Fortunately

Por CaptainBeaver

225K 11.5K 207

Hera merupakan salah satu mahasiswi dari Dosen yang bernama Leo yang memiliki sebuah usaha konseling bahasa... Más

LEO [1]
HERA [2]
LEO [3]
HERA [4]
LEO [5]
HERA [6]
LEO [7]
HERA [8]
LEO [9]
HERA [10]
LEO [11]
HERA [12]
LEO [13]
HERA [14]
LEO [15]
HERA [16]
LEO [17]
HERA [18]
HERA [20]
LEO [21]
HERA [22]
LEO [23]
HERA [24]
LEO [25]
HERA [26]
LEO [27]
HERA [28]
LEO [29]
HERA [30]
LEO [31]
HERA [32]
LEO [33]

LEO [19]

5.5K 378 10
Por CaptainBeaver

Jangan jadi pembaca gelap ya guys;) silahkan menikmati:D

- - - - - - -

Mataku mengerjap-ngerjap pelan. Menyesuaikan diri dengan cahaya yang sedikit menerobos masuk ke dalam. Aku merasakan ada sesuatu yang mendekapku, begitu kulihat, ternyata Hera-lah yang sedang memelukku dengan erat. Bibirku tertarik, membentuk sebuah senyuman. Seingatku, semalam aku tertidur di sofa ruang kerja sambil memeluk dirinya. Aku tidak ingat bagaimana caranya kami bisa pindah ke dalam kamar. Apa dia mengangkatku? Mustahil melihat badannya yang jauh lebih kecil daripadaku.

Kucium puncak kepalanya agak lama membuat dia terjaga. "Selamat Pagi sayang..."

Ia terjaga dari tidurnya, sepertinya ia belum sadar karena ia menyusupkan wajahnya lebih dalam pada dadaku serta semakin mengeratkan pelukannya. Sial, kenapa aku tiba-tiba merasa nyaman dengan pelukan darinya.

"Ra, ayo bangun... kita sudah telat sholat subuh." Tegurku. Aku mengusap-usap puncak kepalanya yang malah membuatnya agak menggeliat manja.

Ya ampun, kalau dia terus begini aku bisa kelepasan.

"Ra, ayo bangun." Panggilku sekali lagi.

Kini tak ada jawaban, aku hanya dapat mendengar suara deru nafasnya. Ya, dia kembali tertidur. Gadis ini, sudah nyaris membuatku kelepasan sekarang dia malah kembali tertidur.

Akhirnya aku memilih melepaskan pelukan Hera secara perlahan, kemudian bangkit dari tempat tidur. Aku menatap ke arah wajah tidurnya. Berantakan, tapi aku akui dia memang tipe gadis yang cantik dan wajahnya tidak bosan untuk dilihat oleh siapapun. Meskipun dia terlihat cantik dalam posisi tidur, dia tetap harus dibangunkan karena kami berdua sudah telat untuk menunaikan ibadah sholat subuh.

Aku mendekat ke arahnya, lalu dengan cepat menangkap pinggangnya dan mengangkatnya agar bangun dari tempat tidur. Hera terkesiap, dapat aku rasakan dia terkejut karena tubuhnya menyentak dan kedua tangan serta kakinya secara otomatis melingkar di leher dan di pinggangku. Aku tersenyum. Sepertinya sebentar lagi aku bisa gila karena terlalu banyak tersenyum.

"Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!"

- - - - - - -

Aku berjalan masuk ke ruang tv sambil membawa dua gelas besar berisi teh dan susu, menghampiri Hera yang sedang duduk di sofa sambil menonton kartun. Entah sudah berapa kali aku melakukannya karena kali ini aku tersenyum lagi ketika melihat punggungnya. Aku meletakkan dua gelas minuman yang kubawa di atas meja yang berada di depan sofa.

Aku menoleh ke arah Hera dan mendapati ia yang masih berwajah masam. Kalian pasti tau ini ulah siapa.

"Kok masih cemberut sih?"

Tak ada jawaban. Matanya tetap fokus pada layar televisi.

"Jocelyn?"

Masih tak ada jawaban.

Baiklah kalau mau mengacuhkanku.

Cup.

Spontan ia menoleh, wajah masamnya berubah menjadi wajah terkejut. Tak berapa lama, ia mulai mengamuk.

"Iiiiiih! Bapak! Sembarangan banget sih!!! Ih! Ngeselin, ngeselin, ngeselin!!" Rajuknya kesal sambil memukul lenganku.

"Ah, iya, iya ampun, saya minta maaf." Aku berkilah agar tak ada pukulan lagi yang mendarat di lenganku.

Ia berhenti lalu bersedekap sambil menggembungkan pipinya.

"Ya udah jangan ngambek lagi ya?" Rayuku.

Dia masih diam, menoleh ke arahku juga tidak.

"Kalau masih ngambek saya cium nih, tapi di bibir."

"Ih!!"

Aku tertawa kecil mendengar responnya. "Makanya, jangan ngambek lagi ya?"

"Yang mulai duluan Bapak! Seenak jidat banget sih main angkat-angkat orang!"

"Habis kamu gamau dibangunin, ya saya gendong aja supaya bangun."

"Ya udah bangunin biasa aja emangnya gak bisa?!"

"Bisa sih, tapi lebih enak kaya tadi. Jadi Mas bisa dipeluk sama kamu."

Hera terdiam. Samar-samar terdapat rona merah muda di pipinya. Dia blushing! Astaga, hahahaha, kenapa ya bisa blushing? Aku juga kenapa bisa bicara seperti itu. Biar sajalah, sedikit menggoda dia tidak masalah kan.

"Ya udah, minum tehnya dulu sana."

- - - - - - -

Dasi yang kupakai sudah terpasang sempurna. Aku melihat pantulan wajahku di cermin, seperti biasanya, sangat tampan. Aku mengambil tas kerjaku serta menenteng jas. Aku berjalan keluar dari kamar menuju ruang tamu.

"Loh, kamu mau kemana Ra?" Tanyaku begitu melihat Hera yang sudah rapi dengan setelan casualnya.

"Ke rumah Bunda, Pak."

"Naik?"

"Angkotlah, kan mobil saya masih di servis."

Aku menggeleng cepat, tidak suka dengan jawaban yang ia berikan. "Jangan naik kendaraan umum dulu!"

"Habis mau naik apalagi?"

"Ayo saya antar, saya gamau kamu kenapa-napa lagi."

"Gak usah deh Pak.... Bapak udah telat ke kantor."

Aku menggeleng. "Ayo cepat. Kamu sudah siap juga kan."

Secara terpaksa ia mematikan televisi dan beranjak bangun dari sofa. Kami berdua keluar. Setelah mengunci pintu, kami berangkat ke rumah Bunda dengan mobilku.

- - - - - - - -

Dengan wajah berseri-seri Hera turun dari mobilku. Ya, tentu saja kami sudah sampai di rumah Bunda, lihat saja tadi, Hera turun tanpa memperdulikan aku lagi kan.

"Assalamu' alaikum Bundaaaaa!"

Aku turun dari mobil sambil menggeleng-gelengkan kepala karena mendengar suara salam yang sangat cempreng dari Hera. Aku masuk ke dalam rumah dan mendapati Bunda yang sedang menggendong Idzar.

"Assalamu' alaikum Bun." Salamku sambil mencium punggung tangan ibu mertuaku ini.

"Wa' alaikumsalam. Tumben kalian ke sini sepagi ini?"

"Iya Bun. Tadi Hera mau ke sini, jadi sekalian aja Leo juga mau berangkat kerja." Jawabku.

"Bun, kok ada Idzar di sini? Berarti ada Bang Irdan dong?!" Tanya Hera kemudian.

Bunda menggeleng. "Abangmu lagi ke Medan. Ada beberapa pesawat yang bermasalah, dan atasan Abangmu maunya dia yang menangani."

"Mbak Isya ada?" Tanya Hera lagi.

"Ada. Tuh di dalam lagi main sama Iza." Jawab Bunda sambil menunjuk ruang keluarga.

Benar-benar tanpa memikirkan aku, Hera berlari ke dalam ruang keluarga. Ampun. Istri macam apa sih dia?

"Ayo Leo, masuk dulu."

"Gak usah deh Bun. Leo langsung berangkat aja. Nanti biar Leo yang jemput Hera lagi."

"Oh ya sudah, Bunda panggilkan Hera dulu ya."

Bunda pun ikut masuk ke dalam ruang keluarga. Tak berapa lama ia keluar kembali bersama anaknya yang satu itu.

"Apaan sih Bun?" Tanya Hera kesal.

"Kamu nih, suami kamu mau pergi kerja juga. Malah main masuk aja, bukannya ditungguin sampai berangkat." Omel Bunda.

Hera mendelik.

Dasar anak itu.

"Ya sudah Bun. Leo pamit dulu ya." Aku mencium punggung tangan Bunda.

"Hati-hati Yo." Balas Bunda dengan senyuman.

Aku melangkah ke teras sementara Hera mengikuti dari belakang. Begitu sampai di teras, aku berbalik menatapnya.

"Mas berangkat dulu ya, hati-hati kamu. Jangan bandel. Jangan kemana-mana sebelum Mas jemput!"

"Iya, iya bawel."

Aku tersenyum. Dengan santai aku mencium kening Hera lalu mengacak rambutnya pelan.

"Mas pergi dulu ya."

Aku hendak berbalik. Tapi tanganku ditahan dari belakang membuat aku kembali berbalik.

"Ada apa?" Tanyaku.

Hera meraih tanganku dan mencium di punggung tangan. Setelah itu ia menatapku.

"Ng... hati-hati ya... Mas."

Bolehkah aku tersenyum sekali lagi?

- - - - - - - -

Hai :D berhubung saya lagi senang hari ini. Saya upload part iniiii. H-3 UN nihh. Doain saya ya semoga sukses dan lancar ujian nasionalnya:') aamiin, jadi bisa lanjutin cerita inii.

Makasih buat yang setia membaca:') semoga ga kecewa sama part ini.

Doain saya ya semuanya! :D

Danke.

Seguir leyendo

También te gustarán

146K 4.7K 62
#5 in Teenfiction 11-09-2018 #113 in Teenfiction 30-06-2018 [DON'T COPY MY STORY] Kalian tau kehilangan seseorang yang kita sayang lebih menyakitkan...
1.1M 94.5K 33
Sequel Kebelet Nikah #2 [Laksa-Lana after married] Ku akui, aku bahagia bisa menikah dengan suamiku. Ada banyak hal seru yang bisa aku lakukan bersa...
2.9K 306 31
Melangkah jauh demi sebuah harapan. Awalnya aku mengira kalau keputusan itu adalah jalan terbaik yang pernah ada. Hingga tak sadar, bahwa banyak hamb...
515K 2.1K 4
[ABIMANYU'S SERIES-BOOK I] -Tentang Jarak- Masuk jurusan favorit di universitas yang kita inginkan adalah sebuah impian terindah bagi semua yang tama...