Secret | Treasure ✓

By rvelie

218K 52.1K 9.7K

[TERSEDIA DI SHOPEE] "Ada kasus pembunuhan berantai yang terjadi di antara dua belas remaja di sana." --- Sej... More

CAST
PROLOG
Part 01
Part 02
Part 03
Part 04
Part 05
Part 06
Part 07
Part 08
Part 09
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 40
Part 41
EPILOG
❗ Explanation
VOTE COVER
[ PRE ORDER ]

Part 39

3.8K 1.1K 818
By rvelie

"Bang Hyunsuk itu anak dari orang yang udah ngebunuh ayah gue."

Jeongwoo tersentak mendengar perkataan Yoshi, lalu menoleh ke Hyunsuk untuk meminta penjelasan. Namun Hyunsuk justru tertunduk sambil menahan sakit pada kedua lengannya.

Hyunsuk tak membantah, seolah membenarkan perkataan Yoshi.

"Sejak awal lo curiga sama gue, karna lo udah tau kalo gue anak orang itu, kan?" tanya Yoshi, yang tak mendapat jawaban apapun, membuat emosinya tersulut. "Jawab atau gue robek mulut lo biar beneran nggak bisa ngomong?"

"Iya, gue tau." Hyunsuk menjawab dengan cepat, takut karna ancaman Yoshi.

Yoshi tersenyum puas melihat Hyunsuk yang takut dengan dirinya.

"Lo pasti mikir gue nggak tau kalo lo anak dari si keparat itu, karna gue masih kecil pas kejadian. Tapi gue nggak mungkin lupa siapa yang udah ngebunuh ayah dan ngancurin keluarga gue."

Benar, Hyunsuk tahu jika Yoshi adalah anak dari pria yang menjadi korban fitnah ayahnya, karna ia dan Yoshi pernah bertemu dalam acara kerja sang ayah saat masih kecil. Wajah Yoshi tak terlalu berubah, jadi Hyunsuk dapat mengenalinya sejak awal mereka kembali bertemu.

Hyunsuk pikir, Yoshi tak tahu tentang orang yang telah melakukan fitnah pada ayahnya. Tapi ternyata Yoshi tahu, dan telah mencaritahu informasi tentang keluarga Hyunsuk sejak dulu.

Sebenarnya, Hyunsuk sudah curiga jika Yoshi mengetahui hal itu sejak kejadian pembunuhan dimulai. Dan itulah alasan kenapa Hyunsuk menaruh curiga pada Yoshi sejak awal. Karna Hyunsuk pikir, jika Yoshi tahu, maka semua yang terjadi adalah bentuk balas dendamnya.

Dan ternyata benar.

"Tapi ayah gue nggak ngebunuh ayah lo, Yosh," bantah Hyunsuk. "Ayah lo mati sendiri di penjara."

"Dia dipenjara karna ayah lo, bangsat!"

Napas Yoshi memburu, emosinya tersulut ketika mendengar kalimat pembelaan dari Hyunsuk atas ayahnya yang jelas bersalah.

"Kalo koruptor itu nggak nuduh ayah gue atas kesalahannya yang udah korupsi uang perusahaan sampe milyaran rupiah, ayah nggak bakal dipenjara." Yoshi menatap Hyunsuk tajam dengan tangan menggenggam erat sebuah pisau. "Kalo ayah gue nggak dipenjara, dia nggak bakal stress mikirin istri dan anaknya yang nggak terurus sampe akhirnya sakit dan meninggal."

Yoshi mendekati Hyunsuk, membuat Jihoon menyingkir untuk memberi ruang bagi sahabatnya menyalurkan dendam.

"Karna ayah lo, ibu jadi kehilangan sosok suami dan gue kehilangan sosok ayah di usia yang masih kecil. Kita juga jadi hidup susah karna kehilangan kepala keluarga." Yoshi mengarahkan pisaunya tepat di wajah Hyunsuk, menunjuk wajah sang teman dengan pisau itu. "Sedangkan lo sama keluarga brengsek lo itu hidup enak, berhasil ngalihin hukuman ke ayah gue dan akhirnya ngebangun usaha sendiri pake duit haram. Padahal keluarga gue hancur saat itu."

Hyunsuk tertampar mendengar kalimat tersebut. Ia baru tahu jika hidup Yoshi seberantakan itu karna dosa ayahnya, dan sekarang Hyunsuk merasa sangat wajar apabila Yoshi marah hingga menaruh dendam.

Tapi Hyunsuk tak bersalah atas apa yang terjadi, saat itu ia masih terlalu kecil untuk mencegah kelakuan sang ayah. Meski saat beranjak dewasa, Hyunsuk mencoba menutup dosa masa lalu ayahnya karna takut beliau dipenjara.

Sejahat apapun sang ayah, Hyunsuk tetap mencintainya. Jadi tentu Hyunsuk akan berusaha melindungi ayahnya meski ia bersalah.

"Lo pikir gue terima ayah gue dijadiin tumbal buat keberhasilan keluarga lo? Enggak, Bang."

Yoshi memutar pisaunya di depan wajah Hyunsuk, membuat ujungnya sedikit menggores hidung sang teman yang terikat.

"Gue bersyukur karna ibu nikah lagi sama orang kaya yang baik hati kayak ayah tiri gue, jadi gue bisa masuk ke kampus yang sama dengan lo dan gabung dalam lingkar pertemanan ini buat balas dendam," lanjut Yoshi sambil memandang pisaunya yang terdapat sedikit bercak darah karna baru saja menggores hidung Hyunsuk.

Jeongwoo tersentak. "Jadi lo temenan sama kita buat balas dendam?"

"Iya."

"Lo pikir persahabatan kita selama dua tahun sebercanda itu, hah?!"

"Gue emang pengen gabung sama kalian buat balas dendam, tapi seiring berjalannya waktu, gue jadi beneran nyaman dan nganggep kalian kayak saudara." Yoshi menepis pemikiran Jeongwoo. "Tapi tetep aja, dendam gue lebih besar karna ini menyangkut orangtua gue."

Yoshi tak berbohong. Ia memang bergabung dalam lingkar pertemanan Hyunsuk untuk balas dendam, tapi seiring berjalannya waktu, ia mulai merasa nyaman dan menganggap para sahabatnya sebagai saudara.

Namun dendam Yoshi kepada Hyunsuk lebih besar daripada rasa cinta pada para sahabatnya.

"Kalo lo cuma dendam sama Bang Hyunsuk, kenapa lo bunuh semuanya?" Jeongwoo merasa apa yang Yoshi ucapkan bertolak belakang dengan apa yang ia lakukan.

"Bunuh semuanya?" Yoshi nampak kebingungan. "Enggak, gue cuma bunuh Mashiho karna dia nguping rencana gue."

Malam itu, Yoshi yang membunuh Mashiho seorang diri. Entah Mashiho mau ke mana saat itu, Yoshi tak peduli, yang ia ingin hanya membunuh Mashiho karna sudah mendengar diskusi perihal rencananya untuk membunuh Hyunsuk pada malam sebelumnya.

"Lo cuma bunuh Bang Mashiho?" Jeongwoo nampak kaget. "Terus yang lainnya dibunuh siapa?"

"Dibunuh anak pembunuh ini." Yoshi menunjuk Hyunsuk dengan pisaunya.

Hyunsuk terperanjat. "Maksud lo apa?"

"Lo sama ayah lo itu sama aja, sama-sama pembunuh."

"Gue nggak bunuh siapa-siapa."

"Masa?" Kali ini Jihoon yang menyahut. "Coba inget lagi. Kalau masih nggak inget, kayaknya lo hilang ingatan karna tadi gue pukul pake batu."

Yoshi tertawa pelan, lalu kembali memandang Hyunsuk. "Gue tau, Bang."

Hyunsuk tertegun, mendadak merasa cemas karna rahasianya berada di ujung tanduk.

"Tau apa?"












































"Lo ngebantu Yedam buat ngebunuh Doyoung, kan?"






































Jeongwoo seketika menatap Hyunsuk, namun yang ditatap juga nampak terkejut dengan perkataan Yoshi. Dan ia sama sekali tak membantah.

Reaksi yang Hyunsuk berikan, seperti seseorang yang baru saja ketahuan melakukan tindak kejahatan.

Apa Yoshi benar?

"Dugaan kita bener, Woo. Dia emang bayar polisi buat tenggelamin kasus kematian temen-temen kita," sahut Jihoon memberi penjelasan. "Dia ngebantu Yedam buat ngebunuh Doyoung, terus ngebayar polisi buat tenggelamin semua kasus dengan alasan kita udah mulai ikhlas dan nggak mau inget kejadian itu terus. Dan kalian nggak ada yang sadar itu, karna selama ini kalian selalu percayain dia buat ke kantor polisi."

"Tau kenapa dia coba nutup semua kasus padahal dia cuma terlibat dalam kasus kematian Doyoung?" timpal Yoshi, dan mendapat gelengan kepala dari Jeongwoo. "Biar polisi nggak curiga kalo dia salah satu pelakunya."

Jeongwoo mencoba menolak berbagai fakta yang ia ketahui malam ini, namun sulit, karna semua yang terkuak adalah kenyataan yang benar-benar terjadi.

Hyunsuk, Jihoon, Yoshi, dan Yedam adalah pembunuh yang ada di tengah mereka selama ini. Dan itu adalah sebuah fakta yang terasa tak nyata.

Kenapa di tengah persahabatan mereka yang terlihat menyenangkan, bisa terdapat banyak dendam dan kebencian yang berakhir dengan kematian?

"Lo nutup kasus buat nyelamatin diri, tapi tanpa sadar jadi tindakan bunuh diri, karna lo ngebantu kita berdua biar terlindungi." Jihoon tersenyum senang sambil memandang Hyunsuk yang terus menunduk. "Makasih, lho."

"Kenapa lo bunuh Bang Doyoung?" Jeongwoo meminta penjelasan pada Hyunsuk.

Doyoung bukan orang jahat, tak seharusnya ia dibunuh dengan bejat.

"Yedam iri sama Doyoung. Karna ibunya sama ibu Doyoung deket, ibunya jadi sering ngebandingin dia sama Doyoung. Dan itu bikin Yedam dendam, meski sebenernya Doyoung nggak salah." Hyunsuk meringis, mencoba menahan sakit di kedua lengannya yang kian parah. "Dan ibu gue sama ibu Doyoung juga lumayan deket, alhasil gue juga ngalamin hal yang sama dan mutusin buat ngebantu Yedam pas ngelihat dia dalam perjalanan ke rumah Doyoung sambil bawa pisau."

Malam itu, Yedam memutuskan untuk membunuh Doyoung karna merasa itu adalah saat yang tepat untuk balas dendam. Semua orang pasti akan berpikir jika pelaku pembunuhan Doyoung adalah orang yang sama dengan pelaku pembunuhan Mashiho, sehingga kemungkinan dirinya tertangkap akan semakin kecil.

Di perjalanan menuju rumah Doyoung, ia tak sengaja bertemu dengan Hyunsuk. Yedam pikir, rencananya gagal, namun ternyata Hyunsuk malah ingin membantunya karna ia juga berada dalam posisi serupa.

Dan malam itu, rencana keduanya berhasil. Yedam membunuh Doyoung dengan bantuan Hyunsuk yang berjaga di luar sekaligus membayar polisi untuk menenggelamkan kasus.

"Sekarang lo ngerti kenapa gue pengen bunuh dia? Dia itu orang jahat yang terlahir dari keluarga jahat juga." Yoshi kembali menatap Hyunsuk yang mulai pucat. "Anggap kematian lo sebagai karma atas perbuatan lo dan keluarga lo."

Jihoon tertawa pelan mendengar itu, lalu menyadari sesuatu.

"Rekan lo itu mana, Bang?" tanya Jihoon.

"Siapa?" Suara Hyunsuk terdengar lirih karna tubuhnya kian melemah.

"Yedam."

"Buat apa lo nyari Bang Yedam?" sahut Jeongwoo cepat. "Lo mau ngebunuh dia juga?"

"Enggak, nethink banget sih lo. Orang gue mau bilang makasih sama dia."

"Makasih buat apa?"

"Makasih karna dia udah jadi kambing hitam atas kesalahan gue."

"Maksudnya?"

"Oh iya," kata Jihoon dengan wajah terkejut yang dibuat-buat. "Lo kan nggak tau."

Yoshi menyeringai. "Kasih tau deh, Ji. Kasian entar jadi arwah penasaran."

Jihoon tertawa pelan, lalu menatap Jeongwoo yang menatapnya penasaran.

























































"Gue yang bunuh Jaehyuk."


















































"KENAPA LO BUNUH DIA, BRENGSEK?!"

Jeongwoo berontak, berusaha melepaskan diri untuk menyerang Jihoon. Emosinya tersulut karna mengetahui fakta itu.

"Karna dia ngebunuh Junkyu, sahabat terdekat gue setelah Bang Hyunsuk."

Jaehyuk membunuh Junkyu? fakta baru apa lagi ini? akal sehat Jeongwoo benar-benar tak bisa menerimanya.

Kenapa semuanya serumit ini?

"AAKHH!"

Jeongwoo menoleh ke arah Hyunsuk yang tiba-tiba berteriak, dan kedua matanya seketika membola kala melihat pisau di tangan Yoshi telah tertancap di perut Hyunsuk.

"STOP, BANG HYUNSUK BISA MATI!" Jeongwoo mulai panik karna Yoshi semakin memperdalam tusukan dan membuat darah mengalir kian deras dari perut Hyunsuk.

"Buat apa gue berhenti? Kan gue emang pengen dia mati."

Yoshi menarik pisaunya dan kembali menusuk perut Hyunsuk pada bagian yang lain, membuat darah merembes keluar dan mengotori wajah serta kaos putihnya.

"BANG YOSHI, BERHENTI!"

"Ada kata-kata terakhir?" Yoshi mengabaikan teriakan Jeongwoo yang terus terdengar.

Hyunsuk meringis kesakitan, merasa tubuhnya kian melemah karna darah yang terus berkurang.

Hyunsuk merasa, hidupnya akan segera berakhir.

"Maaf..."

Maaf, hanya itu kata yang ingin Hyunsuk ucapkan saat ini.

Mungkin terdengar tak tahu diri. Hyunsuk sadar jika dirinya jahat, tapi ia masih ingin punya tempat peristirahatan terbaik di alam sana.

"Minta maaf sama ayah gue di sana, itupun kalo lo dikasih kesempatan buat ketemu orang baik kayak dia."

Yoshi menarik pisaunya, membuat darah mengalir keluar dari perut Hyunsuk hingga mengalir turun ke lantai.

Jeongwoo menunduk, tak kuat melihat pemandangan mengenaskan yang sedang terjadi di dekatnya. Tubuhnya bergetar takut.

Takut jika Hyunsuk benar-benar mati, dan takut dirinya akan diperlakukan serupa setelah ini.

Jeongwoo tidak mau, itu pasti sakit sekali.

"See you in hell, Choi Hyunsuk."

Yoshi menghujamkan pisau tepat di dada Hyunsuk secara berulang, membuat darah segar merembes keluar.

Hyunsuk merasa sakit pada seluruh tubuhnya, namun kemudian rasa sakit itu mulai tak terasa dan kesadarannya perlahan menghilang.

Choi Hyunsuk sudah pergi meninggalkan dunia.

Kepergian Hyunsuk membuat air mata Jeongwoo tumpah dalam sekejap, sedangkan dua orang lainnya tersenyum puas.

Rencana Jihoon dan Yoshi berhasil, mereka telah membunuh Hyunsuk dengan tangan sendiri. Dan semuanya akan selesai, setelah mereka membunuh Jeongwoo; korban tambahan karna mengetahui rencana mereka.

"Lo mau ngapain?" Jeongwoo mulai panik karna Yoshi berjalan mendekat sambil membawa pisau penuh darah Hyunsuk di tangannya.

"Bunuh lo."

Jeongwoo tersentak. "Gue nggak ada salah apa-apa! Kenapa lo mau bunuh gue juga?!"

"Lo udah tau semuanya, jadi lo harus mati biar kita tetap aman."

"Bener," sahut Jihoon. "Makanya jadi orang jangan kepo, pake acara ngikutin gue segala. Kan jadi mati."

Yoshi menyeringai, lalu menatap Jeongwoo. "Ada kata-kata terakhir, Woo?"

"Bajingan lo berdua."

"Dikasih kesempatan buat kasih kata-kata terakhir, tapi malah ngomong gitu. Nggak menghargai."

"Emang sok jago anaknya, mending langsung bunuh," saran Jihoon dengan tangan yang terlipat di depan dada, bersiap menyaksikan kematian Jeongwoo.

"Ok." Yoshi tersenyum sambil menghadapkan pisaunya yang penuh darah di depan wajah Jeongwoo.

Bau anyir dari darah Hyunsuk benar-benar membuat Jeongwoo mual.













































"See you, Park—"

DOR!!











































Jihoon tersentak melihat tubuh Yoshi ambruk ke atas lantai dengan kepala yang berlubang dan darah merembes keluar dari dalamnya.

Jihoon lantas menoleh ke arah pintu dan mendapati sosok lelaki jangkung berdiri di depan sana, menodongkan pistol dengan ujung yang berasap ke arahnya.

"Lo—"

DOR!!
































































Tubuh Jihoon ambruk ke atas lantai dengan darah yang merembes keluar dari dada, membuat Jeongwoo yang menyaksikan itu mematung di tempat.

Jihoon dan Yoshi, mati?

Jeongwoo menoleh ke arah pintu dan mendapati sosok jangkung yang ia kenal sedang berjalan mendekat, dengan membawa sebuah pistol di tangan.

Lelaki itu sahabatnya, orang yang sejak tadi Jeongwoo tunggu. Dan sekarang benar-benar datang bagai seorang pahlawan, menyelamatkan Jeongwoo dari ujung kematian.

Watanabe Haruto, dia datang.

"Lo nggak papa, Woo?" Haruto nampak khawatir.

Jeongwoo tak menjawab, air matanya kian deras melihat Haruto berdiri di hadapannya dalam keadaan baik, tanpa luka sama sekali.

Pertemuan mereka kali ini terasa berbeda, karna jujur saja, Jeongwoo tal pernah merasa sebahagia ini ketika bertemu dengan Haruto.

"Lo nggak papa, kan? Kok malah nangis?" Haruto kembali bertanya karna tak mendapat jawaban.

Jeongwoo menggeleng pelan. "Iya, gue nggak papa karna lo tepat waktu, To."

Haruto menghela napas lega, lalu duduk di sebuah kursi yang ada di dekat Jeongwoo, berniat istirahat sebentar.

"Bang Hyunsuk!" Haruto memekik kaget ketika mendapati sosok Hyunsuk terluka parah di dekat Jeongwoo. Sosok itu terlihat kaku, seperti tak lagi hidup.

"Iya, dia udah mati," jawab Jeongwoo sebelum Haruto sempat bertanya.

Mendengar itu, Haruto termenung.

"Gue telat, ya?"

Jeongwoo menggeleng cepat. "Enggak kok, emang udah takdirnya."

Haruto beralih menatap tubuh Jihoon dan Yoshi yang terbaring tak bernyawa karna perbuatannya.

"Lo udah tau siapa pelakunya?" tanya Haruto tiba-tiba.

Jeongwoo mengangguk. "Udah."

"Udah tau motifnya?"

"Udah."

"Udah tau pelaku utamanya?"

"Mereka berdua," jawab Jeongwoo sambil melirik mayat Jihoon dan Yoshi yang terbaring kaku di atas lantai.

"Bukan."

"Hah?" Jeongwoo nampak tak mengerti. "Maksudnya?"

"Bukan Bang Jihoon sama Bang Yoshi pelaku utamanya," bantah Haruto, membuat Jeongwoo bingung. "Ada satu orang lagi, dia pelaku utama yang selama ini tau semuanya. Dan ini semua rencana dia. Dia yang ngatur semuanya dari awal, sampe kita semua bisa kayak gini."

Jeongwoo tersentak, kaget sekaligus penasaran dengan siapa yang Haruto maksud.

Jika Jihoon dan Yoshi bukan pelaku utama, lalu siapa si pelaku utama yang mengatur semuanya sejak awal?

Apa Jeongwoo dan Haruto masih berada dalam bahaya?

"Siapa?"






























































Haruto terdiam sejenak, memandang Jeongwoo serius.






















































Lalu tersenyum miring.






































































































"Gue pelaku utama dibalik semua ini, Woo."

••••

Deg-degan sendiri pas nulis bagian Haruto...

Btw ini hampir 2,4k words, semoga nggak ngantuk bacanya.

Continue Reading

You'll Also Like

352K 37.2K 19
» remember, you're not alone. lowercase as always. dikutip dari ; situs creepy pasta dan urban legend indonesia. 2017© yutaaai
156K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
914K 163K 45
[selesai] ✔️ biggest absurd &n crack of watanabe haruto ✦ notes : cerita ini cuma bercandaan ya full semuanya gada yang berdasarkan kisah nyata harut...
12.5K 944 31
Menceritakan tentang kisah anak-anak kelas IPA 2 yang gesrek dan juga paling benci kalau guru lagi nerangin materi. Beberapa juga sering membolos di...