitu saja di atas lantai. Pelan-pelan Tamiya berjongkok agar tak menyiksa perutnya. Ia meraih benda itu lalu menatap sekeliling mencari keberadaan lubang yang bisa membuka jawaban lebih lanjut.

"Pasti ada di sekitar sini", gumamnya. Ia berdiri, berkeliling menatap semua dinding. Tangannya tak tinggal diam, ia mengelus-elus permukaan dinding bercat putih itu. Namun matanya sedikit terpaku saat mendapatkan foto yang sedikit berbeda dari ribuan foto di dalam ruangan ini.

Tamiya merasa aneh. Siapa wajah yang mirip Libra di dalam sana. Bentukan foto sebesar telapak tangan yang tampak kusam itu menandakan jika ia sudah ada beberapa tahun atau puluhan? Gadis itu menariknya dari dinding. Ia membolak-baliknya namun tak menemukan apa-apa. Tapi saat ia berniat mengembalikannya, dirinya termangu melihat lubang tempat dimana foto itu tertempel.

Tamiya memasukan kunci itu dan memutarnya berlawanan arah dengan jarum jam.

Clik

Tamiya terpaku karena lubang kecil tadi adalah yang ia cari-cari. Ia membuka benda persegi yang menyatu dengan dinding secara cepat. Matanya langsung disambut dengan sebuah buku diary milik Aruna?

Gadis itu membukanya sambil mendudukan diri di atas lantai. Lembaran pertama berisi coretan tangan persis milik sang ibu.

'Mengesalkan sekali, Stevin lagi-lagi menolakku hanya karena Liqa teman baiknya!'

Walaupun Tamiya tak tahu menahu dengan orang-orang yang disebut-sebut Aruna dalam diarynya, namun ia tetap membalik halaman selanjutnya.

'Mereka menikah?! Kenapa Liqa selalu lebih unggul satu langkah dariku? Rencanaku? Kenapa semuanya selalu gagal!'

Tamiya membalik lagi.

'Dan pada akhirnya dia meninggalkan aku. Liqa, kau sangat licik! Kau membawa suamimu menjauh dari jangkauanku! Aku benci kau!'

Lagi, Tamiya membalik lagi.

'Aku frustasi. Aku menginginkan Stevin. Aku kira rencanaku memancing dia kembali ada gunanya. Aku menyesal menyerahkan diriku pada bajingan-bajingan itu jika semuanya tidak berguna! Dia tetap tak kembali'


'Aku hamil'

Tamiya mematung.
"Jangan bilang? A-pa benar yang dikatakan para begal itu?", bisiknya ketakutan. Ia mengingat kembali kejadian saat ia dilecehkan oleh pria-pria kurang ajar.

'Hah lengkap sudah. Aku ketahuan hamil dan mereka menjodohkanku dengan bajingan gila yang meniduri hampir semua teman kelasku saat masih sekolah. Lihatlah, bahkan bajingan itu berhasil menanam bibitnya ke perut sahabatku. Sayang sekali sahabat baikku harus bunuh diri karena tahu aku dan ayah dari anaknya akan menikah. Bajingan itu, dia bahkan menelantarkan anaknya dari sahabatku. Vansel, semoga saja nama pemberian bajingan itu dapat menyadarkannya, jika ia pernah memiliki putra dengan nama yang sedikit langka'


"Nggak mungkin? Nggak-nggak, nggak mungkin Vansel yang gue kenal", bisik gadis itu meyakinkan diri sendiri walaupun itu tak berguna. Dengan tangan bergetar, ia membalik halaman selanjutnya.


'Tamiya, aku memberi nama itu asal-asalan. Walaupun dia sangat cantik, tapi dia mengingatkanku akan masa lalu gila itu. Setiap aku menatap matanya, aku merasa jijik. Anak itu harusnya tak ada. Namun tak apa, bajingan itu menginginkan gadis itu. Bukankah ia berguna juga untuk melancarkan aksiku?'



'Senang sekali aku menemukan dia. Dia jiplakan Stevin. Namanya Libra, dia sangat tampan seperti ayahnya. Aku harus memilikinya'

'Aku rasa aku benar-benar gila. Tidak apa aku dicap ibu tak punya hati karena menjadikan putrinya sebagai alat. Hari ini, aku menyuruh para begal-begal dulu untuk memperkosanya'

'Libra menyukai Tamiya dan otomatis ia akan menjadi pahlawan yang menolong gadis itu. Mereka akan menikah namun suatu saat aku akan mengambilnya. Dan anak gadisku itu akan aku serahkan pada bajingan itu. Rencanaku harus mulus, apapun caranya. Aku tidak mau kehilangan dia seperti aku kehilangan Stevin'

'Hah gagal lagi. Namanya Zoia, sepertinya dia ingin bermain-main denganku. Semua rencana yang sudah aku susun rapi hancur tak berbentuk. Gadis itu, dia sama seperti Liqa. Dia merebut Libraku dan menjadi istrinya. Harus aku apakan kau sialan? Apa aku harus melakukan sesuatu seperti aku melempar tubuh Tamiya untuk digagahi? Dengan itu mungkin Libra akan meninggalkanmu'

'Gadis bodoh! Kenapa susah sekali membunuhmu? Tapi lihat saja, kau akan mati tersiksa, itu janjiku!'

"Sudah puas menggali kisah hidupku sayang?"


Jder!

Tamiya mematung. Air wajahnya tampak takut saat ia melihat sosok yang telah melahirkannya berdiri di daun pintu.

Aruna tersenyum miring, ia berjalan dengan anggun dan berjongkok di depan anaknya.
"Aku rasa kamu sudah melewati batasanmu anak manis", bisik wanita itu.



Bibir Tamiya keluh. Namun tak dapat dipungkiri jika dadanya sesak. Ibunya yang selalu ia sayangi? Kenapa rasanya sesakit ini?

"M-Ma", lirihnya.

Aruna tertawa kecil lalu menjambak rambut anaknya.
"Harus aku apakan kamu? Padahal tadi Mama tidak berniat melakukan sesuatu walaupun kamu tak berguna lagi. Tapi sepertinya Mama berubah pikiran melihat kamu yang sangat lancang"

"Maaa s-sakit", rintih Tamiya.

"Mama terpaksa harus melakukan sesuatu karena kamu telah mengetahui sisi lain Mama. Kamu tidak akan pernah bisa menghirup napas tenang setelah ini sayang", ujar lembut Aruna yang langsung menyeret tubuh sang anak dengan kasar.


Tamiya menangis berusaha melepaskan diri. Namun sayangnya kekuatannya yang lemah efek mengandung membuatnya tak bisa melawan. Dan pada akhirnya ia tidak tahu kenapa ia bisa mengeluarkan sebuah lirihan tanpa sengaja.
"Zoia, tolong"





____o0o____

13 Februari 2023

Continue Reading

You'll Also Like

1M 17.3K 27
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
1.9M 191K 79
Fayyana Shakira, gadis cantik yang suka membaca novel. Suatu hari, rumah nya mengalami kebakaran dan ia dinyatakan tewas. Bukan nya pergi ke alam ba...
469K 53.5K 44
10 tahun yang lalu Hanna merupakan murid nakal yang suka mengganggu anak lain. Ia tidak memiliki banyak teman. Karena Hanna merupakan seorang bully d...
380K 32.6K 66
Kyra Ayu Semesta tiba-tiba terbangun di tahun 2040 dan mendapati dirinya telah menikah dengan Daren Edward Angkasa, cowok yang ia benci. Cowok yang t...