Pesawat Kertas

By mentarisendja_

15.5K 9.6K 9.9K

Dia adalah rintik rindu dari kisah yang belum usai. Start : April 2021 Rank: 1 #cintamonyet (3... More

1. Goodlooking?
#2 Aneh
#3 Followers
#5 Hama
#6 Obsesi
#7 tidur siang berjamaah
#8 Cuek?
#9 Unknown number
# 10 Bayangmu
# 11 spy
#12 Misterius
#13 Gundah
#14 orang yang sama
#15 Ayo mabar!
#16 30 days
#17 I'm broken
#18 Antara dia dan dia
#19 Teman?
#20 Teka-teki
#21 Kerja kelompok extra
#22 Siapa?
#23 You broke my heart
#24 Space
#25 Luka itu sakit
#26 Sorry
#27 : Menjauh
28 : Mission
#29: NIGHTMARE
#30 : That's crime
#31 : Mencari Dalang
#32 : Retak
#33 : Dalang dari dalang
#34: Ribuan maaf
#35: Kamu, hujan dan rindu

#4 : Senja hari ini

720 468 616
By mentarisendja_

Aku ingin berteriak, mengadu pada semesta.

°
°
°






Pukul enam lebih lima belas, Rindu sudah tiba di sekolah. Ia berjalan di koridor utama sekolah tepatnya di lantai satu. Untuk menghindari kemacetan, Rindu selalu berangkat sekolah lebih pagi. Namanya belum pernah tercatat di daftar siswa-siswi yang pernah terlambat datang ke sekolah.
Rindu memutar tubuhnya saat Daniel melaluinya, cowok itu berjalan santai sambil bersiul. Tadinya ia pura-pura tidak melihat kakak kelasnya itu, namun melihat senyuman jahil cowok itu membuatnya teringat sesuatu.

"Tunggu!" Teriak Rindu sambil berusaha menjajarkan langkah kakinya dengan Daniel.

Alih-alih berhenti atau memelankan langkahnya Daniel malah mempercepat langkahnya. Perbuatan cowok itu membuat mood Rindu berubah seketika. Untung saja koridor sedang tidak ramai-ramainya karena ia memang selalu berangkat lebih pagi.

"Berhenti!"
Rindu berhenti dengan napas ngos-ngosan. Ia sedikit membungkukkan badannya sedangkan tangannya masih menarik lengan seragam Daniel.

"Lo? Kirain setan."

Ucapan Daniel sukses membuat Rindu membelalakkan matanya. Cowok itu benar-benar nul attitude. Tidak ragu lagi, Rindu akan memasukkan nama Daniel kedalam note list orang-orang nul attitude setelah Gebi.

"Balikin handphone gue!"

Daniel menaikkan salah satu alisnya. "Nggak ada."

"Balikin!"

Daniel menatap sekelilingnya membalas tatapan beberapa pasang mata yang masih memperhatikan dirinya dan Rindu. Seolah mereka adalah tontonan gratis. Daniel mengusir mereka dengan tatapan matanya meskipun beberapa dari mereka tetap memperhatikannya.

"Enggak ada."

"Lo jual ya?!" Tanya Rindu kembali dengan volume yang tak kalah keras.
Daniel menyembunyikan senyumnya. "Gue nggak jual handphone lo."

"Terus?"

"Gue enggak bawa."

"Lo sengaja ya? atau jangan-jangan Lo gadai?" Cecar Rindu, kedua matanya memicing.

"Eggak."

"Lo pasti udah geledah isi handphone gue kan?"
Daniel dibuat gelagapan oleh pertanyaan Rindu. Pertanyaan gadis itu sangat tepat sasaran. "Suudzon."

"Eggak mungkin ketinggalan kalau semalam lo enggak otak-atik handphone gue."

Daniel melipat kedua tangannya didepan dada. Menatap Rindu yang juga tengah menatapnya dengan nyalang. Benar kata teman-temannya, Rindu memang cantik bahkan sangat. Dengan rambut panjangnya yang digerai malah memberikan kesan imut. Kulit putihnya kontras dengan rambut hitamnya dan bibir pink alami gadis itu. Berbeda dengan orang-orang yang mengatakan bahwa wajah Rindu sangat jutek. Ia malah berpikiran bahwa Rindu sangat cantik dengan pembawaan tegas, hanya saja mereka salah mengartikan.

"Kok malah diem? Balikin."

"Ambil sendiri di kamar gue."

Setelah mengatakan itu Daniel langsung pergi. Rindu menatap punggung cowok itu dengan penuh kesal. Rindu membalikkan badannya, mengabaikan tatapan mata beberapa siswa yang melintasi koridor ia langsung berjalan menuju kelasnya.



🛫🛫🛫





"Your attention please, the passenger of Garuda Indonesia on flight number GA234 to Adelaide please boarding from door A12, thank you."

Suara pengumuman menggema di sekitar bandara dan artinya mamanya harus segera masuk kedalam pesawat. Wanita paruh baya itu mendekap Rindu erat seolah tak mau melepaskannya. Lalu menatap putrinya, sorot matanya berubah sayu.

"Jaga diri ya sayang, jangan lupa berdoa
sama tuhan, belajar dan jangan lupa telpon mama kapan pun," ujar Trisa, tangannya menggenggam erat tangan Rindu.

"Iya mah hati-hati disana, salam buat papah Rindu bakal kangen sama kalian."

"Mama pergi sayang, assalamualaikum."

Setelah mencium kening Rindu perempuan itu menatap putrinya lekat sembari memegang wajah putrinya yang begitu cantik. Rindu hanya tersenyum dan berusaha menahan air mata. Menatap kepergian wanita itu yang perlahan menjauh dan menghilang dibalik pintu pesawat.

Rindu membalikkan tubuhnya, mengusap air matanya. Ia berusaha mencegah bulir-bulir air mata itu kembali jatuh. Ia menatap sekelilingnya, orang- orang pun melakukan hal yang sama dengannya. Melepas, dan menginggalkan. Rindu bergegas pergi meninggalkan bandara, sebenarnya tempat ini adalah tempat yang tidak ingin lagi ia kunjungi.  Saat ini, Menerima adalah sebuah kata yang sedang ia coba terapkan dalam hidupnya disamping merelakan.


🛫🛫🛫


Rindu duduk di atas hamparan pasir menatap langit yang beberapa menit lagi akan berubah menjadi gelap. Memeluk lututnya dengan kepalanya menengadah ke langit menikmati karya tuhan yang begitu indah. Kicauan burung kecil menemani momen senja ini mamun sama sekali tak mengganggu ketenangannya.

Deburan ombak susul menyusul terdengar menenangkan. Berkejaran, bergulung kemudian membasuh bibir pantai. Rindu terdiam membiarkan detik berlalu, mencari tenang yang mungkin akan ia temukan. Diantara diam ada gelisah yang mengambil peran. Membuat pikirannya ramai dengan kicauan pertanyaan yang datang dengan sendirinya. Rindu membuang napas dalam-dalam barangkali dapat mengikis rasa sesak. Ada hal yang selalu ingin membuatnya berteriak, mengadu pada semesta. Bagaimana akan berteriak? Jika menangis pun ia takut isakannya terdengar orang lain. Yang terjadi hanyalah, memendam lara itu sendirian.

'Cekrek'

Rindu membuka matanya, ia bertemu tatap dengan seorang laki-laki yang berjalan ke arahnya dengan kamera yang dikalungkan di leher. Rindu mengalihkan tatapannya, merasa sedikit terusik atas kehadirannya. Namun disuatu sudut hatinya mengatakan, bahwa ia membutuhkan teman.

"Bisa kebetulan ya kita ketemu disini."

"Kesialan bagi gue. Ngapain sih fotoin orang sembarangan, paparazi?"

Daniel merasa tidak enak pada Rindu. "Lagi pengen sendiri ya? Sorry ya udah ganggu."
Diam. Percakapan mereka berhenti disana. Rindu kembali hanyut dalam lamunannya, tenggelam dalam suasana senja hari ini. Senja ini benar-benar melempar Rindu pada ruang waktu, membuatnya terjebak dalam ruang nostalgia. Setelah kenangan pahit kembali berputar, luka datang menyayat. Sudah coba untuk terlihat baik-baik saja, rupanya membodohi diri tak mudah.

"Hp lo," Daniel menyodorkan handphone itu pada Rindu.

"Kenapa baru lo balikin? Lo gadai hp gue?"

Daniel menahan senyumnya. Ia tak mengira akan mendapatkan pertanyaan aneh dari Rindu. Ia berdehem pelan lalu mengalihkan pandangannya. "Niatnya mau gue jual, lumayan bisa buat beli bensin."
Rindu tidak menyahuti, gadis itu tengah sibuk memeriksa handphonenya. Ia mengerutkan keningnya ketika menemukan aplikasi game dihandphonenya. Selain itu ia juga menemukan aplikasi instagram. Rindu menggelengkan kepalanya, tidak sopan sama sekali kakak kelasnya ini.

"Lo download game pakai hp gue?"

"Iya, kenapa?"

"Enggak punya hp lo?"

"Ada," Daniel mengeluarkan handphone dengan merek yang sama namun dengan seri yang berbeda dari saku celananya.

"Sengaja gue download biar kita bisa mabar."

"Percuma, gue nggak bisa mainnya."

"Privat sama gue dijamin langsung pro."
"Ig juga?"

Daniel menaikkan sebelah alisnya. "Nggak."

"Ini apa?"

"Mana gue tahu, handphone punya siapa malah nanya gue."

Rindu tidak menyahut, gadis itu memotret hamparan laut yang berwarna keemasan karena pantulan mentari senja. Daniel melihat ada kesedihan dalam manik itu yang berusaha ditutup-tutupi. Ia ingin bertanya namun tidak mau membuat Rindu menangis, ia tahu gadis itu tengah berusaha meredam sedihnya. Membuatnya tak enak hati untuk membuat Rindu kesal seperti tadi.

"Ikut gue."

Gadis itu menoleh kesamping dan membuka matanya menatap lelaki disampingnya. Belum sempat melayangkan protes, Daniel sudah menggandeng tangan Rindu. Keduanya berjalan menyusuri bibir pantai dengan Daniel yang menggandeng tangan Rindu yang sedikit kesulitan berjalan di atas pasir.

Tidak sampai lima menit, Daniel dan Rindu telah sampai di sebuah tebing yang tidak terlalu tinggi. Tempat ini sebenarnya tidak sengaja Daniel temukan beberapa waktu lalu. Saat itu ia sedang suntuk dan mencari tempat untuk menghilangkan rasa jenuhnya.

"Gimana enggak nyesel kan?" Ia menatap gadis itu lekat dengan senyumnya yang terus mengembang.

"Iya bagus banget," ujar gadis tersebut tersenyum manis.

Lelaki itu hanya tersenyum bahagia kala melihat gadis itu tersenyum, jarang sekali gadis disampingnya ini tersenyum. Diam-diam ia memotret kembali gadis disampingnya menggunakan kamera yang di tentengnya. Ia tersenyum puas saat melihat hasil jepretannya.
Daniel tersenyum sambil menatap Rain dari samping. Ada perasaan hangat yang menjalar membuatnya bahagia. Senja ini benar-benar indah, ia sebut sebagai sebuah kebetulan yang indah. Atau memang sebuah takdir tuhan?





***

Daniel rindu seseorang dimasa lalunya, Rindu juga merindukan seseorang. Kalo kamu rindu sama siapa? Rindu boleh, halu berkepanjangan jangan entar malah gila😂😂😂




Minggu merindu, 28 - 02 -21

Continue Reading

You'll Also Like

4.9K 92 6
Daun yang tak pernah membenci angin🙂 Jan lupa vote yaaa
FRIENDZONE By Nay

Teen Fiction

205 82 26
Sepasang sahabat yang saling memendam perasaan, akankah mereka akan bersatu menjadi sepasang kekasih? Masih amatiran
2.9K 1.4K 26
Teenfiction Humor [Part lengkap versi Wattpad] [Telah terbit versi cetak yang lebih lengkap] Mewakili isi hati pemirsa, yang wajahnya remaja tapi pin...
1.3K 1K 20
"Jangan pernah tinggalin gue ya, Gey." "Mana mungkin gue ninggalin lo sendirian di dunia yang kejam ini?" Ini tentang Sheyla Aralea. Gadis berusia tu...