King of the Cruelty

Від ShinyAlph

694K 121K 10.8K

(Fantasy - Romance) Afsheen mendapat pesan dari unknown email yang berisi sebuah link. Karena penasaran, ia m... Більше

P R O L O G U E
I. Crash
II. Escape
III. Riding
IV. This is real
V. Prisoner
VI. My Name is Estella
VII. The hand of Keigher
VIII. Dinner
IX. I got played
X. Kidnapping
XI. Mistake
XII. Be Hostage
XIII. Rescue
XIV. Return
XV. Unexpected
XVI. Father
XVII. Home
CAST
XVIII. Same thing
XIX. Intruder
XX. Threat
XXI. Embarrassed
XXII. Bring me!
XXIII. Sheena
XXIV. Obsessive
XXV. Who is the real?
XXVI. Valley
XXVII. Aphrodisiac
XXVIII. Mine
XXIX. Marriage Proposal
XXX. Reason for refusal
XXXI. Miracle
XXXII. Ally
XXXIII. Doubt
XXXIV. When we first met
XXXV. Flashback
XXXVI. Flashback (2)
XXXVIII. Is It Funny?
XXXIX. Here
XL. Too Late
SPECIAL PART : Past Life
SPECIAL PART : promise of peace
SPECIAL PART : Simulation of living together

XXXVII. Attack

12.8K 1.8K 313
Від ShinyAlph

Keigher memalingkan wajah, berdiri sepenuhnya sambil mengulurkan tangan ke depan wajah gadis yang senantiasa berjongkok. “Itu hanya mimpi.”

Afsheen menelengkan kepala, menatap Keigher yang masih memalingkan wajah ke samping, sebelum menerima uluran tangannya. Dia tidak dapat melihat betapa dingin ekspresi Keigher saat ini. Mengedikkan pundak tak acuh, Afsheen mengekeh. “Siapa tahu.”

Tangan Keigher mengerat. Alih-alih mempertahankannya, Keigher berbalik memeluk pinggangnya dengan tangannya yang bebas membersihkan surai Afsheen yang dipenuhi rerumputan kering. “Dari mana kau tahu aku di sini?”

“Mimpi.”

Entah kenapa Keigher merasa Afsheen sengaja menyudutkannya dengan mimpi yang baru dia dapatkan. Benar saja, saat berjalan bersama menuju istana sambil bergandeng tangan, Keigher mendengar pertanyaan tanpa beban dari wanita itu.

“Jadi, Yang Mulia. Saat melihat Nona Estella, apakah anda merasakan getaran dalam dada anda yang sangat menyenangkan?” Belum sempat pria itu menjawab, Afsheen melanjutkan pertanyaannya, “Lalu anda merasakan ketertarikan dan berpikir, 'wanita, kau berhasil menarik perhatianku'.”

Ekspresi Keigher tidak berubah. “Kau sedang mengarang cerita romansa?”

“Seratus untuk Yang Mulia,” kata Afsheen masam.

Langkah Keigher terhenti dengan sebuah suara bersemangat memenuhi pikirannya. “Seratus untukmu! Ternyata kau pintar juga.

“Untuk apa aku mendapat seratus?”

Pertanyaan Keigher yang tiba-tiba setelah keheningan yang panjang membuat Afsheen cukup aneh. Meski demikian, perasaan itu tidak menghentikannya untuk menjawab. “Itu artinya saya memberi anda apresiasi seperti seorang guru yang memberikan nilai penuh untuk murid yang berhasil menjawab dengan benar.”

“Kenapa tidak lebih dari seratus?”

Sudut bibir Afsheen terangkat. “Karena yang lebih dari seratus adalah cintaku untuk Yang Mulia.”

Keigher diam, menatap Afsheen lekat beberapa saat sebelum ujung bibirnya melekuk membentuk senyum cemoohan. “Bodoh,” sindirnya pelan lalu berjalan meninggalkan Afsheen yang tercengang.

“Bodoh?” gumam Afsheen mengulang perkataan Keigher dengan mata melotot namun tidak dapat melihat sudut bibir Keigher yang terangkat kecil.

***

Afsheen terjebak di dalam kereta kuda. Dia bertopang dagu di jendela, menatap pemandangan yang berubah-ubah dengan tatapan kosong. Terkadang dia masih merasa semua ini adalah mimpi, namun dia selalu disadarkan dengan rasa sakit fisik, membuat ia tidak dapat menyangkal bahwa ini kenyataan.

Lajur kisah antara Keigher dan Estella pun sudah sangat menyimpang—ya, lagi pula itu salahnya karena terlalu sering berada di sisi Keigher. Mungkin itulah salah satu faktor pria itu jatuh cinta padanya. Dari yang Afsheen baca, cinta bisa berasal dari rasa benci yang mana sangat cocok dengan hubungan mereka di awal.

Helaan pelan keluar dari mulutnya. Saat ini Afsheen dalam perjalanan kembali menuju rumah Sheena untuk mengunjungi makam ibunya sebelum pernikahan berlangsung. Kaisar bejat itu sangat tidak sabar menikahinya sehingga mendadak menetapkan tanggal pernikahan dalam waktu dekat!

“Sial, bokongku sakit!” ringis Afsheen sembari mengusap bokongnya yang telah menduduki kursi selama setengah hari lamanya. Afsheen awalnya berniat tidur agar tidak begitu lama merasakan perjalanan panjang ini. Namun jalan yang tidak mulus karena banyaknya bebatuan menghalangi Afsheen berkonsentrasi untuk tidur. Suasana Afsheen pun menjadi turun.

Ketika sedang merutuk tiada henti akan nasibnya yang menyedihkan dan merindukan kasur di kamar istana yang nyaman, kereta kuda yang ia tempati bergetar karena dorongan.

“Nona! Kunci jendela dan tetaplah di dalam kereta!” teriakan komandan prajurit yang mengawal perjalanannya membuat Afsheen melebarkan mata dan siap siaga.

Jendela di sisinya masih terbuka lebar. Afsheen meremas tangannya, mengulurkan tangan untuk menutup jendela. Sebelum menarik jendela, dia memberanikan diri melirik sekitar. Namun jantungnya berdebar keras melihat pertumpahan darah di hadapannya. Tubuh seorang prajurit terbang ke arahnya, membuat mata Afsheen melebar dan buru-buru membanting jendela tertutup.

Tak lama kemudian kereta terbentur keras, membuat wanita itu menutup telinganya dengan tubuh bergetar. Dia mengatupkan bibirnya rapat-rapat, agar tidak menimbulkan suara yang dapat mengambil atensi pembunuh di luar. Tak peduli betapa takutnya Afsheen melihat pembantaian brutal di luar, dia harus tetap bekerja sama untuk tetap diam dan tidak menimbulkan masalah bagi pengawal-pengawalnya.

Entah sudah berapa lama Afsheen menunggu dalam keadaan tegang, pintu keretanya terdengar ketukan yang mampu membuatnya terlonjak kaget. Dia menatap pintu lekat, penuh perasaan takut dan ragu. Bagaimana jika itu pihak musuh? Dia belum mau mati di sini!

“Lady, apakah anda baik-baik saja di dalam?” Suara yang cukup familier terdengar dibalik pintu. Mungkin karena tidak mendapat sahutan, sosok di luar memikirkan alasannya sejenak sebelum kembali bersuara. “Saya Dane Finigan.”

Mata Afsheen mengerjap pelan. Beban di dalam hatinya seketika melebur dan menghilang. Tubuhnya masih bergetar, namun sekarang dia menikmati rasa aman yang luar biasa menerpa hati dan pikirannya. Memantapkan hati, perlahan wanita itu membuka pintu, menampilkan sosok pria berambut pirang dengan mata biru menatapnya cemas.

“Anda benar-benar baik saja? Saya khawatir karena Lady tidak menjawab sejak tadi.”

“Tuan Duke....” Mata Afsheen memanas. Dia memandang Dane sebagai superhero yang siap sedia muncul di saat-saat genting. “Kenapa anda di sini?”

Dane tersenyum samar, melepaskan jubahnya untuk menyelimuti tubuh Afsheen sembari menjelaskan, “Ayah anda khawatir anda tidak nyaman di perjalanan sehingga meminta saya mengawal anda. Sepertinya firasat ayah Lady tepat, anda mengalami musibah di tengah jalan.”

“Lalu di mana pengawal-pengawal milik saya?” Afsheen mengedarkan pandangan, namun di sekelilingnya hanya penuh dengan mayat yang tergeletak bersimbah darah.

Dane mengerutkan kening samar, seolah prihatin dengan kejadian ini. “Ketika saya datang, mereka semua sudah tewas menyisakan beberapa pembunuh. Jadi saya langsung menghabisi pembunuh yang hendak mendekati kereta anda.”

Bulu kuduk Afsheen berdiri. Dia tidak berani lagi mengedarkan pandangan dan hanya fokus menatap Dane. Akibat selalu berada di daerah yang aman, Afsheen melupakan fakta bahwa dunia ini sangat kejam.

“Sepertinya akan ada lagi. Kita harus pergi dari sini, Lady.”

Afsheen mengerjap, lalu mengiyakan dan mengikuti pria itu tanpa ragu. Dengan Dane beserta dua ajudannya, Afsheen tidak begitu takut sekarang. Mereka menggunakan kuda untuk pergi dari lokasi kejadian, melaju tak kenal waktu sampai malam tiba.

Ringkikan keras kuda terdengar ketika Dane menarik tali kekang secara mendadak. Afsheen yang duduk di belakangnya menatap pria itu heran sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling. Saat ini matahari sudah terbenam, ia tidak dapat melihat apa-apa kecuali beberapa kunang-kunang yang lewat. Sejak bersama Dane, Afsheen menyadari bahwa pria itu membawanya naik ke atas gunung. Seingatnya rute perjalanan menuju rumahnya tidak melewati gunung. Namun pria itu menjawab bahwa jika mereka melewati rute biasa sekarang, kemungkinan peluang mereka terjebak rencana penjahat sangat besar. Jadi Afsheen berhenti bertanya dan mengikuti dalam diam.

“Saat saya melakukan ekspedisi melewati daerah ini, saya menemukan sebuah mansion di sekitar sini. Sepertinya mansion seorang bangsawan yang digunakan untuk berlibur. Mari kita bermalam di sana.”

Afsheen merasa tidak ada yang salah dengan usulannya. Lagi pula, jika ada mansion maka akan ada kasur! Tubuhnya terasa akan hancur saat ini. Dia benar-benar lelah. Dia berharap besok dia bisa sampai di rumahnya dengan selamat dan melupakan kejadian buruk hari ini.

Setelah setengah jam kemudian, Afsheen akhirnya berada di mansion bertingkat dua yang dimaksud Dane. Ada seorang pria tua berusia setengah abad yang menjaga tempat ini. Setelah Dane menjelaskan situasi mereka, penjaga itu mengizinkan mereka menginap untuk sementara waktu. Afsheen sudah terlalu lelah untuk berbasa-basi. Jadi setelah mendapatkan bagian kamarnya, dia mengunci pintu dan segera terlelap.

Tengah malam, wanita itu terbangun karena mimpi dirinya berada di antara mayat-mayat pengawalnya. Tubuhnya penuh peluh dan napasnya terengah-engah. Setelah menenangkan diri dari mimpi buruk, rasa haus luar biasa datang. Dia mengitari kamar luas itu, namun tidak mendapatkan air minum sedikit pun. “Ah, aku benar-benar haus!” gumamnya tak bisa menahan diri untuk keluar dari kamar.

Karena tengah malam, tidak ada seorang pun sepanjang lorong. Afsheen menelan saliva, diam-diam bergidik. Sepanjang lorong hanya ada lentera sebagai cahaya. Ia juga tidak tahu di mana letak dapur berada. Kini, bukannya menemukan dapur, dia malah tersesat ke sebuah ruangan dengan pintu setengah terbuka. Ada suara samar-samar keluar dari sana, dengan cahaya lentera yang lebih terang dibanding lorong.

Siapa itu? Pikir Afsheen penasaran, diam-diam mengintip dari cela pintu. Dia dapat melihat punggung bidang seorang pria yang sedang duduk elegan di atas sofa empuk. Di depannya terlihat penjaga mansion yang menunduk hormat padanya. Afsheen sedikit kaget, tanpa sadar berbisik, “Duke Finigan?”

Entah suaranya yang cukup keras atau telinga pria itu yang sensitif, tiba-tiba ia berbalik ke arahnya. Sudah terlambat bagi Afsheen untuk bersembunyi.

“A-anu... aku lewat untuk mencari air minum.” Afsheen memecah kesunyian untuk menyembunyikan kecanggungan, diam-diam mengamati Dane dan pengurus mansion dalam tanda tanya. Perasaan tadi mereka terlihat asing. Mengapa sekarang pengurus mansion menunduk di depan Dane? Dan, ah! Ini pertama kalinya Afsheen melihat Dane mengenakan kacamata! Terlihat cocok dengan tempramen lembutnya.

“Ternyata Lady.” Dane tersenyum lega, menutup buku di pangkuannya lalu berbalik sepenuhnya ke arah Afsheen. “Apakah anda sudah selesai mencari?”

Afsheen menggeleng kuat.

Kekehan keluar dari bibir tipis pria itu. “Baiklah. Lady bisa kembali ke kamar. Pengurus mansion akan meminta seseorang mengantarkan pesanan anda.”

Wanita itu ragu-ragu sejenak, mengangguk, lalu berbalik pergi. Sepanjang perjalanan menuju kamarnya, tak henti-hentinya Afsheen menggosok lengannya yang merinding.

Entah kenapa dia merasa Dane cukup berbeda malam ini.

November 2, 2022.

Продовжити читання

Вам також сподобається

248K 356 17
Kumpulan cerita dewasa part 2 Anak kecil dilarang baca
673K 40.5K 63
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...
342K 19.6K 21
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...
1.5M 79.6K 41
(BELUM DI REVISI) Aline Putri Savira adalah seorang gadis biasa biasa saja, pecinta cogan dan maniak novel. Bagaimana jadi nya jika ia bertransmigra...