Pesawat Kertas

By mentarisendja_

15.5K 9.6K 9.9K

Dia adalah rintik rindu dari kisah yang belum usai. Start : April 2021 Rank: 1 #cintamonyet (3... More

1. Goodlooking?
#2 Aneh
#3 Followers
#4 : Senja hari ini
#5 Hama
#6 Obsesi
#7 tidur siang berjamaah
#8 Cuek?
#9 Unknown number
# 10 Bayangmu
# 11 spy
#12 Misterius
#13 Gundah
#14 orang yang sama
#15 Ayo mabar!
#16 30 days
#17 I'm broken
#18 Antara dia dan dia
#19 Teman?
#21 Kerja kelompok extra
#22 Siapa?
#23 You broke my heart
#24 Space
#25 Luka itu sakit
#26 Sorry
#27 : Menjauh
28 : Mission
#29: NIGHTMARE
#30 : That's crime
#31 : Mencari Dalang
#32 : Retak
#33 : Dalang dari dalang
#34: Ribuan maaf
#35: Kamu, hujan dan rindu

#20 Teka-teki

345 259 213
By mentarisendja_


Daniel baru saja selesai mandi, lalu cowok itu memilih untuk merebahkan tubuhnya dikasurnya. Sepulang sekolah tadi ia langsung tanding basket dengan SMA BAKTI. Lelah tentu saja, namun itu semua terbayarkan dengan skor tinggi yang berhasil diperoleh teamnya.
SMA BAKTI memang rival nomor satu dengan sekolahnya terlebih di eskul basket. Pernah sekali mereka mampu menaklukan teamnya dengan skor yang lumayan jauh berbanding dengan skor yang diraih oleh teamnya. Tentu saja hal itu bukan tanpa sebab karna pada waktu itu Daniel selaku leader harus mengfokuskan pikirannya pada olympiade matematika.

Bukan hanya dirinya melainkan dengan Aksa yang juga mengikuti olympiade.
Daniel meraba kasurnya saat merasakan sesuatu yang bergetar, diraihnya benda pipih itu. Tanpa berpikir panjang ia langsung membuka notif yang baru saja masuk.

"Bagai pinang dibelah dua. Kamu selalu menantinya tapi ada suatu hal yang terlupakan dimemorimu."

Daniel berdecak kesal, entah sudah berapa kalinya ia mendapatkan pesan seperti ini dari nomor yang sama namun saat ia menelfon nomor itu selalu tidak bisa. Ia memang menganggap pesan ini hanya keisengan seseorang tapi tetap saja memaksanya untuk memikirkan jawaban dari teka-teki itu.

Daniel menscrool pesan tersebut hingga terhenti pada pesan yang pertama. Ia membacanya ulang karna selama ini ia tidak pernah berniat untuk membalasnya. Satu per satu pesan itu ia baca dengan disertai kernyitan yang tercetak dikeningnya.

"Hanya dengan dia kamu terlihat sangat bahagia dan tersenyum lepas bahkan kamu mengalah, pikirkan jawabannya maka sesuatu yang kamu cari selama ini akan kamu ketahui dengan mudah."

Daniel merubah posisisnya menjadi duduk. Senyum? Ia memang jarang tersenyum ya ia menyadari hal itu. Namun seseorang itu bisa membuatnya tersenyum bahkan tertawa lepas layaknya tak ada beban di pikirannya. Rindu gadis itulah yang selalu berhasil membuatnya tersenyum. Ia selalu tersenyum meskipun gadis itu tak melemparkan gurauan. Mungkinkah jawaban pertama adalah Rindu? Daniel meragu ia beralih pada pesan berikutnya.

"Dia ada bersamamu namun kamu selalu mencarinya. Pikirkan maka teka-teki ini akan membuka jawaban untuk teka-teki lainnya."

Pertanyaan itu terus berputar di otaknya layaknya seperti kaset rusak. Selalu didekatnya? Namun selalu dicari? Selalu didekatnya bisa saja sahabat-sahabatnya yang hampir setiap hari pasti bertemu dengannya tapi jika selalu dicari, tidak ia cari pun sahabat-sahabatnya selalu muncul dimana pun. Bahkan ia sedang mengisi bensin pun selalu bertemu dengan salah satu sahabatnya. Otak cemerlang lelaki tampan itu terus berpikir keras untuk menjawab pesan singkat yang membingungkan.

Selalu dicari? Lagi, pertanyaan itu berputar di otaknya. Hm apakah...masa lalunya? Ya ia selalu mencari sosok itu tapi mengapa pernyataan dalam pesan itu mengatakan 'dia selalu bersamamu namun kamu selalu mencarinya?' Ia memang mencari seseorang itu apa artinya seseorang yang ada di masa lalunya selalu berada didekatnya namun ia tidak menyadari hal itu? Lalu apa maksud dari pesan ini?

Daniel menghela napasnya lalu kembali mengernyit kemudian memilih untuk menscrool dan membaca pesan dibawahnya.

"Bagai pinang dibelah dua, ada sesuatu yang kamu lupakan dari seseorang yang kamu tunggu."

Itu sebuah peribahasa. Ya ia tahu inti atau maksud dari peribahasa itu 'kembar'. Ia membaca ulang pesan tersebut dengan kening yang masih berkerut. Sesuatu yang ia lupa dari seseorang yang ia tunggu? Seseorang yang ia tunggu adalah gadis hujan itu. Ia tak pernah lupa dengan wajah gadis itu karna ia menyimpan foto gadis itu dengannya sewaktu mereka kanak-kanak. Nama? Mungkin benar ia tak hapal betul nama dari gadis itu pasalnya dulu ia selalu salah memanggil nama gadis itu karena...

"Woy Niel gue panggil dari tadi ngapain sih lo?"

Daniel mendongakkan kepalanya kala mendengar suara yang tak asing ditelinganya. Dodit cowok dengan celana jeans selutut itu berdiri dengan raut kesalnya. Daniel sendiri tak tahu penyebab raut muka sahabatnya yang menghancurkan fokusnya kali ini. Ia menaikkan salah satu alisnya seolah berkata 'apa?'
Di tempatnya Dodit berdecak kesal bahkan kekesalannya bertampah kali lipat dengan respon yang diberikan Daniel yang seperti itu tidak tahukah mahluk bermuka datar itu bahwa ia sedang kesal dan itu karena mahluk di depannya. Ia mencarinya sedari tadi bahkan rela menghabiskan tenaga dan membiarkan suaranya serak karena terus memanggil cowok itu?

"Kuy! Lo lupa hari ini lo udah janji mau nemenin gue pergi buat cari sepatu?"
Daniel yang paham dengan maksud kedatangan sahabatnya tersebut hanya mengangguk.

"Tunggu gue ganti baju dulu."

Mengerti itu Dodit pun langsung melenggang dari kamar cowok itu. Ia turun menuju ruang keluarga untuk kembali menyantap pisang goreng yang disajikan oleh art Daniel sembari menunggu cowok itu selesai.

"Wajah baru stok lama."

'"Buka topengnya, sesuatu yang menghancurkan kepercayaan."

Daniel masih tak paham dengan semua pesan ini. Ia mencoba mencerna tiap kata dalam rangkaian pesan yang layaknya sebuah teka-teki yang menuntut sebuah jawaban. Namun ia mengedikkan bahunya, yang harus ia lakukan saat ini adalah menepati janjinya dengan Dodit yang beberapa hari lalu terus merengek padanya agar ditemani pergi untuk membeli sepatu.

***

Dibawah langit yang mendung itu, Rindu berjalan menapaki trotoar. Hari ini hari kesialan baginya. Mobilnya mogok saat perjalanan menuju sekolah dan berakhir berjalan kaki seperti saat ini. Tak hanya itu, buku tugas yang ia kerjakan semalam tertinggal di rumah alhasil ia pun mendapat wejangan dari bu Weni. Tadinya ia berniat untuk pulang menggunakan ojol tapi paket internetnya habis. Ia sempat menunggu taksi namun langit semakin meredup membuatnya bergegas meninggalkan sekolah.
Rindu berdecak pelan tangannya tak lepas memegangi tali ranselnya. Deru motor yang bising membuatnya menoleh ke belakang.

"Ikut gue," ujar Daniel setelah membuka kaca helmnya.

"Ogah."

"Lo nggak capek jalan kaki? Nggak usah gengsi, entar lo kehujanan."

Rindu terdiam bola matanya menatap langit diatas sana. Gumpalan awan hitam pekat menutupi matahari mungkin tak lama lagi turun hujan. Ia tak apa jika basah karna hujan namun tidak dengan bukunya.

"Kemana?"

"Buruan naik."

Dengan berpegangan bahu Daniel, Rindu berhasil naik ke jok belakang motor Daniel. Motor pun melaju setelahnya. Ia memejamkan matanya saat angin menyapu wajahnya rambutnya yang digerai pun tertiup angin. Perlahan rintik hujan mulai Turun setetes dan disusul bulir-bulir air berikutnya.

"Pegangan."

Rindu membuka matanya setelah mendengar seruan dari Daniel.

"Apa?!"

Bukanya menjawab Daniel malah menambah kecepatan laju sepeda motornya. Ia memang sengaja, sebab gadis di belakangnya ini sangat susah jika disuruh pegangan alih-alih menuruti yang terjadi adalah debat. Daniel menghentikan laju motornya tepat didepan sebuah cafe bernuansa alam. Ia sengaja mampir ke cafe ini karena jika ia menerobos hujan bisa-bisa Rindu demam disisi lain ia tahu gadis yang duduk di belakangnya itu paati belum mengisi perutnya sejak pagi. Karena ia selalu mengawasi Rindu diam-diam.

"Kok berhenti?"

"Kalo nerobos hujan yang ada kita basah, turun."

Rindu langsung turun disusul dengan Daniel merekapun masuk ke dalam cafe tersebut. Rindu memilih spot di dekat jendela kaca karna ia bisa melihat hujan meskipun terhalang oleh kaca. Waiters dengan mengenakan seragam hitam putih menghampiri meja mereka.

"Permisi mas sama mbaknya mau pesen apa?"

Daniel langsung melirik Rindu bermaksud menanyakan hal yang sama dengan waiters tadi melalui tatapan mata. Seolah mereka tengah melakukan telepati.

"Teh tarik satu gulanya dikit."

"Masnya?"

"Americano hazelnut."

"Ada lagi?"

Baik Daniel maupun Rindu menggeleng secara bersamaan. Waiters pun menyebutkan kembali pesanan mereka lalu pergi meninggalkan meja mereka. Rindu kembali menatap ke arah jendela ia menempelkan telapak tangannya di kaca tersebut. Daniel yang menyaksikan itu mengernyit bingung namun ia juga tersenyum tipis.

"Kalo mau nyentuh hujan keluar aja percuma kayak gitu gak bakalan bisa."

Rindu tak merespon ucapan Daniel ia tak beralih sedikitpun baik telapak tanganya maupun tatapan matanya. Ia suka hujan entah banyak alasan mengapa ia menyukai hujan. Rintik hujan selalu ia jadikan sebagai lagu pengantar tidur kala hujan turun. Ia selalu ke balkon kamarnya saat hujan turun, menyaksikan ribuan bulir-bulir air yang jatuh bebas ke bumi.
Sedangkan Daniel, cowok itu memandang Rindu dan hujan bersamaan ada perasaan hangat yang menjalar dihatinya. Rindu dan hujan mengingatkannya pada gadis yang ia tunggu selama ini. Sama dengan Rindu, gadis itu juga suka hujan ia selalu datang ke rumahnya dan mengajaknya bermain hujan di taman depan rumahnya. Sudah lama, hingga ia lupa nama panjang dari gadis itu.

"Kenapa lo suka hujan?"
"Karena gue ngerasa tenang aja tiap kali ngehirup pethicthor hujan, tapi kadang nyebelin juga sih."

"Why?"

"Nggak tau kenapa gue suka tiba-tiba kangen sama seseorang."

"Bucin," ujar Daniel sambil terkekeh pelan.

"Sirik aja lo," ujar Rindu lalu menoleh ke Daniel kini ia menghadap ke cowok itu. Ia dapat melihat sorot mata Daniel yang berubah sayu.

"Dia sama kaya lo, suka hujan."Daniel menjeda kalimatnya pandangan matanya menerawang jauh pada masa lalunya dimana ada hujan maka ada gadis itu.

"Dia selalu ngajak gue keluar rumah buat hujan-hujanan, gue ngerasa dia hadir di setiap hujan meskipun gue nggak tau dia dimana sekarang."

Rindu merasa tercekat jantungnya berdegub begitu kencang tatapannya terkunci pada Daniel. Ia....merasakan hal yang sama.

***

Pagi tadi ia menjemput Rindu untuk pergi ke sekolah, cewek itu tidak menolak ajakannya sama sekali. Tentu saja itu membuatnya senang tapi tak mampu mengurangi rasa kegelisahannya. Sejak membaca pesan-pesan tersebut Daniel sering merasa gelisah ia takut jika masa lalunya kembali namun, ia sudah merasa nyaman dengan gadis lain. Rasa gelisah itulah yang membuatnya susah untuk memejamkan mata dan berakhir ia terjaga hingga adzan subuh berkumandang.

Cowok dengan jambul kecoklatan itu terus memperhatikan gerak-gerik sahabatnya yang tampak tak biasa. Cowok yang duduk di depannya itu tampak tak bersemangat dengan kantung mata yang terlihat lebih gelap dari biasanya. Bukan hanya ia saja yang memperhatikan Daniel tapi juga sahabatnya yang lain.

Sejak mereka tiba di kantin belum ada obrolan sama sekali antara mereka bahkan Dodit yang biasanya mengisi perutnya dengan banyak makanan kini cowok itu malah sibuk ikut memperhatikan Daniel sambil sesekali melirik para sahabatnya satu persatu. Virgo dan Vino pun lebih memilih untuk bermain game diponselnya. Aksa? Tentu saja cowok itu anteng.

Brak!

Suara gebrakan itu berhasil membuat keenam lelaki tampan itu mendongakkan kepalanya dan memusatkan pandangannya pada Dodit.

"Sialan lo pada kenapa sih diem-diem aja?" Dodit yang sudah muak dengan situasi pun mengeluarkan suaranya. Apa-apaan mereka ini, sedang mengheningkan cipta atau apa? Hanya saling melirik satu sama lain.

"Ck, pada kesambet lo?" Ujarnya lagi dengan nada yang meninggi.

"Brisik lo!" ujar Daniel lalu bangkit dari bangkunya.

"Mau kemana Niel?" Ujar virgo yang juga ikut berdiri.

"Kelas."

Keadaan masih sama seperti tadi, hening. Aksa yang berjalan paling depan bersisihan dengan Daniel merasa aneh dengan para sahabatnya yang berjalan dibelakangnya. Bukannya apa, melainkan ini momen yang langka karna mereka tidak bersuara sama sekali padahal biasanya mereka saling menjahili satu sama lain.

"Pagi sayang!"

Daniel mendengus kesal, cewek dengan rambut bagian bawahnya berwarna abu-abu itu bergelanyut manja di lengannya. Dengan tangan kirinya ia menjauhkan kepala Gebi dari lengannya membuat gadis itu mencebik kesal.
"
Kok gitu sih biasanya juga nggak papa."

"Halu lo!" Ujar Virgo dengan sengit.

"Cuma ngingetin jatoh sakit!" Teriak Bimo yang telah melangkah beriringan dengan Daniel dan Aksa yang kemudian disusul Vino dan Dodit dibelakangnya.

"Iya Niel pulang sekolah aku bareng kamu kok sayang!" Teriak Gebi yang mengundang perhatian beberapa pasang mata di sepanjang koridor.

"Sialan bitch udah gila tuh pasti," ujar Dodit sambil geleng-geleng kepala.

"Nggak usah diladenin malah makin senang dia."

Mereka berpapasan dengan Rindu di depan kelas Rindu. Cewek itu langsung berbalik setelah mengasah pensilnya dengan rautan. Daniel sempat bertemu tatap dengan Rindu sebelum Rindu memalingkan pandanganya.

"Rin, " panggil Dodit yang membuat Rindu menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kelas.

"Apa?"

"Kamu tau nggak kita bakal punya barang couple?"

Rindu terdiam ia sama sekali tidak mengerti maksud Dodit atau barangkali ia yang memang malas meladeni Dodit yang notabene raja gombal seantero sekolah. Sementara Daniel dan kawan-kawan paham betul trik jadulnya Dodit. Cowok bertubuh tinggi semampai itu jarang sekali menggunakan kata 'aku kamu' ketika berbicara dengan siapa pun kecuali ketika akan melancarkan aksi modusnya. Gombal.

"Nggak tau ya? Sini aku bisikin."

"Jangan modus lo dapet bogemannya Daniel mampus lo," ujar Virgo yang membuat mereka memusatkan pandangannya pada Daniel.

Cowok beralis tebal itu Menyatukan kedua alisnya tanda bahwa ia tak mengerti maksud Virgo.

"Sirik aja lo!"

"Jadi kita couple apa mas?" Bukan Rindu yang bertanya melainkan Vino dengan suara yang dibuat-buat.

"Kita couple buku nikah!"

"Hah garing say!"

"Jalan," ujar Aksa lalu merangkul leher Dodit dan Virgo hingga mau tak mau membuat keduanya melangkahkan kakinya. Sementara Bimo melangkah masuk kedalam kelasnya.

"Rin," Daniel menghampiri Rindu dengan salah satu tangannya di masukkan ke dalam saku celananya lalu menyodorkan plastik putih. Sebelum ia beranjak pergi dari kantin ia sempat membeli sesuatu dan ia berniat memberikannya pada Rindu.

"Apa?"

"Gue tau lo tadi nggak ke kantin," ujarnya lalu pergi setelah menyerahkan kantong plastik tersebut.

Rindu memperhatikan punggung Daniel yang semakin lama semakin menjauh lalu ia menghela napas dan membuka kantong plastik yang Daniel berikan beberapa menit lalu. Sandwich dengan susu kotak fullcream rasa vanila membuat Rindu tersenyum.

***

Hello!
Bagi yg berhasil menjawab teka-teki tidak akan mendapat hadiah sebesar satu jt rupiah dipotong pajak😁

Ada yg kangen Geboy a.k.a Gebi?

Vote & comment🔫

Continue Reading

You'll Also Like

1.3K 1K 20
"Jangan pernah tinggalin gue ya, Gey." "Mana mungkin gue ninggalin lo sendirian di dunia yang kejam ini?" Ini tentang Sheyla Aralea. Gadis berusia tu...
1.9M 93.2K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
441 327 6
ini kisah seorang wanita yang dibesarkan dengan uang, sehingga ia menjadi pribadi yang keras kepala, nakal, dan egois. hobby nya adalah membully, tid...
10.1K 387 10
Antologi Puisi Hidup Jika "lisan" tak lagi dapat "menjelaskan", maka biarkan "tulisan" yang "menegaskan".