Pesawat Kertas

By mentarisendja_

15.5K 9.6K 9.9K

Dia adalah rintik rindu dari kisah yang belum usai. Start : April 2021 Rank: 1 #cintamonyet (3... More

1. Goodlooking?
#2 Aneh
#3 Followers
#4 : Senja hari ini
#5 Hama
#6 Obsesi
#7 tidur siang berjamaah
#8 Cuek?
#9 Unknown number
# 10 Bayangmu
# 11 spy
#12 Misterius
#13 Gundah
#15 Ayo mabar!
#16 30 days
#17 I'm broken
#18 Antara dia dan dia
#19 Teman?
#20 Teka-teki
#21 Kerja kelompok extra
#22 Siapa?
#23 You broke my heart
#24 Space
#25 Luka itu sakit
#26 Sorry
#27 : Menjauh
28 : Mission
#29: NIGHTMARE
#30 : That's crime
#31 : Mencari Dalang
#32 : Retak
#33 : Dalang dari dalang
#34: Ribuan maaf
#35: Kamu, hujan dan rindu

#14 orang yang sama

415 309 222
By mentarisendja_

Maaf aku belum siap tuk mengingat luka yang sama.
.
.
.
.
.
.
.
.

Rindu merebahkan tubuhnya di kasur, ia menatap langit-langit kamarnya . Menghilangkan rasa lelah yang sedari tadi dirasakanya. Namun entah dorongan dari mana, tiba-tiba saja ia ingin melihat bintang dilangit sana. Ia pun beranjak dari tempat tidurnya dan langsung melangkah ke balkon
kamarnya.

Langit cerah bertabur bintang benar-benar memanjakan mata siapa pun yang melihat. Senyum merekah terbit dari bibirnya. Ia bersyukur tuhan telah menciptakan bintang yang menghiasi langit malam yang pekat.

Dulu ia suka berlama-lama menatap langit malam yang bertabur bintang bersama seseorang itu. Namun itu dulu, yang kini telah menjadi kisah indah yang hanya untuk dikenang. Sebuah kisah indah yang mendatangkan kerinduan beserta air mata yang cukup kenal dalam luka. Rindu menghembuskan napas dengan kasar sebelum kisah itu kembali mampir di kepalanya. Memang indah tapi terlalu sakit bagi dirinya.

Banyak hal yang belakangan ini mengganggu pikirannya. Tentang Kenzo yang entah mengapa selalu membuatnya de javu. Kenzo sepertinya bukan orang asing, karena cowok itu bisa mengerti apa yang ia suka dan apa yang ia tidak sukai tanpa bertanya lebih dahulu. Cowok itu seperti sudah mengenalnya, tapi baginya Kenzo hanyalah orang baru yang masuk kedalam kehidupannya. Ia juga tak mengerti mengapa ia bisa menerima cowok itu dengan mudah bahkan dalam waktu yang singkat ia sudah merasa nyaman berada didekat Kenzo.

Bukan hanya itu, teror misterius yang ia terima lewat pesan dari nomor tak dikenal itu benar-benar menjadi beban dipikirannya. Ia sudah mencoba untuk mengabaikan semua pesan itu, tapi nyatanya seseorang itu tetap menerornya bahkan secara langsung. Voice recorder yang ia temukan beberapa hari yang lalu masih ia simpan, ia bisa menggunakannya untuk menjebak seseorang itu atau setidaknya untuk menjadi barang bukti jika sewaktu-waktu ia membutuhkan untuk melaporkan seseorang itu.

Daniel, seseorang itu memang sengaja ia hindari sejak awal masuk sekolah. Tapi ia berharap semoga Daniel bukan orang yang sama dengan seseorang yang ia kenal dulu. Ia merasa belum siap jika semuanya terbongkar.

Rindu mengusap wajahnya. Ia merasa semenjak kehadiran Kenzo dan Daniel, dunianya semakin rumit. Ditambah lagi Gebi yang selalu mencari masalah dengannya karena Daniel mendekatinya. Padahal ia pun tidak ada perasaan pada kakak kelasnya itu.
Hubungannya dengan Daniel juga belum pantas untuk disebut teman, karena mereka memang tak sedekat itu.

Sebuah notif menyadarkan lamunanya. Memunculkan sebuah pesan singkat dari nomor yang tidak bernama.

'Bintang memang kecil namun ia bisa menyinari malam yang gelap dan pekat semoga aku bisa menjadi bintang untuk menyinari malam mu'

Rindu menyatukan alisnya. Tanda tanya besar muncul dikepalanya. Siapa yang mengirimi pesan? dari mana orang itu tau bahwa ia sedang melihat bintang? Rindu menggerakan matanya mencari seseorang di sekitarnya. Dan ya bola matanya berhenti saat tak sengaja melihat seorang lelaki yang mengendarai motor dengan kecepatan tinggi keluar dari depan pintu gerbang rumahnya. Rindu mengamati orang itu. Matanya mengikuti kemana perginya orang itu hinggga akhirnya bayangan itu lenyap ditelan tikungan jalan. 'Siapa?'

***


Rindu berjalan menuju gedung IPS untuk mengembalikan jaket yang dipinjamkan Kenzo saat mengantarnya pulang kemarin malam. Saat hendak pulang dari rumah sakit, ia mengira akan dengan mudah mendapatkan taksi online maupun ojek. Namun nyatanya tidak ada satu pun driver yang mangkal.

Kebetulan juga saat itu Kenzo menelfonnya untuk meminta maaf karena kemarin tidak jadi mengantarnya membeli peralatan untuk melukis. Cowok itu menanyakan ia sedang apa, Rindu pun menjawab dan Kenzo langsung menawarkan diri untuk menjemputnya.

Kelas 12 ips 3 telah sepi hanya beberapa siswa yang sedang berkumpul disana. Rindu mulai mengetuk pintu kelas. Namun ia tak sengaja mendengar obrolan seseorang yang ia sangat kenal.

"Jadi kapan lo ngaku identitas asli lo ke Rindu Lang?"

"Gue nggak tau sebenarnya dia inget gue apa nggak, tapi gue bakal pelan-pelan buat dia inget sama gue."

"Kalo gitu ngapain lo pake samarin nama lo?"

"Heem bener kata Bagas."

"Gue takut dia nggak siap buat ketemu gue lagi."

"Elang Giandra Hara, nggak nyambung banget sama Kenzo." Ujar salah seorang di dalam kelas itu lalu disusul gelak tawa yang lainnya.

Rindu mendadak menegang saat seseorang menyebut nama itu membuat dadanya bergemuruh hebat. Buru-buru ia pergi dari kelas itu dengan langkah setengah lari. Ia berusaha menahan air matanya. Siswa siswi yang melihat Rindu tampak bingung karna biasanya cewek ini selalu tenang.

Rindu menghadang taksi yang berjalan ke arahnya lalu masuk ke dalam taksi tersebut. Ia menatap jalanan yang nampak sepi, perasaanya sulit untuk didefinisikan. Orang itu kembali masuk kedalam kehidupannya lalu apa yang harus ia lakukan. Cukup untuk saat itu ia melukai keduannya. Mengapa ini semakin rumit?

"Lo siapa?"

"Lo nggak kenal gue atau lo pura-pura lupa?"

Rindu mengernyit mendengar itu. Ia benar-benar tidak kenal dengan cowok yang kini duduk disampingnya yang entah sejak kapan berada disampingnya.

"Jangan terlalu berpijak pada masa lalu."

Rindu kembali membuka matanya. Ia mengerjapkan matanya tak percaya, ia ingat sekarang. Cowok yang menghampirinya di taman perumahannya itu Elang. Elang Giandra Hara, seseorang yang ia jumpai di salju pertama di bulan Juni.

***

Bel pulang telah berdering nyaring lima menit yang lalu. Mengobarkan semangat siswa siswi SMA NUANSA. Melupakan rasa lelah dan penat hari ini karna besok tanggal merah sekaligus jatah hari libur mereka.

"Rin gue duluan ya abang gue udah di depan katanya."

"Hm tiati."

"Rin."

Suara berat itu menghentikan langkah mereka saat di depan pintu kelas. Mereka langsung mendapati sosok Kenzo yang sedang menyender pada dinding.

"Ehm Rin gue duluan ya nyokap gue nelpon nih dah," ujar Diba dan langsung berlalu meninggalkan Rindu dan Kenzo.

Rindu menggembuskan napas dengan kasar lalu kembali memasang tatapan dinginnya.

"Pulang bareng gue ya?"Ujar Kenzo dengan memohon. Lagi-lagi itu yang keluar dari mulut Kenzo. Sebenarnya Kenzo selalu ke kelas Rindu saat jam pulang untuk mengajak Rindu pulang bersamanya namun selalu ditolak tegas oleh Rindu. Namun itu tak mematahkan semangatnya.

"Nggak bisa ya?"Tanya Kenzo dengan lembut.

Rindu mematung ditempat. Sebenarnya ia tak enak hati karna terus menolak ajakan Kenzo entah sudah berapa kali ia menolaknya. Namun disisi lain ia masih canggung bila berdekatan dengan Kenzo karna akan membuatnya mengingat hal itu lagi. Ia juga lelah jika terus lari dari masalah tapi hal itu terlalu menyakitkan untuk di ingat. Ia berpikir sejenak lalu mengangguk dengan lemah.

Senyum tulus terbit dari bibir Kenzo. Ia sangat tak menyangka jika permintaanya kali ini dikabulkan oleh Rindu.

Rindu masih saja mematap kosong ke arah jendela. Ia merasa canggung berada didekat Kenzo. Ia sangat ingin menanyakan sesuatu pada Kenzo, tapi ia bimbang. Ia kembali menimang-nimang sebuah keputusan, dan memperkirakan luka apa yang akan ia toreh setelah ini.

"Boleh nanya?"

"Lo juga lagi nanya sekarang."

Kenzo terkekeh geli. Betapa bodohnya dia hingga tak menyadari jika ia baru saja melontarkan pertanyaan. "Lo kenapa?"

Rindu hanya mengerutkan dahinya tak paham dengan maksud pertanyaan Kenzo. Ia mengerti arah pembicaraan cowok yang duduk dibalik kursi kemudi itu. Namun ia merasa belum siap.

"Ehm, lupain aja sori."

"Giliran gue mau nanya."

"Apa?"

Rindu terdiam sejenak, mencegah hal bodoh yang akan keluar dari lisannya. Barangkali bukan hanya dirinya yang tak siap, melainkan juga Kenzo. Sebab ia tak mau kembali menoreh luka pada hati cowok itu. Cukup kali itu ia berperan sebagai antagonis, membunuh perasaan dua orang itu. Tapi saat itu hatinya juga terluka.

Rindu tersenyum kecut lalu menggelengkan kepalanya pelan.
"Kok tumben lo bawa mobil?"

"Lagi pingin aja," jawab Kenzo asal. Sebenarnya alasanya membawa mobil adalah karena ia ingin sekali pulang bersama Rindu dan ia tak mau jika Rindu merasa pegal setelah pulang bersamanya.

"Padahal kan seru kalo naik motor," celetuk Rindu dengan tidak sadar.

Lagi Kenzo terkekeh geli melihat ekspresi Rindu yang sedang manyun kali ini. Padahal setaunya Rindu tidak pernah berekspresi seperti ini hanya ekspresi datar dan dingin yang selalu ia tunjukan di depan banyak orang.

"Semoga setelah lo tau nanti lo nggak ninggalin gue lagi gue masih sayang sama lo," ujar Kenzo dalam hati saat memandang wajah Rindu dengan lekat.

***

Anyeong!

Ada apa ya antara Rindu dan Kenzo? Kenapa Rindu seolah merasa bersalah. Dan siapa Elang? Kenapa Rindu ketakutan mendengar nama itu?

Next gk?

Vote & comment 🔫
Aku maksa😈

Continue Reading

You'll Also Like

4.9K 92 6
Daun yang tak pernah membenci angin🙂 Jan lupa vote yaaa
10.1K 387 10
Antologi Puisi Hidup Jika "lisan" tak lagi dapat "menjelaskan", maka biarkan "tulisan" yang "menegaskan".
42.3K 739 29
Kumpulan puisi-puisi Prilly Latuconsina. Semua puisinya berurutan sesuai dengan yang ada di buku 5 Detik Dan Rasa Rindu. Beserta cerpen di setiap jud...
198K 9.2K 35
Kebenaran yang menyedihkan adalah, begitu banyak orang jatuh cinta dan tidak bersama-sama. Dan begitu banyak orang bersama-sama tapi tidak saling men...