Pesawat Kertas

By mentarisendja_

15.5K 9.6K 9.9K

Dia adalah rintik rindu dari kisah yang belum usai. Start : April 2021 Rank: 1 #cintamonyet (3... More

1. Goodlooking?
#2 Aneh
#3 Followers
#4 : Senja hari ini
#5 Hama
#6 Obsesi
#7 tidur siang berjamaah
#8 Cuek?
#9 Unknown number
# 10 Bayangmu
# 11 spy
#13 Gundah
#14 orang yang sama
#15 Ayo mabar!
#16 30 days
#17 I'm broken
#18 Antara dia dan dia
#19 Teman?
#20 Teka-teki
#21 Kerja kelompok extra
#22 Siapa?
#23 You broke my heart
#24 Space
#25 Luka itu sakit
#26 Sorry
#27 : Menjauh
28 : Mission
#29: NIGHTMARE
#30 : That's crime
#31 : Mencari Dalang
#32 : Retak
#33 : Dalang dari dalang
#34: Ribuan maaf
#35: Kamu, hujan dan rindu

#12 Misterius

431 326 278
By mentarisendja_

Disaat aku memikirkanmu, mengapa tiba-tiba kau datang?
.
.
.
.
.

Rindu menatap kosong keluar jendela, pikirannya terpaku pada voice recorder yang ia temukan di lokernya, sebuah rekaman yang saling berkaitan dengan sebuah foto yang ia dapatkan dari nomor tak dikenal. Ia ingin bercerita pada sahabatnya tapi ia ragu mereka pasti ingin lebih tau mengenai seseorang di dalam foto tersebut. Bercerita kepada guru BK bukanlah opsi yang tepat baginya. Ia tak mau menjadi rumor di sekolahnya. Rindu membuang napas kasar, ia mengganti lagu yang berputar di handponenya. Lagu "Datang dan kembali" milik Vidi Aldiano menjadi opsinya kali ini.

Rindu merasa suntuk berada di dalam kelas hingga beberapa jam kemudian. Setelah ini jam pelajaran ke empat Pak Budi guru pendidikan agama tidak dapat mengajar hari ini namun beliau telah memberikan tugas kepada mereka. Rindu bangkit dari duduknya. Sesekali ia ingin berjalan-jalan menyusuri taman belakang sekolah yang cukup memanjakan mata dengan warna-warni bunga dan angin lembut yang berlalu. Ia pun beranjak pergi meninggalkan kelas setelah sebelumnya mendapatkan izin dari ketua kelas.

Akhir-akhir ini ia kembali sulit untuk tertidur akibatnya ia sering mengantuk saat jam pelajaran. Semenjak mendapati foto itu, ia selalu bermimpi buruk dan ketakutan. Ia harus segera mencari tahu siapa pelaku yang mengirimkan foto-foto tersebut. Ia memang rindu tapi meskipun begitu ia menjauhkan foto-foto itu agar ia bisa lepas dari bayang-bayang itu. Tetapi setelah sekian lama ia tak melihat foto itu, dengan seenaknya seseorang mengirimkan foto itu.

Ia curiga dengan Daniel, pasalnya cowok itu pernah menjelajahi handphonenya dengan seenaknya bahkan membawanya pulang. Ia takut jika Daniel menyebarkan nomor teleponnya ke orang lain. Memang bukan hanya Daniel yang pernah mengotak-atik handphonenya, Nanda dan Diba pun pernah. Tapi sebelumnya ia tak pernah mendapat pesan misterius ataupun teror semacam ini.

Bukan hanya itu yang membuatnya gelisah. Kenzo, cowok itu terlalu misterius dengan kebetulan-kebetulan yang ia jumpai juga dengan de javu yang ia alami saat bersama dengan Kenzo. Entah Kenzo yang bisa membaca pikiran seseorang atau memang ada sesuatu dibalik semua itu. Semua itu cukup rumit bagi Rindu, ia harus bisa menjaga jarak dengan mereka agar ia tidak semakin terluka.

Daniel melangkah gontai menyusuri koridor belakang ia baru saja selesai membantu pak Ridwan mengembalikan peralatan olahraga di gudang olahraga. Netranya tak sengaja menatap gadis yang tengah duduk di kursi taman beberapa meter darinya. Ia menyipitkan matanya untuk melihat lebih fokus siapa gadis itu. Ia mengernyit sedang apa gadis itu disana nekat sekali bolos pelajaran. Daniel menggampiri gadis itu berniat untuk menegur gadis itu.

Daniel tersenyum tipis kala mengetahui siapa gadis itu. Ia mengendap-endap agar kedatangannya tidak disadari oleh gadis itu kemudian duduk disampingnya dan mengambil salah satu earphone yang tersumpal ditelinga gadis itu lalu memakainya. Daniel merogoh saku celananya mengeluarkan ponselnya lalu membuka ikon kamera. Ia membidiknya dari angel yang berbeda sebanyak empat kali.

Rindu membuka matanya ia menoleh kesamping kala merasakan earphonenya yang sebelah ditarik oleh seseorang. Ia cukup terkejut mendapati Daniel yang tengah duduk disampingnya yang entah sejak kapan.

"Love scenario," ujar Daniel menyebutkan judul lagu yang sedang berputar.

"Ngapain lo?"

"Lo ngapain?"

Rindu memutuskan kontak mata dengan Daniel, selalu saja kakak kelas yang menyebalkan ini membuatnya kesal. Cepat-cepat saja lulus agar tidak terus-terusan membuatnya kesal. Aneh sekali kakak kelasnya yang satu ini, kemarin-kemarin menjauh seperti orang yang tidak kenal. Dan tanpa sebab cowok itu menjauhinya padahal cowok itu yang sering membuatnya kesal, mengapa juga Daniel yang menjauh?

"Nggak masuk kelas?"

"Jamkos gurunya cuma ngasih tugas."

"Udah selesai?"

"Hm."

Daniel mengacak rambut Rindu lalu menyenderkan kepalanya dibahu gadis itu, memejamkan matanya sambil menghirup udara segar. Sebenarnya ia juga malas masuk ke kelas pelajaran seni budaya benar-benar tidak cocok untuk dirinya. Terlebih jika materinya menari tubuhnya sangat kaku untuk melakukan barang satu gerakan saja.

"Niel, menurut lo memotret seseorang secara diam-diam tindakan yang memalukan dan merugikan benar?"

Daniel menegakkan tubuhnya, baru saja Rindu menyindirnya. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Lo tau?"

"Gue nggak sepenuhnya merem tadi."

"Sori, mau foto sama gue?" Ujar Daniel sambil menggerak-gerakkan ponselnya.
Rindu mengangguk dan tersenyum tipis. Daniel pun mulai membidik kameranya dengan berbagai angel dan gaya yang berbeda.

***

"Bagus."

Rindu tak memperdulikan suara itu, namun Rindu terhenti saat kaki Helen berniat untuk menjagal kakinya. Ia menatap Helen dengan nyalang "Singkirin kaki lo."

Namun Helen malah tersenyum sinis sedangkan Gebi dan Fio mengeluarkan smirknya. Rindu tak ambil pusing lalu berjalan melewati mereka. Namun tiba-tiba Helen menarik bagian belakang bajunya hingga membuatnya hampir terjungkal kebelakang. Rindu membuang napas kasar mencoba meredam emosinya. Lalu menatap ketiga cewek dihadapanya dengan santai.

"Lo itu ...murahan banget ya? Dicuekin Daniel tapi masih aja ngejar-ngejar Daniel, lo nggak punya rasa malu? Atau mau gue buat lo malu didepan banyak orang hah?" Ujar Gebi dengan nada meninggi dengan tangannya yang ikut serta menjambak rambut Rindu.

Rindu tak paham dengan jalan pikiran cewek urakan dihadapannya ini. Ia tidak pernah mendekati Daniel, jelas ia tidak akan memulai sebelum ada yang memulai. Rindu malah menatap Gebi dengan lekat dan kedua tangan ia lipat di dada menunggu Gebi melanjutkan ucapannya.

"Dia emang nggak ada harga diri guys, buktinya setelah dicuekin Daniel, dia malah caper ke Kenzo. Lo denger baik-baik ya bitch! Gue sama Kenzo itu udah pacaran setahun, dan gara-gara lo Kenzo jadi cuek sama gue!" Ujar Helen tak kalah penuh emosi, ia menampar pipi Rindu dengan keras untuk menuntaskan rasa kesalnya.

"Lo punya mulut jawab!"

"Lo budeg? Jawab bego!" Ujar Fio namun kali ini dengan nada yang lebih tinggi dan juga pelototan yang sama sekali tak membuat Rindu merasa takut.

Rindu menghembuskan napasnya pelan. Ia sudah terbiasa menghadapi cewek dihadapannya ini. Tanpa melepas tangannya yang bersedekap didepan dada ia menatap Gebi dengan mata elangnya dan semakin mendekatkan tubuhnya dengan Gebi.

Gebi melepaskan tangannya dari rambut Rindu, ia memundurkan langkahnya ke belakang. Raut wajahnya memucat dengan peluh yang telah menetes membasahi pelipisnya. Dan kini ia tak bisa lagi melangkah ke belakang karna Rindu telah memojokkan cewek itu di tembok. Gebi berusaha memberi kode kepada Helen dan Fio namun keduanya tak bereaksi sama sekali.
"Kenapa?" Tanya Rindu dengan nada dingin dan tatapan matanya yang tajam. "Lo nggak suka?"

Gebi malah terdiam napasnya naik turun. Deguban jantungnya begitu cepat. Mungkin ia salah, karna mencari masalah dengan cewek seperti Rindu adalah hal yang belum pernah ia lakukan. Sebelumnya ia hanya melabrak adik kelas yang kurang ajar dengannya atau cewek yang berusaha menyainginya. Namun yang kini sedang ia hadapi adalah Rindu cewek dingin dan tak pernah tersenyum juga sifatnya yang sama sekali tidak bisa ditebak. Ia selalu ingat bahwa marahnya seorang pendiam itu lebih mengerikan.

"Denger, gue sama Daniel nggak lebih dari kenal, kalo lo emang suka sama dia, lo deketin dia bukan terus ngancem gue."
Rindu pergi setelah mengatakan hal itu.

Ucapanya tadi membuat Gebi terdiam. Jawaban yang ia terima diluar dugaanya karna selama ini ia mengira bahwa Rindu dan Daniel dekat atas nama perasaan. Tapi ucapan Rindu seakan pernyataan. Entah Gebi sangat bingung dengan ini semua. Jika benar Rindu tidak mencintai Daniel tapi apa yang selama ini ia lihat?

Hanya dengan Daniel, Rindu tersenyum hangat senyum itu tampak begitu tulus begitu pun dengan Daniel yang dingin dan cuek kepadanya, sangat berbeda saat bersama Rindu. Daniel menjadi sosok yang cerewet dan menyenangkan saat bersama Rindu. Ia sangat sakit saat tak sengaja melihat Daniel duduk berdua dengan Rindu bahkan mereka bertatapan. Mungkin mereka bukan pertama kalinya bertatapan mungkin mereka sering atau lebih dari sekedar tatapan. Selama ini ia sering mengamati keduanya walaupun itu tak luput dari rasa sakit hati yang menggeroti.

"Gebi?" Panggil Helen sambil menepuk lengan Gebi pelan.

Gebi segera tersadar dari lamunannya. "Yuk masuk kelas! " ujar Gebi lalu berjalan mendahului kedua sahabatnya.

Helen dan Fio hanya saling pandang mereka merasa aneh karna Gebi tiba-tiba mau mengikuti pelajaran. Padahal niat awal mereka adalah membolos pelajaran matematika. Helen bergidik ngeri membayangkan wajah pak Gunawan saat memarahinya. Namun mereka langsung berjalan menyusul Gebi yang berjalan lebih dahulu.

***

Malam guys! Lagi ngapain nih?

See u on next guys!

Vote & comment 🔫

Continue Reading

You'll Also Like

1.1K 191 55
"Sejak awal seharusnya kita sadar, bahwa kita hanya dipertemukan, bukan untuk dipersatukan, apalagi untuk selamanya." - Camaraderie ●●● Berawal dari...
169K 4.6K 71
Ini hanyalah kumpulan kata-kata dari Fiersa Besari dari buku nya yaitu "garis waktu" Selamat berbaper ria. :)
1.8M 89K 60
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
2.1M 117K 53
Part Masih Lengkap. "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan deng...