Secret | Treasure ✓

Door rvelie

218K 52.1K 9.7K

[TERSEDIA DI SHOPEE] "Ada kasus pembunuhan berantai yang terjadi di antara dua belas remaja di sana." --- Sej... Meer

CAST
PROLOG
Part 01
Part 02
Part 03
Part 04
Part 05
Part 06
Part 07
Part 08
Part 09
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 41
EPILOG
❗ Explanation
VOTE COVER
[ PRE ORDER ]

Part 40

3.9K 1K 340
Door rvelie

"Gue pelaku utama dibalik semua ini, Woo."

Jeongwoo terperanjat, maniknya melebar ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut Haruto.

Haruto ... pelaku utamanya?

"Nggak usah bercanda." Jeongwoo kesal karna Haruto bercanda disaat seperti ini.

Jeongwoo tahu, Haruto suka bercanda, tapi ini bukan saat yang tepat.

"Siapa yang bercanda? Gue serius," jawab Haruto sambil bangkit berdiri.

"Kalo lo pelaku utamanya, kenapa lo selamatin gue?"

"Coba lihat diri lo sekarang, kaki sama tangan masih diiket, emang artinya udah selamat?"

Jeongwoo mematung, menyadari ia belum sepenuhnya selamat karna Haruto belum melepas ikatan pada tangan dan kakinya.

"Gue dateng bukan buat selamatin lo, tapi buat ngebunuh lo, Woo." Haruto mengangkat pistol dan mengarahkan tepat di kening Jeongwoo. "Mau langsung atau mau nanya sesuatu dulu? Gue tau pasti ada banyak pertanyaan dalam kepala lo tentang apa yang terjadi. Kalo lo mau tau, gue bisa jelasin semuanya sebelum lo mati."

Jeongwoo menatap Haruto nyalang, tak percaya jika seseorang yang ia anggap pahlawan, justru membuatnya berada diambang kematian.

"Ini ... lo serius?" Jeongwoo berusaha memastikan, masih menolak fakta yang Haruto ucapkan.

"Perlu gue bunuh lo sekarang biar lo percaya?"

Kalimat itu berhasil membuat Jeongwoo panik dan sadar jika Haruto tak bercanda.

"Cepet jawab, mau langsung mati atau mau tau dulu tentang apa yang terjadi?" tanya Haruto lagi, karna Jeongwoo tak kunjung menjawab.

"Gue nggak mau mati."

"Itu nggak ada di pilihan."

"Gue nggak mau milih apa yang lo suruh."

"Kalo lo nggak mau pilih, gue bakal langsung buat lo mati."

"Brengsek." Jeongwoo mengumpat kesal, merasa tak ada pilihan lain. "Jelasin semuanya."

Pada akhirnya, Jeongwoo memilih itu. Selain untuk mengulur waktu kematian, Jeongwoo juga ingin tahu tentang apa yang terjadi sebenarnya.

Setidaknya jika Jeongwoo mati hari ini, ia tak akan jadi arwah penasaran yang tak tenang karna mencari kebenaran.

"Ok, gue jelasin semuanya secara singkat. Karna yang jelasnya tadi udah dijelasin Bang Hyunsuk, Bang Jihoon, sama Bang Yoshi, kan?"

Jeongwoo terperanjat. "Kok lo tau?"

"Gue nunggu di luar daritadi, jadi gue denger apa aja yang kalian omongin." Haruto berterus terang. "Kalo lo tanya kenapa gue nggak masuk, karna gue males buang tenaga buat ngomong. Biar mereka yang jelasin, sisanya gue yang lanjutin."

"Anjing."

Haruto  menurunkan pistolnya, membuat Jeongwoo sedikit merasa lega.

"Seperti yang udah lo tau, Bang Mashiho dibunuh sama Bang Yoshi malam itu, karna dia nguping pembicaraan kita bertiga tentang rencana balas dendam ke Bang Hyunsuk satu hari sebelumnya." Haruto memulai cerita sambil mengingat kejadian yang sedang diceritakan. "Tapi itu berdasarkan apa yang Bang Jihoon dan Bang Yoshi tau, padahal sebenernya nggak gitu. Bang Mashiho nggak tau apa-apa."

"Kalo Bang Mashiho nggak tau apa-apa, kenapa dia dibunuh?"

"Itu kerjaan gue," jawab Haruto tanpa ragu. "Setelah selesai bahas rencana di rumah Bang Yoshi, gue bilang kalo gue nemu kalung Bang Mashi di depan pintu rumah dan ngasih dugaan ke mereka kalo Bang Mashi nguping pembicaraan kita. Begonya mereka percaya dan besok malem Bang Yoshi beneran ngebunuh dia, padahal kalung itu udah dikasih Bang Mashiho ke gue."

"BAJINGAN LO!"

Haruto terkekeh melihat Jeongwoo yang nampak marah, sahabatnya itu terus berusaha melepaskan diri untuk menyerangnya.

Jeongwoo bodoh, ia hanya menghabiskan tenaga sendiri.

"Lo inget soal jaket couple kita yang tertangkap cctv pas kasus kematian Bang Mashiho?"

Jeongwoo terdiam, kembali mengingat hal itu.

Jeongwoo tak mungkin lupa, karna pelaku yang tertangkap cctv menggunakan jaket couple mereka, semua jadi kacau. Mereka saling mencurigai satu sama lain karna hal itu.

"Itu lo?"

Haruto menggeleng. "Bukan."

"Terus siapa?"

"Nggak ada."

"Maksudnya?"

"Nggak ada kamera cctv yang nyorot pelaku di sekitaran lokasi pembunuhan Bang Mashiho. Jaket couple yang tertangkap kamera cctv cuma akal-akalan dari gue supaya kalian saling curiga. Kalo kalian nggak bersatu, rencana kita bakal berjalan lebih mudah," ungkap Haruto. "Begonya kalian percaya sama omongan Bang Jihoon dan Bang Yoshi tanpa pernah nanya langsung ke pihak polisi perihal cctv itu."

Haruto tertawa pelan, menertawakan kebodohan teman-temannya sejak awal kejadian.

"Kalian mikir nggak? Kalo rekaman cctv itu beneran ada dan polisi tau pelakunya salah satu di antara kita. Kita semua pasti udah dalam pengawasan ketat polisi sejak awal."

Haruto benar.

Jika rekaman cctv itu benar-benar ada, mereka semua pasti telah berada dalam pengawasan polisi sejak awal dan tak dibiarkan bebas tanpa kecurigaan.

Kenapa Jeongwoo tak menyadarinya?

"Bang Mashiho dateng ke mimpi gue semalem dan minta tolong biar gue berhenti, kayaknya bukan berhenti lari dari dia. Tapi berhenti buat ngelakuin ini semua," lanjut Haruto, membuat Jeongwoo kembali menaruh atensi padanya. "Tapi udah sampe sini, mana mungkin gue berhenti."

"Bang Mashiho baik, dia mau lo berubah. Harusnya lo sadar."

"Udah terlanjur, jadi mending kita lanjut ke cerita kedua." Haruto mengabaikan perkataan Jeongwoo, nampak tak peduli. "Tentang Bang Doyoung, kayaknya gue nggak perlu jelasin apapun. Karna lo udah tau si pelaku dan apa motifnya, jadi semua udah jelas."

"Lo juga tau?"

"Iya dong, kan gue tau semuanya."

"Tau dari mana?"

"Gue nggak sengaja ngelihat Bang Hyunsuk sama Bang Yedam malam itu, jadi gue ikutin. Dan ternyata mereka pergi ke rumah Bang Doyoung buat ngebunuh dia."

"KENAPA NGGAK LO BANTU, HAH?!"

"Gue udah bantu Bang Hyunsuk sama Bang Yedam dengan tutup mulut atas kejahatan mereka kok," jawab Haruto tanpa pikir panjang. "Gue cuma bocorin ke Bang Yoshi aja baru-baru ini, biar dia makin benci sama Bang Hyunsuk."

"MAKSUD GUE BANTUIN BANG DOYOUNG BIAR NGGAK DIBUNUH!"

"Buat apa? Kan gue juga pengen dia mati."

Jeongwoo langsung melayangkan berbagai sumpah serapah kepada Haruto, namun yang dimaki justru menyeringai tanpa merasa berdosa.

"Mending lo diem deh, gue mau cerita tentang kematian Bang Junkyu. Lo belom tau, kan?"

Jeongwoo langsung diam, memandang Haruto marah sekaligus penasaran.

Ya, Jeongwoo marah. Tapi bagaimanapun juga, ia perlu kejelasan tentang semua teka-teki yang terjadi selama ini.

"Pembunuh Bang Junkyu sama dengan orang yang udah ngebunuh kucing liar di area perumahan kita."

Tubuh Jeongwoo menegang, kembali teringat dengan keadaan kucing liar yang ia temukan tewas beberapa waktu lalu.

Kucing yang Jeongwoo duga mati karna dibunuh, dan ternyata memang dibunuh.

"Siapa?"

"Bang Asahi."

"NGGAK USAH BOHONG!"

Haruto berdecak sebal. "Gue serius."

"Tau dari mana?"

"Gue ngikutin Bang Asahi malam itu, dan ternyata Bang Junkyu juga lagi ngikutin dia." Haruto memulai cerita. "Bang Junkyu masuk ke dalam taman ujung komplek pas denger suara kucing kesakitan, yang ternyata kucing itu lagi dibunuh sama Bang Asahi. Dia ngefotoin Bang Asahi buat bukti, tapi malah ketahuan dan berakhir dibunuh."

Jeongwoo terdiam di tempat, berusaha mencerna fakta yang Haruto katakan.

"Kenapa Bang Asahi ngelakuin itu?"

"Bang Asahi tuh psikopat."

Apa? Asahi seorang psikopat? Yang benar saja, Jeongwoo tak percaya.

"Nggak mungkin, gimana bisa Bang Asahi tuh psikopat?"

"Karna ayahnya kali."

"Emang ayahnya kenapa?"

"Selama ini Bang Asahi tinggal sama pamannya, nah menurut lo, ayahnya di mana?"

"Kerja di Jepang, bego. Kan Bang Asahi udah pernah bilang."

Haruto menggeleng pelan. "Salah, ayahnya Bang Asahi bukan ada di Jepang."

"Terus di mana?" Jeongwoo nampak penasaran sekaligus takut mendengar jawaban Haruto.

Jeongwoo takut, jawaban Haruto tak akan bisa diterima oleh akal sehatnya yang sudah mulai lelah.

"Di penjara, karna kasus pembunuhan terhadap istrinya sendiri."

"Bercanda lo nggak lucu."

"Gue serius," kata Haruto penuh penekanan, menandakan ia serius dengan ucapannya. "Karna kasus itu, gue yakin kalo ayahnya Bang Asahi itu orang yang kasar, mungkin itu alasan anaknya bisa jadi kayak gitu."

Jeongwoo tak tahu harus memberi respon seperti apa atas fakta baru ini. Ia tak pernah tahu jika Asahi menyimpan masalah sekelam itu.

Kenapa Asahi tak pernah berbagi?

Saat Jeongwoo sedang sibuk dengan pikirannya, ia tiba-tiba teringat akan sesuatu.

"Bang Junkyu dibunuh sama Bang Asahi?"

"Iya."

"Berarti—"

"Iya, Bang Jihoon salah sasaran. Yang seharusnya dia bunuh itu Bang Asahi, bukan Bang Jaehyuk. Karna Bang Jaehyuk nggak tau apa-apa," jelas Haruto, seolah tahu apa yang akan Jeongwoo katakan. "Tapi nggak papa deh salah sasaran, yang penting mati."

Jeongwoo mengepalkan tangannya, menahan amarah yang ingin meledak.

"Sekarang Junghwan," kata Haruto, membuat Jeongwoo menegang ketika mendengar nama itu.

"Lo yang bunuh Junghwan?"

"Enggak, dia bunuh diri."

"Beneran?" Jeongwoo menatap Haruto ragu. "Bukan lo yang bunuh?"

"Bukan, dia loncat sendiri ke danau. Awalnya dia ragu buat bunuh diri, tapi akhirnya ada yang ngeyakinin dia. Dan akhirnya dia milih mati."

Jeongwoo terdiam sejenak, lalu menyadari ada yang janggal dari cerita Haruto.

"Kenapa lo bisa tau?"

"Kan gue yang ngeyakinin Junghwan buat bunuh diri."

"BANGSAT!"

Jeongwoo berontak lebih parah. Berbagai kalimat serapah untuk keluar dari mulutnya, namun Haruto sama sekali tak takut. Jeongwoo tak berdaya dan tak akan pernah bisa menang.

Jeongwoo marah, dan sekarang semakin marah ketika mengetahui Junghwan mati karna Haruto. Ia tidak terima.

"KENAPA LO BUNUH JUNGHWAN?!"

"Junghwan bunuh diri, bukan dibunuh sama gue."

"KALO LO BAWA DIA PERGI DARI SANA, DIA NGGAK BAKAL MATI!"

"Junghwan udah lama pengen mati, jadi apa salahnya gue ngebantu dia untuk dapetin sesuatu yang sejak dulu dia mau?"

Emosi Jeongwoo perlahan turun, berganti dengan kebingungan.

"Maksud lo?"

"Junghwan itu selalu ditekan orangtuanya buat jadi anak yang sempurna dalam segala hal, tapi dia nggak pernah dapet perhatian karna orangtuanya selalu sibuk sama kerjaan." Haruto tersenyum miris. "Junghwan itu punya masalah, tapi kita selalu ngira dia bahagia dan baik-baik aja. Padahal kenyataannya, Junghwan nggak baik, sejak dulu dia pengen mati."

Detik itu juga, Haruto melihat Jeongwoo menunduk, lalu bahu lebarnya mulai bergetar.

Jeongwoo menangis dalam diam.

"Lo bilang lo sayang sama Junghwan, tapi nyatanya lo nggak tau apapun tentang dia dan kesulitannya selama ini."

Kalimat itu membuat hati Jeongwoo tercabik, membuatnya sakit. ia merasa sedih dan marah pada satu waktu.

Sedih karna Junghwan ternyata mempunyai masalah yang ia pendam sendirian. Dan marah pada dirinya sendiri, karna tak bisa menjadi sahabat yang baik bagi Junghwan.

Jeongwoo merasa gagal dalam menjadi sahabat dan seorang kakak secara bersamaan.

"Udahlah, nggak usah nangis. Junghwan nggak bakal sedih kok, kan semua temen-temen kita udah ada di sana buat nemenin dia."

Jeongwoo seketika menatap Haruto bingung. "Semua temen-temen kita?"

"Iya, semua temen-temen kita udah di sana."

Di sana? Apa maksudnya ... sudah mati?

"Bang Asahi sama Bang Yedam?"

"Udah mati."

Jeongwoo terperanjat. "LO YANG BUNUH?!"

"Bukan. Bang Asahi bunuh diri setelah ngebunuh Bang Yedam, mungkin udah nggak punya alasan buat hidup karna semua udah berantakan."

Mata Jeongwoo membola ketika mendengar itu. "Kenapa?!"

"Bang Yedam mau ngebunuh Bang Asahi, karna dia ngelihat Bang Yedam di makam Bang Doyoung tadi," jelas Haruto sesuai apa yang ia tahu. "Tapi Bang Yedam nggak tau kalo Bang Asahi itu psikopat, jadi kayaknya Bang Asahi berhasil balikin keadaan dan ngebunuh Bang Yedam duluan, terus bunuh diri setelah itu."

"Dari mana lo tau?"

"Gue ngikutin mereka ke makam Bang Doyoung. Dan sebelum ke sini, gue sempet ke rumah Bang Asahi buat mastiin apa salah satu di antara mereka udah mati. Dan ternyata, mereka berdua justru mati, mempermudah rencana gue karna gue jadi nggak perlu ngebunuh salah satu dari mereka."

Jeongwoo tak tahu harus mengatakan apa lagi atas apa yang terjadi, semua benar-benar di luar nalar.

Fakta yang Jeongwoo ketahui hari ini terus menyerang akal sehatnya tanpa memberi jeda untuknya mencerna dan menerima terlebih dahulu.

"Jadi, semuanya udah mati?"

"Iya."

"Sisa kita berdua?"

"Iya."

Haruto kembali mengangkat pistol dan mengarahkan ujung senjata api itu tepat di kepala Jeongwoo.

"Ayo kita nyusul yang lain, Woo."

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

21.8K 3.9K 33
❝Pembunuh Nya Salah Satu Dari Kita❞ Start: 06-07-22 Finish: 02-01-23
297K 65.3K 38
"ᴋᴇʜᴀɴᴄᴜʀᴀɴ ᴅɪ ʙᴜᴍɪ ʙᴜᴋᴀɴ ᴋᴀʀᴇɴᴀ ᴛʀᴇᴀꜱᴜʀᴇ!" ᵀʰᵉ ᵇᵉᵍⁱⁿⁿⁱⁿᵍ ᵒᶠ ᵗʰᵉ ᵈᵉˢᵗʳᵘᶜᵗⁱᵒⁿ ᵒᶠ ᵗʰᵉ ʷᵒʳˡᵈ ᵂʳⁱᵗᵉʳ :ᴰˢᵗⁿᶻʰʳ ˢᵗᵃʳᵗᵉᵈ:²⁰²⁰/⁹ /¹⁵ ᶠⁱⁿⁱˢʰᵉᵈ:²⁰²⁰/¹⁰/¹⁶
180K 40.1K 29
❝Semua ini hanyalah permainan yang mematikan❞ start = 14 Nov 20 finish = 23 Jan 21 Warning :: Kata agak kasar, tapi masih aman ;) No revisi (maaf kal...
200K 9.9K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...