Secret | Treasure ✓

By rvelie

218K 52.1K 9.7K

[TERSEDIA DI SHOPEE] "Ada kasus pembunuhan berantai yang terjadi di antara dua belas remaja di sana." --- Sej... More

CAST
PROLOG
Part 01
Part 02
Part 03
Part 04
Part 05
Part 06
Part 07
Part 08
Part 09
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
EPILOG
❗ Explanation
VOTE COVER
[ PRE ORDER ]

Part 20

4K 1K 213
By rvelie

"Lo percaya sama dugaan Yedam, Bang?"

Hyunsuk menggeleng pelan. "Nggak terlalu, Yosh. Tapi bisa aja bener, kan?"

Hyunsuk dan Yoshi sedang duduk berdua di balkon kamar sang tertua, ditemani dua cangkir kopi sambil membicarakan hal yang sempat mereka debatkan beberapa saat lalu.

Hyunsuk sudah menyuruh semua untuk pulang, karna ia butuh waktu untuk berpikir. Namun ia memilih mengajak Yoshi sebagai teman diskusi, karna Yoshi adalah salah satu temannya yang selalu bisa tenang dalam menghadapi segala situasi.

Jika mengajak Jihoon, Hyunsuk takut lelaki itu berakhir emosi jika membahas hal seperti ini. Karna sepertinya, Jihoon belum dalam keadaan baik semenjak kepergian Junkyu.

"Lo sendiri, gimana? Percaya sama dugaan Yedam?" Hyunsuk balik bertanya, ingin tahu mengenai pendapat Yoshi.

"Enggak."

"Kenapa?"

"Junghwan baru masuk SMA, gue rasa dia masih terlalu kecil buat ngelakuin hal kayak gitu."

Hyunsuk mengangguk pelan, menyetujui perkataan Yoshi.

Seorang anak kelas satu SMA, melakukan pembunuhan pada temannya yang lebih tua, terdengar cukup mustahil. Apalagi yang melakukan adalah Junghwan, bocah laki-laki yang nampak baik dan selalu menebar aura positif bagi orang di sekitarnya, rasanya tak mungkin.

Tapi, mengingat pelaku pembunuhan itu adalah salah satu dari mereka, Hyunsuk merasa semua itu mungkin terjadi.

"Tapi, nggak ada yang nggak mungkin, kan?"

"Iya sih." Yoshi menggaruk bagian belakang kepalanya, tak tahu harus mengatakan apa lagi.

"Gue pengen ngasih tau lo sesuatu," ujar Hyunsuk tiba-tiba, membuat Yoshi yang sedang menatap langit seketika menoleh. "Tentang alasan kecil yang ngebuat gue cukup curiga sama Junghwan."

Yoshi mengernyit. "Apa, Bang?"

"Dulu Mashiho pernah bilang sama gue, kalo Junghwan itu nggak seperti apa yang kita lihat."

"Maksudnya?" Dahi Yoshi berkerut, menandakan ia bingung dengan apa yang Hyunsuk katakan.

"Gue juga nggak tau maksudnya apa, Mashiho cuma bilang gitu pas kita lagi ngomongin tentang Junghwan, terus ganti topik pembicaraan."

"Mashiho bilang, Junghwan nggak seperti apa yang kita lihat?" Yoshi hendak memastikan apa ia tak salah dengar.

Hyunsuk mengangguk, mengiyakan perkataan Yoshi.

"Apa mungkin Mashiho tau tentang sisi lain Junghwan?"

Hyunsuk tertegun, kaget ketika mendengar penuturan Yoshi.

"Dan mungkin, itu berhubungan sama rahasia mereka berdua." Yoshi kembali melanjutkan.

"Iya, bisa jadi." Hyunsuk nampak setuju, namun kemudian kembali terlihat bingung. "Tapi kalo mereka emang punya rahasia berdua, kenapa Junghwan ngebunuh Mashiho?"

Yoshi terdiam, kembali dibuat bingung oleh pertanyaan Hyunsuk.

"Kita nggak bisa nuduh Junghwan dan curiga sama dia secara berlebihan, karna semua dugaan kita nggak disertai bukti apapun. Jangan sampe apa yang kita lakuin ke Jaehyuk dulu terulang lagi." Hyunsuk memecahkan keheningan.

"Jadi, kita harus gimana?" Yoshi meminta penjelasan lebih.

"Nggak masalah kalo kita curiga sama Junghwan, tapi jangan sampe kita ngejauhin atau ngediemin dia kayak apa yang kita lakuin ke Jaehyuk dulu. Cukup jaga jarak buat jaga-jaga," pesan Hyunsuk, yang mendapat anggukan setuju dari Yoshi. "Dan kita juga harus sedikit ngawasin Junghwan mulai sekarang."

••••

"Asahi."

Asahi menoleh, mengalihkan fokus dari layar televisi ke arah Jaehyuk yang baru saja memanggil.

"Kenapa?"

"Soal Junghwan, menurut lo gimana?"

Asahi mengernyit. "Emang Junghwan kenapa?"

"Kan dia dituduh sebagai pelaku pembunuhan Mashiho."

"Terus?"

Jaehyuk berdecak sebal. "Jangan kayak tukang parkir."

"Terus gue harus jawab apa? Lo aja nggak nanya apa-apa."

"Lo percaya nggak sama dugaan Yedam tentang Junghwan?" tanya Jaehyuk, kali ini dengan jelas agar Asahi dapat mengerti.

"Enggak."

"Kenapa?"

"Gue udah pernah bilang, gue curiga sama Yedam. Jadi mana mungkin gue percaya sama omongannya."

Ah iya, Jaehyuk sempat melupakan fakta bahwa Asahi mencurigai Yedam.

"Tapi, gimana kalo omongan Yedam bener?" Jaehyuk kembali bertanya.

"Berarti bener dong kalo lo pelakunya? Kan Yedam pernah nuduh lo."

"Maksud gue tentang Junghwan," tegas Jaehyuk, kesal karna Asahi mengingatkannya pada hal itu.

"Daripada lo mikir gimana kalo omongan Yedam bener, mending lo mikir gimana kalo omongan gue yang bener?" Asahi membalik pertanyaan Jaehyuk, tanpa berniat untuk menjawab terlebih dahulu.


"Walau Yedam pernah jadi alasan gue dituduh waktu itu, tapi jujur, gue nggak nemuin hal yang mencurigakan dari dia," ungkap Jaehyuk, ia memang tak menaruh curiga pada Yedam sama sekali.

"Yedam itu pinter, saking pinternya sampe nyiptain berbagai dugaan tanpa bukti yang jelas buat menyudutkan lo dan Junghwan. Itu yang bikin gue curiga."

Jaehyuk mengernyit bingung. "Kenapa curiga karna itu? Dia bikin berbagai dugaan, karna dia pinter. Walau agak bego juga karna dia bikin dugaan itu tanpa bukti yang jelas. Tapi itu mungkin karna dia lebih pake logika, kan?"

"Lo mikir gitu?"

"Iya."

Asahi menatap layar televisi yang sedang menayangkan film horror, lalu mengucapkan suatu kalimat yang berhasil membuat Jaehyuk termenung.

"Yedam buat berbagai dugaan itu, karna dia pinter dalam mecahin misteri atau buat nutupin kesalahannya sendiri?"

••••

Junghwan terbangun dari tidurnya dengan kondisi tubuh yang pegal karna tertidur di atas meja belajar.

Semalam, Junghwan belajar cukup lama karna materi yang ia pelajari sedikit susah untuk dimengerti. Bukan karna materinya rumit, tapi Junghwan yang terlalu sulit untuk fokus.

Apa yang terjadi pada Junghwan kemarin menjadi beban pikiran untuknya, membuatnya kesulitan selama belajar hingga tertidur di atas meja belajar hingga pagi, dan sekarang seluruh badannya terasa pegal dan nyeri.

Jika yang lain mungkin akan memilih untuk bolos satu hari dan melanjutkan tidur di atas kasur, maka Junghwan tidak. Ia tetap bangun, meregangkan ototnya sejenak, lalu pergi mandi dan bersiap untuk ke sekolah.

"Junghwan!"

Langkah Junghwan terhenti di bawah tangga ketika mendengar suara seseorang memanggil, bersamaan dengan suara pintu yang diketuk. Karna di rumah hanya ada dirinya, terpaksa Junghwan berjalan menuju pintu utama untuk menyambut sang tamu.

"Bang Yedam?" Junghwan nampak bingung ketika melihat kedatangan Yedam di pagi hari seperti ini, sedangkan yang ditatap justru tersenyum hangat. "Lo ngapain ke sini?"

"Nih." Yedam menyodorkan sebuah kantong plastik berisi tiga buah donat. "Buat lo sarapan."

Junghwan mengernyit. "Buat gue?"

"Iya, lah. Buat siapa lagi?"

"Dalam rangka apa lo ngasih gue ini?"

"Pengen ngasih aja, karna gue tau lo belum sarapan. Emang nggak boleh?"

"Setelah nuduh dan bikin semua orang curiga sama gue kemarin, lo tiba-tiba ngasih gue makanan?" Junghwan mengingatkan Yedam akan apa yang telah lelaki itu lakukan padanya kemarin, barangkali ia lupa. "Aneh."

"Gue minta maaf soal itu." Yedam terdiam sejenak, memikirkan kata yang pas untuk melanjutkan. "Gue kebawa suasana sampe kepikiran sama dugaan yang berlebihan."

"Percuma ngomong kayak gitu sekarang, apalagi sama gue doang. Karna nggak akan ngerubah kecurigaan semua orang ke gue."

"Iya, gue tau. Tapi serius, gue minta maaf." Yedam berucap dengan tulus, berharap Junghwan mau memaafkan.

"Ok, gue maafin," ucap Junghwan kemudian, membuat Yedam kaget karna ternyata semudah itu ia dimaafkan.

Yedam pikir, Junghwan tak akan mau memaafkannya.

"Serius?" Yedam mencoba memastikan.

"Iya, Bang," jawab Junghwan yang seketika membuat senyum Yedam merekah. "Masuk dulu, yuk. Sarapan bareng gue."

Senyum Yedam sirna seketika. "Di dalem ada siapa aja?"

"Cuma ada gue sendiri."

Yedam tertegun, membuat Junghwan menatapnya bingung.

"Kenapa?"

"Eh, ng-nggak papa," jawab Yedam sedikit terbata, nampak panik sekaligus bingung. "Nggak usah deh, Hwan. Gue nggak laper."

"Beneran nggak laper?" Junghwan memandang Yedam sejenak, lalu tersenyum miring. "Atau takut gue bunuh, Bang?"

••••

Sejauh ini, kalian curiga sama siapa?

fyi, aku nulis part ini sambil nonton vlive jihoon 😍🙌🏻

Continue Reading

You'll Also Like

21.8K 3.9K 33
❝Pembunuh Nya Salah Satu Dari Kita❞ Start: 06-07-22 Finish: 02-01-23
829K 183K 41
Tiba-tiba saja gadis itu menghilang. [2019] > Bukan kisah nyata.
26K 5.9K 24
Tiba-tiba di kota terpencil koneksi internet terputus. Siapa sangka tidak tersambung ke internet berakhir dengan kekacauan dunia. Genre : scifi-horr...
850K 196K 34
ada pembunuh berantai di sana. © 030620, jaevevo