Bukan Sugar Daddy(end)

By AmbarGuys

1M 90.3K 1.7K

"Dek Kakak lapar nih, bagi rotinya dong." Celine menatap bocah laki-laki itu melas. "Kakak gelandangan ya?" c... More

01: Kabur
02: Jadi Baby Sitter
03: Pertengkaran
04: Cemburu?
05: Celine Pergi
06: Permohonan Maaf Dafa
07: Kembali Bekerja
08: Mulai Ada Rasa
09: Kepergok
10: Patah Hati
11: Dingin
12: Pacar Salah Alamat
13: Ego Atau Perasaan?
14: Bagaimana Akhirnya?
15: Finally
16: Pacaran
17: Manis
18: Liburan Keluarga
19: Pulang
20: Kesepakatan
21: Tembakan Telak
22: Janji
23: Skill Tersembunyi
24: Rahasia Celine
25: Kencan
26: Camer
27: Melepaskan
28: Goyah
29: Sakit
30: Terkuak
31: Semuanya Terbongkar
32: Interogasi
33: Kembali Seperti Semula
34: Reuni
35: Pembukaan Jati Diri
36: Surprise
37: Lamaran
38: Restu
39: Kesepakatan Celine
40: Pelajaran
42: Pertemuan Dua Keluarga
43: Dipingit
44: Malam Pengantin
45: Suami Istri
46: Honeymoon
47: Mengintai
48: Lost
49: Pencarian
50: Kabur
51: Sergapan!
52: Tertangkap
53: Tumbang
54: Hadiah Terindah
55: Ngidam
56: Zee dan Dion

41: Penyesalan Dafa

13.9K 1K 7
By AmbarGuys

Dafa mengintip dari celah pintu melihat Celine yang sedang membacakan dongeng kepada Zee. Dafa menelan ludah, dengan hati-hati membuka lebar daun pintu dan berjalan masuk.

"Cel—"

"Ssssttt," Celine tidak menatapnya hanya memberi kode kearah Zee yang sudah tidur.

Dafa menarik napas, dengan pelan tanpa menimbulkan suara duduk di samping Celine, gadis itu tidak melihatnya, melirikpun enggan, tapi Dafa sadar kalau itu semua karena ulahnya sendiri.

Dafa melirik tangan Celine, lalu secara lembut menggenggamnya, terasa hangat dan nyaman.

"Maaf," bisik Dafa hampir tanpa suara, "maafin aku," ulangnya kini mengecup punggung tangan mungil itu.

Tatapan Celine masih jatuh kearah Zee, bahkan Celine tidak menunjukkan ekspresi apapun, hanya datar dan kosong.

Dafa menjatuhkan kepalanya ke pundak Celine, memeluk erat. "Aku memang pengecut, maaf." Lirihnya serak menahan sesuatu yang berat di dadanya, rasanya sekarang ia benar-benar tidak punya keberanian untuk menunjukkan wajahnya di depan Celine, Dafa malu, sangat malu. Ia menyesal karena memutuskan hal sepengecut tadi, padahal Celine berani berkorban banyak untuknya.

"Cel, jangan diem."

Celine tak bergeming, perawakan gadis itu sekarang benar-benar bagai patung bernyawa. Dafa makin merapatkan pelukannya, terasa basah di area leher Celine menandakan lelaki itu sedang menangis.

"Sayang."

" ... "

"Aku mohon, jawab aku."

"Eunghh ... " Zee mengigau terganggu, Celine langsung buru-buru menepuk-nepuk lembut perut Zee dan mengelus kepalanya, dan tak lama bocah itu kembali nyenyak.

Celine memejamkan matanya lelah, memilih beranjak karena kalau terus disana Dafa bisa-bisa membangunkan Zee, terkadang Celine heran dengan Dafa, padahal lelaki itu sudah sangat berumur harusnya bisa melihat situasi tapi tingkahnya justru masih kekanakan.

Dafa membuntut di belakang Celine sambil menyeka wajahnya, kemanapun Celine pergi ia ikuti sampai berhentilah mereka di area dapur. Celine meminum air dari botol, dengan Dafa masih setia mengamati setiap gerak-geriknya.

Brak!

Botol dibanting kasar di atas mini bar, Celine menarik napas dalam dengan emosi yang sangat nampak, Dafa tau kalau ia penyebab kemarahan Celine.

"Cel—"

"Tutup dulu mulutmu, pikiranku sekarang benar-benar kacau sampai rasanya mau bunuh orang."

Dafa langsung bungkam, dada Celine naik turun berirama dengan napasnya, selama ini Celine sudah sangat bersabar untuk semua tindakan Dafa tapi kali ini ia benar-benar murka.

"Gak aku sangka kamu memang sangat pengecut, gak tau malu, dan gak tau diri Mas!" Dafa terdiam dengan nyeri di dada, Celine membuang muka, "selama ini sudah banyak yang aku korbanin demi kamu, sangat banyak malahan, tapi apa balasan kamu? Kamu malah minta putus!" pekiknya dengan tangan mengepal seperti siap di ayunkan. "Aku gak pernah minta apapun dari kamu Mas, gak pernah! Aku cuma berharap kamu selalu ada di sisiku, kita berjuang bersama, sebenarnya kenapa ... k-kenapa kamu bisa sampai berucap sebrengsek tadi." Celine terjatuh, menangis diantara lipatan kakinya.

Dafa langsung mendongak menahan air matanya yang kembali menetes, ia sadar telah membuat kesalahan yang sangat fatal. Lelaki itu berjongkok, menatap Celine dalam.

"Bisa-bisanya kamu mengucapkan putus segampang itu, hubungan kita kamu anggap apa Mas? Jawab aku, kamu anggap apa!!" Celine mencekram kerah bajunya, mengguncangnya pelan, tenaga Celine sudah habis ia gunakan untuk menghajar Dafa tadi.

Dafa langsung memeluk tubuh Celine, terasa pukulan-pukulan kecil Celine arahkan kepadanya tapi Dafa tak peduli.

"Maaf, aku memang bodoh." Rasanya Dafa tak henti-hentinya minta maaf meskipun itu sangat sia-sia.

Beberapa saat kemudian Celine sudah lebih tenang, gadis itu hanya bersandar lemas di pelukan Dafa tanpa membalas pelukannya.

"Sekarang aku tanya sama kamu Mas, kamu mau lanjut atau berhenti, kalau kamu memilih lanjut aku gak bakal menolerir kejadian seperti ini lagi, dan kalau kamu memang ragu lebih baik kita berhenti sampai disini saja. Aku gak akan ganggu hidup kamu lagi."

"Aku gak mau hubungan kita selesai, maafin aku untuk ucapanku tadi, aku memang bodoh aku plin-plan." Dafa memegang erat baju Celine, gemetar takut Celine akan pergi meninggalkannya.

Celine membuang muka, "maka kedepannya aku gak akan menolerir kesalahan seperti ini lagi, ini kesempatan terakhir buat kamu."

"Iya aku janji gak akan membuat kesalahan sebodoh ini lagi, makasih sayang, makasih."

Dafa makin mengeratkan pelukannya, Celine membuang muka acuh, tapi meskipun begitu Celine tidak mendorong Dafa hal itu sudah cukup membuat Dafa senang.

Detik ini Dafa bersumpah pada dirinya sendiri, tidak akan berbuat kesalahan sebodoh ini lagi.

***

"Kamu mau kemana?"

Celine yang hendak beranjak berhenti sejenak, "aku mau cari angin sebentar."

"Aku ikut."

Celine tak membalas lagi, melarangpun juga percuma karena Dafa pasti memaksa. Mereka berdua berjalan keluar rumah, Zee sudah dipasrahkan untuk dijaga oleh ART.

"Kita mau kemana?"

"Gak tau."

Dafa menoleh seketika, sedangkan Celine terus berjalan. "Tadi udah aku bilang kan cuma cari angin, jadi gak perlu ada tujuan." Jelasnya dingin.

Dafa menyendu menatap wajah datar Celine, meskipun Celine mengatakan sudah memaafkannya tapi sikapnya tidak bisa berbohong, gadis itu masih marah dan kesal kepadanya.

"Kita ke taman aja yuk," tanpa menunggu persetujuan Celine Dafa bergegas menarik tangannya, sedikit lega karena Celine tidak menepis tangannya.

Mereka tiba di taman komplek, terlihat beberapa pasang muda mudi yang juga sedang kencan, Dafa menarik Celine ke kursi berbahan besi yang ada di sudut paling pojok, bukan berniat mojok-mojok tapi memang kursi yang tersisa cuma ini.

Tak Celine sangka udara malam ini jauh lebih dingin daripada perkiraannya, tau gitu ia tadi memakai baju yang lebih tebal. Dafa yang menyadari Celine kedinginan mendekap telapak tangan Celine, meniupnya sesekali.

"Harusnya tadi aku bawa jaket, maaf."

Celine menggeleng, "bukan salah kamu, kan aku yang mau jalan-jalan."

"Cel kamu masih marah sama aku?"

Celine diam beberapa saat, "nggak." Jawabnya pelan.

"Kamu gak bisa bohongi aku Cel." Lirih Dafa kini menunduk menatap telapak tangan Celine yang ada di genggamannya.

"Aku nggak marah sama kamu, aku cuma kesal setiap ingat ucapan kamu." Jujur Celine, Dafa tak membalas meskipun ingin menjawab kalau itu artinya sama saja.

"Aku boleh tanya sesuatu?"

"Hm?"

"Kamu yakin mau kasih semua harta kamu ke Zee, meskipun dia bukan darah daging kamu?" tanyanya sangat hati-hati.

" ... "

Dafa menunggu jawaban Celine dengan sedikit tegang, takut Celine marah atau tersinggung lagi. Setelah diam beberapa saat Celine akhirnya menghela napas panjang, sorot matanya menembak lurus ke mata Dafa dengan serius.

"Hm, lagian setelah menikah nanti Zee akan jadi anakku, jadi mau itu hartaku atau Zee sama aja bagiku." Tanpa diduga jawaban bijak dan tenang keluar dari bibir Celine, membuat Dafa terenyuh beberapa saat.

"Kalau begitu aku juga akan melakukan hal yang sama." Balas Dafa tiba-tiba.

"Maksudnya?" Celine mengernyit.

Dafa tersenyum manis, "jika nanti kita memiliki anak aku akan wariskan semua hartaku ke dia."

"Mas—"

"Karena kita harus adil." dan senyuman Dafa makin lebar mengembang.

Celine sampai tertegun, tidak pernah menyangka kalau Dafa memikirkan hal seperti itu. Celine secara tiba-tiba memeluk tubuh Dafa membuat Dafa sedikit kaget.

"Kita nanti harus jadi keluarga yang bahagia ya," gumamnya lirih, sejak kecil Celine dibesarkan oleh keluarga yang tidak pernah membuatnya bahagia, jadi Celine berharap kelak anak-anaknya tidak akan mengalami hal yang sama.

Dafa mengecup pucuk kepala Celine, "pasti, kita akan jadi keluarga paling bahagia sedunia." Janjinya sungguh-sungguh.

Mereka berdua akhirnya bermesraan sambil berpelukan disana, untung tempatnya mojok jadi gak akan menjadi tontonan publik.

"Cel aku mau kasih tahu kamu sesuatu."

"Apa?" Celine mengernyit bingung.

"Besok aku akan bawa Mamah menemui keluarga kamu."

***

TBC.

Continue Reading

You'll Also Like

846K 17.9K 28
Semua yang terjadi adalah kesalahan terbesarku. Dimana aku dengan tidak tahu malunya memberikan segalanya untuknya. Tapi aku tidak pernah menyesal. A...
446K 17K 55
(END) ----- "Bu Dokter, nikah yuk!" "Saya lagi kerja, jangan ganggu!" "Ya udah nanti aja sepulang kerja nikahnya." "Kamu lebih muda dari saya." "Saya...
3.4M 162K 62
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
1M 33.8K 51
Dewanta Pancaloka adalah seorang Duda anak satu, yang memiliki putri bernama Nayanda Anastasia. Dewa memilih untuk menduda selama 5 tahun karena ia...