Hening.
Celine mendengus pelan menatap orang-orang di depannya, lalu mendekat ke arah Dafa dan menggandeng lembut tangan lelaki itu. "Mas ayo kita pulang." Ajaknya sengaja dengan nada dibuat paling manja, tentu saja membuat Sela yang sedang tercengang syok makin menggeram.
"HAHAHA!" Sela tiba-tiba tertawa kencang seperti orang gila, kemudian menggeleng tak habis pikir. "Sepertinya level kehaluan kamu sudah mengkhawatirkan ya, apa tadi katanya? Pewaris C'IC Corporation?" Sela tersenyum remeh, "bahkan anak kecil saja tau kalau kamu sedang berkhayal!"
Suasana yang awalnya hening langsung berubah gemerisik, tadi semua orang terdiam karena pernyataan Celine yang sangat mengejutkan tapi setelah mendengar perkataan Sela sepertinya mereka jadi berpikir kalau Celine hanya halu, lagian orang mana yang akan percaya begitu saja jika seorang pengasuh bayi tiba-tiba mengaku sebagai Putri tunggal keluarga konglomerat.
"Kalian—"
Celine langsung menahan Dafa saat melihat lelaki itu ingin meledak, Zee yang sejak tadi berada di tempat itu benar-benar hanya plonga-plongo tidak paham, menurutnya orang dewasa itu ribet.
"Lalu saya harus membuktikan apa biar kalian semua percaya?" tanya Celine tanpa emosi sedikitpun, menurutnya terlalu sayang buang-buang tenaga hanya untuk serangga seperti mereka.
Sela diam-diam tersenyum culas, "telepon orang yang katamu Ayahmu itu, Cakra Feraldin, Presdir sekaligus pemilik dari C'IC Corporation."
Wah!
Memang gak main-main mantan istri Dafa ini, Celine jadi heran bagaimana bisa dulu Dafa mencintai wanita licik begini.
Celine tidak banyak bicara, langsung mengeluarkan HP nya dan mendial nomor yang bahkan tidak pernah ia telepon sebelumnya, kalian tau sendiri kan hubungan Celine dan Cakra itu sangat buruk jadi mana mungkin Celine mau repot-repot sok akrab dengan Ayahnya, tapi karena sekarang situasinya sedang genting Celine cuma berharap kali ini Ayahnya akan mengangkat teleponnya, kalau nggak harga dirinya bisa hancur.
"Nomor yang Anda hubungi tidak—"
Celine spontan mengumpat dalam hati, mulai sedikit panik apalagi tatapan semua orang ditujukan kepada dirinya, ck! Ayahnya rese banget gak ngangkat teleponnya, dengan sok tenang Celine kembali mendial lagi nomor Ayahnya bahkan sampai 3 kali tapi hasilnya tetap tidak diangkat.
Sela tertawa terbahak-bahak, "tuh kan apa saya bilang, cewek ini memang cuma berkhayal saja. Dasar halu!" Koarnya semangat.
Dafa jadi ikut khawatir, dengan sigap ia langsung mendekati Celine dan memeluk lembut bahu Celine. "Papah kamu pasti sibuk, udah gak perlu ladeni mereka, kita pergi aja ya."
"Gabisa Mas! Ini tuh harga diri, kalau aku pergi gitu aja mereka pasti ngiranya aku bohong!" ketus Celine menepis Dafa, terlihat kalau emosi Celine sedang bercampur aduk.
"Cewek kayak gitu Daf yang mau kamu jadiin Ibu Zee? Dia masih terlalu kekanak-kanakan!" ujar Sela menatap Celine tajam.
"Jangan bicara sembarangan dasar kuntilanak!" semprot Celine sudah kehilangan akal, peduli setan dengan reaksi semua orang. Sela ingin membalas sesaat sebelum suara dering HP Celine menginterupsi, Celine menunduk menatap HP nya.
Gotcha!
"Papah kenapa gak angkat telepon aku dari tadi, sih?!" semprot Celine tanpa basa basi setelah sambungan terhubung.
"Dasar anak gak sopan, kamu kira Papahmu ini pengangguran yang bisa kamu hubungi setiap saat?"
"Sekarang ayo Video Call!" seru Celine tiba-tiba.
"Ha? Buat apa?!" Cakra jelas terdengar kaget, tapi Celine tidak menjawab dan justru merubah panggilan suara ke panggilan video. Tak berselang lama wajah Cakra sudah memenuhi layar HP Celine, tak banyak bicara Celine langsung menghadapkan layar HP nya ke arah Sela.
Dan tentu saja Sela langsung terperanjat syok, bahkan wajahnya sampai pucat pasi, siapa sih yang tidak tau wajah Cakra Feraldin? Pengusaha ternama di Indonesia yang sering masuk majalah bergengsi dan mejeng di TV, tentu saja semua orang yang bahkan bukan pengusaha saja kenal.
"Kamu ini apa-apaan sih, Cel?!" omel Cakra karena bingung dengan kelakuan anaknya.
"Pah-pah." Panggil Celine tersenyum penuh arti.
"Kenapa?"
Sela makin melotot lebar, Celine tersenyum jahil. "Papaaahku..." ujarnya dengan sengaja biar didengar semua orang.
Cakra terlihat mencak-mencak di seberang sana, "kalau kamu gak jelas begini bakal Papah matiin teleponnya!"
"Ck jangan dimatiin dulu," Celine mencebik, "tuh liat, perempuan itu mantan istri Mas Dafa, dia gak percaya kalau aku anak Papah, sekarang jelasin ke dia!" titah Celine.
Cakra tersentak, langsung menatap tajam Sela yang entah sejak kapan menunduk, cih pasti perempuan itu malu banget sekarang.
"Kamu gak bisa urus satu serangga begini, Cel?" pertanyaan menohok Cakra membuat Sela terdiam kaku, "jangan ganggu Papah untuk urusan gak berguna begini, kamu pewaris perusahaan masa menangani masalah sepele saja tidak bisa." Lalu sambungan telepon di akhiri begitu saja oleh Cakra.
Celine langsung mendelik tak santai, yah tapi bodo lah setidaknya sekarang semua orang percaya kalau ia beneran anak orang kaya, tak ia duga kalau Papahnya ada gunanya juga.
"Ayo Mas!" lalu Celine menarik tangan Dafa dan Zee untuk pergi dari sana, dengan banyak pasang mata menatap intens ke arah mereka.
Sela terhuyung jatuh, terlihat sangat terguncang dan marah. Sialan! Bagaimana bisa gadis itu orang yang sangat berpengaruh?
"AKU GAK TERIMA, ARGHHH!" Sela tiba-tiba berteriak frustasi membuat banyak pasang mata menatap kearahnya.
Di sisi lain tanpa di ketahui siapapun Cakra sedang menyuruh bawahannya untuk mencari informasi tentang mantan istri Dafa.
Begitulah, Cakra memang diam-diam protektif terhadap keluarganya.
***
"Kenapa sih, Mas?" Celine jadi tidak nyaman karena sejak tadi ditatap seintens itu oleh Dafa, lelaki itu tidak mengatakan apapun dan hanya menatapnya terus-terusan membuat Celine jelas penasaran.
Dafa tersenyum samar, mengelus kepala Celine sekilas. "Aku makin sadar kalau pacarku ini bukan orang biasa." Gumamnya dengan suara rendah.
Celine mengernyitkan dahinya, tak lama justru tersenyum bangga. "Gimana sekarang kamu sadarkan betapa berharganya aku?" sombongnya mengangkat dagu.
Dafa mengangkat sebelah alisnya, tertawa geli. "Sadar, baik dulu maupun sekarang kamu memang selalu berharga."
Blush...
Memang mulut duda satu ini sebelas dua belas dengan gula, manis abis. Padahal dulu Dafa sangat suka mengucapkan kata-kata pedas dan bikin nyesek tapi semenjak bucin lelaki ini benar-benar berubah drastis.
"Gak usah gombal, basi!"
Dafa justru tertawa geli membuat Celine jelas mencebik, "ngomong-ngomong mantan istri kamu itu sifatnya jelek banget, kok bisa-bisanya sih dulu kamu suka sama wanita modelan begitu, huh!" tiba-tiba Celine menggerutu, rasa kesalnya akibat Sela tadi ternyata belum reda.
Dafa menyurutkan senyumannya, menarik napas panjang dengan berat. "Maaf," Celine reflek menoleh kaget, Dafa menundukkan wajahnya tidak sanggup menatap Celine. "Aku merasa sangat malu karena ulah Sela, aku minta maaf mewakili Sel—"
"Aku laper, kita mampir cari makan dulu." Potong Celine tiba-tiba memakai seatbelt nya.
Dafa menatap Celine bingung, kenapa Celine tiba-tiba seperti marah kepadanya.
"Zee mau makan apa?" tanya Celine ke arah Zee.
Zee yang sejak tadi anteng bermain game cacing di HP Dafa mendongak, "apa aja Mah."
Celine mengangguk, "cari restoran terdekat aja Mas." Titah Celine pada Dafa kemudian sudah sibuk dengan HP nya, tentu saja sikap Celine yang tiba-tiba dingin membuatnya tidak nyaman.
"Hm, iya."
Dan mobilpun melaju memecah jalanan, dengan keheningan.
***
"Cel tunggu..., Celine!" Dafa berhasil mencekal pergelangan tangan Celine saat gadis itu hendak masuk ke dalam kamar, "kamu kenapa tiba-tiba marah sama aku? Memangnya aku salah apa?" Dafa jelas tidak paham letak kesalahannya.
Celine melepas cekalan Dafa, menghela napas panjang. "Gak ada, aku cuma capek mau tidur."
"Apa kamu marah karena ulah Sela tadi? Aku minta—"
"Maaf maaf maaf! Aku capek tau dengernya!" bentak Celine tiba-tiba tentu saja membuat Dafa berjengkit syok, Celine membuang muka dengan dada naik turun emosi. "Mas tuh sudah gak ada hubungan dengan wanita itu tapi kenapa Mas sampai minta maaf demi dia? Awalnya aku kira Mas benci sama dia tapi ngelihat Mas yang ngerasa bersalah begini sepertinya Mas masih ada rasa sama dia!"
Dafa membulatkan matanya kaget, "apa yang kamu bicarakan? Aku minta maaf karena ..." Dafa terdiam, benar juga memangnya apa yang membuatnya sampai harus minta maaf?
"Wanita itu sudah hina aku, tapi Mas justru minta maaf demi dia?" Celine terperangah tak habis pikir, "seharusnya Mas kasih aku kata-kata penyemangat, cuma itu yang aku butuhkan!" Celine memukul dada bidang Dafa emosi, ia cemburu, tidak suka jika Dafa masih memikirkan perempuan lain. "Cuma aku, Mas cuma boleh mikirin perasaan aku!"
Dafa langsung memeluk Celine lembut, padahal ia minta maaf karena merasa ikut andil dalam kejadian tadi, tapi setelah mendengar perkataan Celine ia jadi sadar, sekarang ia dan Sela sudah bukan siapa-siapa jadi ia tidak perlu merasa bersalah karena ulah yang Sela lakukan.
"Aku cinta sama kamu." Bisik Dafa, alih-alih meminta maaf lagi kata-kata itu yang tiba-tiba terlontar.
Celine yang mengamuk seketika terdiam, "gak usah bermanis lidah, aku gak bakal luluh!"
"Aku cinta banget sama kamu." Bisik Dafa kembali dengan suara makin berat.
"Mas!"
"Sekarang di hati aku cuma ada kamu."
Celine mundur, menatap marah sekaligus salah tingkah. "Pergi sana aku mau istirahat!"
"Kamu secantik ini, bagaimana bisa aku masih menyimpan perasaan untuk wanita lain."
Celine mendelik, kenapa Dafa mendadak jadi perayu ulung begini?!
"Sayang..."
"Apasih Mas! Jangan kira aku bakal lul—"
"Kamu mau jadi istri aku?"
" ... "
***
TBC.