Secret | Treasure ✓

By rvelie

218K 52K 9.7K

[TERSEDIA DI SHOPEE] "Ada kasus pembunuhan berantai yang terjadi di antara dua belas remaja di sana." --- Sej... More

CAST
PROLOG
Part 01
Part 02
Part 03
Part 04
Part 05
Part 06
Part 07
Part 08
Part 09
Part 10
Part 11
Part 12
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
EPILOG
❗ Explanation
VOTE COVER
[ PRE ORDER ]

Part 13

4K 1.1K 98
By rvelie

Haruto dan Jeongwoo sampai di sekolah lebih awal dari biasanya karna ingin sarapan lebih dulu di kantin. Sebenarnya mereka jarang sarapan, tapi karna Haruto rindu dengan mie ayam kantin, ia memutuskan untuk sarapan hari ini dan tentu mengajak Jeongwoo untuk ikut.

"Woo," panggil Haruto, membuat Jeongwoo yang sedang fokus pada layar ponselnya menoleh dengan tatapan penuh tanya. "Lo masih belum mau ngasih tau gue barang apa yang lo beli di kantin kemarin?"

Mendengar itu, Jeongwoo teringat dengan sesuatu yang ia beli di kantin ketika jam pulang sekolah kemarin. Tangannya lantas masuk ke dalam saku celana, seolah mencari sesuatu. Tapi kemudian ia ingat, ia tak memakai celana yang sama dengan celana kemarin.

"Gue beli biskuit," jawab Jeongwoo kemudian.

"Biskuit doang?"

"Iya."

"Terus kenapa lo bilang gue bakal bangga sama lo?" Haruto nampak kebingungan. "Lo pikir beli biskuit itu udah kayak nyelamatin suatu negara apa gimana?"

"Gue belum selesai ngomong, dengerin dulu jangan langsung motong," protes Jeongwoo, kesal karna Haruto lebih dulu menarik kesimpulan dari ucapannya yang belum lengkap.

"Makanya ngomong tuh langsung sampe selesai, jangan nanggung. Gue mana tau lo mau ngomong apa aja." Haruto balas protes, tak terima karna disalahkan. "Cepet lanjut."

Jeongwoo mendengus kesal, tapi tetap melanjutkan ceritanya agar Haruto tak terus penasaran.

"Gue beli biskuit itu buat kucing liar di komplek."

"Serius? Kesambet apaan lo?" Haruto nampak tak percaya. "Perasaan kucing liar di komplek udah lama ada, tapi kenapa baru sekarang lo beliin makanan?"

"Dua hari yang lalu, pas gue nungguin lo siap-siap buat balapan ke sekolah, gue ngeliat ada kucing lagi ngorek sampah." Jeongwoo memulai cerita, sambil mengingat apa yang terjadi antara dirinya dan kucing liar di depan rumah Haruto waktu itu. "Gue mikirnya dia laper pas itu, gue pengen kasih makan, tapi gue nggak bawa apa-apa. Jadi gue bilang ke kucing itu bakal kasih dia makan kalo ketemu lagi, dan gue beli biskuit itu kemarin, dengan harapan bakal ketemu dia."

"Tapi nggak ketemu, ya?" tebak Haruto. "Lagian kucing liar di komplek tuh banyak, Woo. Pasti susah nemu kucing yang lo maksud itu."

"Gue ketemu sama kucing itu, To." Jeongwoo membantah pemikiran Haruto.

"Serius?" Haruto ingin memastikan, dan Jeongwoo mengangguk sebagai jawaban. "Bagus dong kalo gitu."

"Tapi, gue ketemu dia dalam keadaan mati."

Haruto membeku, tangannya yang sibuk mengaduk mie ayam mendadak berhenti ketika mendengar ucapan Jeongwoo. Untung saja suapan terakhir yang masuk ke dalam mulutnya telah tertelan, jika tidak, ia pasti tersedak sekarang.

"Kucing itu udah mati?" tanya Haruto setelah diam selama beberapa saat.

Jeongwoo mengangguk, membuat pikiran Haruto melayang pada kejadian semalam.

"Kucing yang lo maksud itu, kucing yang kemarin kita temuin di jalan?"

Jeongwoo kembali mengangguk. "Iya, bangkai kucing yang nggak sengaja gue injek kemarin itu, bangkai dari kucing yang gue maksud."

"Lo yakin itu kucing yang lo cari?" Haruto berusaha memastikan karna tak percaya.

"Iya, corak di badannya warna oren."

"Kucing kayak gitu banyak, Woo. Mungkin cuma mirip."

"Tapi gue ngerasa itu emang kucing yang gue cari, To. Persis."

"Perasaan lo aja kali, kucing kan banyak yang mirip. Apalagi kucing liar di komplek tuh banyak, pasti banyak juga yang keliatan sama."

Perkataan Haruto masuk akal. Tapi entah kenapa, Jeongwoo tetap merasa jika bangkai kucing yang semalam ia injak adalah bangkai dari kucing yang ia temui di tong sampah waktu itu.

"Btw, lo mau ngasih biskuit ke kucing?" Haruto kembali memulai pembicaraan.

"Iya."

"Emang kucing makan biskuit?"

Jeongwoo mengendikkan bahu. "Nggak tau, gue kepikiran tuh kucing kemarin, jadi gue beli aja biskuit, kali aja nggak sengaja ketemu. Soalnya di kantin nggak ada makanan kucing."

"Bego," ejek Haruto yang seketika mendapat tatapan tajam dari Jeongwoo, namun Haruto tak peduli dan kembali menikmati makanannya.

Tak ada lagi yang bicara, Haruto fokus pada makanannya dan Jeongwoo sibuk memandang mie ayamnya. Namun bukan ke sana fokus Jeongwoo sekarang, melainkan pada pikirannya yang sedang berkelana.

"To," panggil Jeongwoo, memecahkan keheningan dan membuat fokus Haruto teralih padanya. "Kucing kemarin, matinya karna apa?"

"Ditabrak mobil, kan udah gue bilang dari semalem," kata Haruto cepat. "Perutnya robek sampe isinya keliatan, kaki sama tangannya patah, dan lehernya nyaris putus. Apa lagi sebabnya kalo bukan ditabrak?"

"Kalo ditabrak, kenapa kucingnya nggak gepeng?" tanya Jeongwoo. "Dan kalo beneran ditabrak, pasti ada darah yang nempel di ban dan ninggalin jejak. Tapi kemarin, nggak ada jejak sama sekali, kan?"

Pertanyaan Jeongwoo membuat Haruto berpikir keras, serta membuatnya mulai ragu dengan dugaan sendiri.

"Kalo diperhatiin, sayatan di badan kucing itu lumayan rapi, To. Kayak bukan karna ditabrak." Jeongwoo kembali bicara, sambil mengingat kondisi bangkai kucing yang ia dan Haruto temukan semalam. Bangkai yang amat mengenaskan.

"Kalo bukan ditabrak, dia mati karna apa?"

Jeongwoo ragu ingin mengatakan apa yang ada di pikirannya atau tidak. Namun pada akhirnya, ia memilih mengatakan agar tak menjadi beban pikiran.

"Dibunuh."

••••

Mobil milik Asahi melaju di sepanjang jalanan kota, bersamaan dengan kendaraan lainnya. Namun bukan Asahi yang mengemudi, melainkan Jaehyuk.

Jaehyuk dan Asahi berada dalam satu universitas, fakultas, dan kelas yang sama. Jadi mereka selalu pergi kuliah bersama menggunakan mobil Asahi, atau terkadang menggunakan motor Jaehyuk jika sedang terburu-buru agar dapat sampai lebih cepat.

Selama perjalanan, keduanya saling bertukar cerita, tentang Hyunsuk dan Yedam yang masih mencurigai Jaehyuk.

"Gue curiga sama Bang Hyunsuk." Jaehyuk berterus terang tentang kecurigaannya pada teman tertuanya itu.

"Kenapa?" Asahi meminta penjelasan.

"Dia terlalu nuduh gue pas itu, dan opini dia juga menggiring yang lain buat curiga sama gue. Bisa aja dia kayak gitu buat nyelamatin diri, kan?"

"Tapi kan dia udah minta maaf."

"Tapi dia masih curiga sama gue, Sa. Gue ngerasa dia minta maaf bukan karna beneran ngerasa bersalah, tapi biar keliatan masih ada rasa kasian aja sama gue setelah denger ucapan lo waktu itu."

Asahi mengangguk-angguk, mengerti maksud ucapan Jaehyuk.

"Lo sendiri, ada curiga sama orang nggak?" tanya Jaehyuk, ingin tahu.

"Ada."

"Siapa?"

"Yedam."

Jaehyuk terperanjat, nampak bingung karna Asahi menyebutkan nama yang sama sekali tak ia curigai.

"Kenapa lo curiga sama dia?" tanya Jaehyuk sambil memutar stir, membuat mobil yang dikendarainya berbelok memasuki kawasan perumahan.

Asahi mengendikkan bahu. "Nggak tau, curiga aja."

"Lo curiga sama Yedam tanpa alasan?"

"Iya."

"Kenapa gitu?"

"Nggak papa, emang salah?"

"Salah, mana boleh curiga sama orang tanpa bukti. Kan jatuhnya fitnah."

"Gue cuma curiga bukan nuduh." Asahi membela diri. "Curiga doang wajar, kan? Yang nggak boleh tuh nuduh tanpa bukti yang jelas. Gue paham kok."

"Iya sih, tapi kok lo bisa curiga sama Yedam tanpa alasan gitu?"

"Nggak tau, dia keliatan mencurigakan aja."

"Gue merasa Yedam nggak mencurigakan sama sekali."

"Berarti cuma gue doang yang ngerasain."

"Kalo gitu—"

Ucapan Jaehyuk terhenti bersamaan dengan mobil yang juga ikut berhenti secara tiba-tiba, membuat Asahi kaget dan hampir terlempar ke depan. Namun beruntung ia memakai seatbelt, jika tidak, kepalanya pasti sudah terbentur.

"Lo kenapa ngerem mendadak?" Asahi nampak kesal karna Jaehyuk menginjak rem secara mendadak. Jantungnya masih berdebar kencang seolah ingin keluar.

"Itu Bang Hyunsuk, kan?" tanya Jaehyuk, mengabaikan pertanyaan Asahi begitu saja.

Asahi mengikuti arah pandang Jaehyuk dan mendapati seorang lelaki berkaos ungu sedang mengetuk pintu rumah seseorang, lalu masuk ke dalam setelah dibukakan pintu oleh seorang wanita parubaya.

Dan seperti dugaan Jaehyuk, lelaki itu memang Hyunsuk.

"Bang Hyunsuk ngapain ke rumah Mashiho, Sa?"

Continue Reading

You'll Also Like

297K 65.3K 38
"ᴋᴇʜᴀɴᴄᴜʀᴀɴ ᴅɪ ʙᴜᴍɪ ʙᴜᴋᴀɴ ᴋᴀʀᴇɴᴀ ᴛʀᴇᴀꜱᴜʀᴇ!" ᵀʰᵉ ᵇᵉᵍⁱⁿⁿⁱⁿᵍ ᵒᶠ ᵗʰᵉ ᵈᵉˢᵗʳᵘᶜᵗⁱᵒⁿ ᵒᶠ ᵗʰᵉ ʷᵒʳˡᵈ ᵂʳⁱᵗᵉʳ :ᴰˢᵗⁿᶻʰʳ ˢᵗᵃʳᵗᵉᵈ:²⁰²⁰/⁹ /¹⁵ ᶠⁱⁿⁱˢʰᵉᵈ:²⁰²⁰/¹⁰/¹⁶
54.4K 8.9K 44
"pinter banget lo actingnya" Start : 8 - 9 - 2021 Finish : 2 - 6 - 2022 [Budayakan follow sebelum membaca] KET: ● Cerita pertama, jadi maaf kalo ada...
21K 3K 11
[TAMAT] Sama seperti sebuah cahaya, kamu hanya bisa ku lihat, takkan bisa ku tangkap, apalagi ku genggam. "Oi, Naomi! Terima kasih"-Asahi.
849K 196K 34
ada pembunuh berantai di sana. © 030620, jaevevo