King of the Cruelty

By ShinyAlph

694K 121K 10.8K

(Fantasy - Romance) Afsheen mendapat pesan dari unknown email yang berisi sebuah link. Karena penasaran, ia m... More

P R O L O G U E
I. Crash
II. Escape
III. Riding
IV. This is real
V. Prisoner
VI. My Name is Estella
VII. The hand of Keigher
VIII. Dinner
IX. I got played
X. Kidnapping
XI. Mistake
XII. Be Hostage
XIII. Rescue
XIV. Return
XV. Unexpected
XVI. Father
XVII. Home
CAST
XVIII. Same thing
XIX. Intruder
XX. Threat
XXII. Bring me!
XXIII. Sheena
XXIV. Obsessive
XXV. Who is the real?
XXVI. Valley
XXVII. Aphrodisiac
XXVIII. Mine
XXIX. Marriage Proposal
XXX. Reason for refusal
XXXI. Miracle
XXXII. Ally
XXXIII. Doubt
XXXIV. When we first met
XXXV. Flashback
XXXVI. Flashback (2)
XXXVII. Attack
XXXVIII. Is It Funny?
XXXIX. Here
XL. Too Late
SPECIAL PART : Past Life
SPECIAL PART : promise of peace
SPECIAL PART : Simulation of living together

XXI. Embarrassed

16.5K 3.4K 289
By ShinyAlph

“Wuah...” Afsheen terpesona sejak tadi. Dia dengan antusias melirik sana-sini, menikmati suasana hiruk pikuk yang dia duga adalah pasar malam.

Karena gumaman pelan dari gadis itu, Keigher jadi meliriknya ringan. Ada sorot geli samar dalam tatapannya sebab merasa bahwa gadis itu nampak seperti anak kecil polos yang baru melihat dunia.

Tatapan Afsheen kemudian tertuju pada sebuah kios. Dia tanpa sadar menarik jubah Keigher pelan, mengambil atensi pria itu. “Yang Mulia, saya ingin itu!”

Kening Keigher mengerut dangkal menatap wajah berbinar gadis itu kemudian kios yang memamerkan berbagai permen berbentuk apel hingga kelinci yang berwarna-warni.

“Kau menginginkan itu?” tanyanya aneh. Melihat anggukan antusias Afsheen, dia mengejek, “Apa kau bocah?”

Binar di mata gadis itu redup dan langsung menyadari kenyataan bahwa dia berhadapan dengan Kaisar tiran. Mana mungkin dia mengerti hal menyenangkan ini.

Keigher mendengkus lalu berjalan. Beberapa saat kemudian dia melirik ke belakang dengan tak sabar. “Bukankah kau ingin membelinya? Cepat.”

Afsheen tertegun sejenak. Melihat Keigher menuju kios permen tersebut, matanya berubah cerah dan segera mengejarnya.

“Berikan dia semuanya.” Keigher melemparkan beberapa koin emas, membuat mata pemilik kios melebar.

Ditatapnya sosok berjubah hitam dengan kegembiraan. Meski dia tidak dapat melihat seperti apa rupanya, namun dia tahu bahwa pria itu adalah orang kaya yang harus dilayani dengan baik!

“Baik, Tuan.” Dengan semangat dia membungkus semua permen di kiosnya dan memberikannya kepada Afsheen dengan mata cerah. Koin emas yang diberikan pria itu sangat lebih dari cukup untuk membeli semua permennya.

Sudut bibir Afsheen berkedut melihat tas yang penuh dengan permen di tangannya. “Saya hanya butuh satu.”

“Kau bocah, makanlah hingga puas sehingga tidak merengek seperti tadi.” ujar Keigher sambil menepuk pucuk kepala gadis itu.

Afsheen mengulum bibirnya menahan umpatan dan mendongak menatap pria itu dengan mata melengkung karena senyuman. “Terima kasih. Anda benar-benar seperti seorang ayah yang bijaksana.”

Tangan Keigher menjadi kaku di atas kepala Afsheen. Menghadapi senyuman cerahnya, matanya perlahan berubah suram dan berbalik pergi.

Kepuasan langsung melanda Afsheen karena berhasil membuat pria itu kesal. Dengan penuh kemenangan, dia mengambil satu permen apel dan memakannya sambil mengekori Keigher.

“Yang Mulia,” panggil Afsheen yang masih sibuk memakan permennya. “Kenapa anda membawa saya ke sini?”

Keigher sejak awal diam. Tetapi ditodong pertanyaan ini, dia menjawab dengan santai, “Kudengar ada festival di wilayah ini. Jadi aku datang melihat.”

“Oh ya? Jadi ini adalah festival?” tanya Afsheen excited. Dia kembali melirik sana-sini, mengamati raut wajah semua orang yang berbahagia.

“Hn,”

Berkeliling tanpa berbuat apa pun, Afsheen jadi merasa kelelahan. Apa lagi dia harus menjinjing kumpulan permen ini. Ketika matanya berpedar bosan, tatapannya terfokus pada kumpulan anak-anak yang bermain.

“Yang Mulia, tunggu di sini.” perintahnya tanpa sadar dan segera meninggalkan Keigher untuk menuju anak-anak tersebut.

Dari jauh Keigher melihat gadis itu membungkuk, berkata sesuatu yang membuat semua anak kecil itu mendekat antusias dan kemudian membagikan permennya hingga tandas.

Dengan senyuman lebar Afsheen membali mendekati Keigher yang masih diam dalam pikirannya. “Yang Mulia, ayo!”

Semakin malam, tempat itu bukannya sepi malah sebaliknya, bertambah ramai. Afsheen melihat sebuah kios, memikirkannya sejenak sebelum menariknya mendekat.

“Halo Lady.” Penjaga kios langsung menyapa dengan semangat sebab tempatnya sejak tadi tidak memiliki pengunjung yang banyak. Namun dia hanya menyapa Afsheen dan mengira bahwa pria yang berjalan di belakangnya degan jubah tanpa memperlihatkan wajahnya adalah pengawalnya.

“Untuk apa ini?” tanya gadis itu sembari melihat-lihat kertas kosong di atas meja.

“Kertas harapan,” Melihat Afsheen mulai tak yakin, dia segera menjelaskan. “Ini benar-benar ampuh. Lady tinggal menulis harapan dan memasukkannya ke botol kecil ini lalu menguburnya di halaman sana. Ketika harapan itu benar-benar terwujud, Lady bisa datang dan mencarinya lagi.”

“Wow, kelihatannya menarik.” Afsheen memberikan koin kepada penjaga kios, mengambil satu kertas dan tinta untuk Keigher. Dia mendekat dan berkata dengan suara kecil, “Yang Mulia juga tulislah sesuatu.”

Melihat kertas serta kuas untuk menulis, alis Keigher mengerut. Dia mengalihkan tatapan pada gadis yang menjauh darinya sambil menutupi kertasnya dengan ketat, seolah Keigher akan menyontek kapan saja.

Menggeleng karena merasa hal ini benar-benar tak berarti, dia mencelupkan kuas pada tinta dan memberikan titik di kertas kosong tersebut sebelum menggulungnya dan memasukkannya ke dalam botol kaca kecil. Dia tidak pernah mempercayai hal seperti ini.

Sambil membawa botol yang berisi kertasnya, Afsheen mendekat. “Ayo kita kubur!”

Tanpa membiarkan pria itu menolak, Afsheen menariknya. Celingak-celinguk, tatapannya jatuh pada pohon tua yang cukup jauh. Di sekitarnya terdapat beberapa orang yang menggali, sepertinya mereka juga sama.

Tidak mungkin untuk meminta Keigher menggali, jadi Afsheen menyemangati diri sendiri dan mulai menggali tepat di bawah pohon. Keigher melirik sekitarnya, sejak tadi diam hanya untuk mengikuti keinginan gadis itu.

“Berikan pada saya milik Yang Mulia,” Meski kalimatnya meminta, namun tindakannya adalah merampas. Dia segera mengubur kedua botol itu dan menepuk tanah yang datar dengan puas.

Tatapan Keigher tertuju pada Afsheen. “Apa yang kau tulis?”

Mata gadis itu mengerjap. “Saya—”

BOOM!

“Wuahhh!” Perhatian Afsheen teralih pada langit yang memunculkan berbagai warna yang bermekar kemudian menghilang. Matanya berbinar, dia tidak tahu di dunia ini terdapat petasan juga!

Keigher tidak menatap keindahan di langit, melainkan wajah gadis itu. Sekitarnya gelap, tetapi karena beberapa lentera di sekitar ditambah petasan yang meledak di langit, wajah gadis itu entah menjadi bercahaya.

Dalam diam mengamati gadis itu, Keigher tidak menduga bahwa tiba-tiba dia akan menoleh menatapnya dengan senyuman lebar hingga matanya menyipit.

“Tadi saya menulis agar Yang Mulia selalu sehat, kuat dan panjang umur!”

Pria itu tertegun sejenak sebelum terkekeh rendah. “Bodoh,”

Dalam perjalanan kembali ke kediaman Huntly, Keigher mencoba melihat wajah gadis itu karena sejak tadi tidak bersuara. Alih-alih melihatnya melek, dia malah mendapati gadis itu tertidur nyenyak dengan napas teratur.

Sudut bibirnya terangkat dan menarik pinggang gadis itu untuk bersandar lebih dekat dengannya. Begitu sampai di mansion, dia menggendong Afsheen dan melompat hingga balkonnya.

“Yang Mulia...”

Tubuh Keigher menjadi kaku merasakan usapan di dadanya akibat gelengan kepala gadis itu. Dia menunduk menatapnya yang masih tertidur dan segera meletakkannya si atas ranjang.

Duduk sebentar di pinggir ranjang, tangannya menggeser rambut yang menghalau wajah gadis itu. “Sheena,” bisiknya namun tidak mendapat respon.

Iris mata merahnya menyapu wajah damai gadis itu. Matanya mengerjap dua kali sebelum mendekatkan wajahnya. Aroma ringan dan manis menyeruak ke dalam indra penciumannya. Begitu bibir dinginnya menyentuh bibir hangat dan lembut gadis itu, seperti ada sengatan kecil dalam tubuhnya.

Dia segera berdiri dan pergi. Wajahnya yang tidak tertutup tudung memperlihatkan warna merah samar.

July 11, 2021.

Continue Reading

You'll Also Like

643K 53.3K 56
|FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TITIK!!| Transmigrasi jadi tokoh utama? Sering! Transmigrasi jadi tokoh jahat? Biasa! Transmigrasi jadi tokoh figuran? Bas...
131K 14.4K 15
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 3) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ____...
464K 30.6K 25
Bagaimana jika kamu sedang tidur dengan nyaman, tiba tiba terbangun menjadi kembaran tidak identik antagonis?? Ngerinya adalah para tokoh malah tero...
677K 40.6K 63
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...