CHANGE • Felix Lee

By AvrilDominic

18.9K 1.4K 1.9K

Suara Khas yang dimiliki keduanya membawa mereka pada takdir yang sama. Takdir yang membawa perubahan besar b... More

Change 1
Change 2
Change 3
Change 4
Change 5
Change 6
Change 7
Change 8
Change 9
Change 10
Change 11
Change 12
Change 13
Change 14
Change 15
Change 16
Change 17 (NC+21)
Change 18
Change 19
Change 20 (NC+25)
Change 21 (NC+21)
Change 22
Change 23
Change 24
Change 25
Change 26
Change 27
Change 28
Change 29
Change 30
Change 31
Change 32
Change 33
Change 34 (NC+21)
Change 35
Change 36
Change 37
Change 38
Change 39
Change 40 (NC+21)
Change 41
Change 42 (NC+25)
Change 43
Change 44
Change 45
Change 46
Change 47
Change 48
Change 49 (NC+17)
Change 50
Change 51
Change 52
Change 53
Change 54
Change 55
Change 56 (NC 21+)
Change 57
Change 58
Change 59

Change 60

294 23 52
By AvrilDominic

Vote tanda Bintang diujung kiri bawa ya Readers :)

****
<<

"Hentikan, Jie!"

Jie terpaku, matanya meremang seketika, begitu ia mendengar teriakan itu, sedang Lexa terus menangis dengan tubuhnya yang bergetar ketakutan. Perlahan Jie melepaskan tangannya dari dagu Lexa, namun ia masih belum berani melihat pria  yang sedang berjalan mendekatinya

"Kau baik-baik saja?"

Lexa segera membuka matanya begitu mendengar suara asing ditelinganya dan melihat seorang pria berjongkok di hadapannya

"Jangan menangis lagi"

Lexa menghentikan tangisannya saat pria itu mengusap lembut dagunya, ia terus memperhatikan pria yang tidak ia kenal itu

"Lepaskan tanganmu dari puteriku" ucap Jie penuh penekanan
"Lepaskan tanganmu sialan!" sekuat tenaga Jie mendorong pria itu ke tanah lalu mencekik lehernya
"Di mana putraku?! di mana kau sembunyikan putraku bajingan?!" teriak Jie dengan kencang sembari mencekiknya semakin kuat

"Ibuu,," teriak Lexa ketakutan saat melihat ibunya mencoba membunuh orang asing, namun Jie mengabaikan itu dan semakin kuat mencengkeram tangannya di leher pria yang ada di bawah kuasanya

"Aku akan membunuhmu" ucap Jie dengan mata yang penuh dendam

Alih-alih melepaskan tangan Jie dari lehernya, pria itu malah terlihat pasrah dan membiarkan Jie mencekiknya, dadanya mulai terasa sesak karena kehabisan oksigen, begitu juga wajahnya yang mulai memerah. Pria itu mengangkat tangannya dengan kekuatan yang tersisa, lalu diusapnya puncak kepala Jie dengan sayang
"Terimakasih karena kau telah bertahan" ucapnya terbata-bata

"Ayah!"

Deg

Refleks Jie melepaskan tangannya begitu ia mendengar suara anak laki-laki memanggil pria yang dicekiknya dengan sebutan ayah. Felix langsung terbatuk sembari memegangi lehernya, ia berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk mengisi paru-parunya dengan oksigen

Jie segera turun dari dada Felix dan terduduk di tanah, ia terlihat seperti orang yang kebingungan

Merasa agak baikan, Felix menegakkan tubuhnya dan duduk di tanah bersama Jie, ia menoleh pada anak berusia enam tahun yang memanggilnya tadi
"Kemarilah" panggil Felix pada anak itu

Dengan patuh anak itu mendekati Felix dan wanita yang mencekik ayahnya

"Duduklah" Felix menggeser tubuhnya dan membiarkan anak itu duduk di dekat Jie

"Ayah baik-baik saja?" tanya anak itu dengan nada khawatir

Felix tersenyum sembari menganggukkan kepalanya, ia segera berdiri dan berjalan mendekati kursi taman, digendongnya Lexa dan dipeluknya dengan erat untuk menenangkannya.

Anak laki-laki itu terus memperhatikan wanita yang tertunduk di hadapannya
"Ibu?" panggilnya pelan seraya memegang pergelangan tangan Jie
"Kau ibuku bukan?" tanyanya sekali lagi saat Jie tak menjawabnya
"Ternyata Ayah benar, ibu sangat cantik" pujinya saat melihat wajah cantik Jie

Perlahan pupil mata Jie bergerak menatap tangan kecil yang sedang memegang tangan ringkihnya, ia memperhatikan tangan kecil itu hingga ke lengan dan wajahnya yang tampan
"Lixie?" tanyanya pelan nyaris tak bersuara

Anak tampan bernama Lixie itu langsung menganggukkan kepalanya mengiyakan
"Aku Lixie, putra ibu" ucapnya dengan tersenyum

Airmata Jie mengalir dengan derasnya begitu ia mengetahui bahwa anak yang ada di hadapannya adalah putranya Lixie yang dibawa kabur oleh Felix empat tahun yang lalu dari rumah sakit

Lixie langsung memeluk Jie saat melihatnya menangis
"Jangan menangis ibu" bujuknya seraya menepuk punggung Jie dengan lembut. Alih-alih menghentikan tangisannya Jie malah meraung-raung dipelukan putranya itu

Zico, Hwasa, Lucas, Vernon, Irene, Jiso yang baru saja tiba di sana terpaku melihat Jie berpelukan dangan Lixie begitu juga dengan Felix yang sedang menggendong Lexa. Niat mereka yang ingin memberi pelajaran pada Felix, sirna begitu saja saat melihat Lexa memeluk Felix dengan begitu erat. Mereka memutuskan untuk pergi dan membiarkan keluarga itu menyelesaikan masalah mereka terlebih dahulu

®®®

Jie's house…


"Kau harus menjaganya dengan baik"

"Hmm?" tanya Lixie bingung

"Gadis kecil ini" ucap Felix sembari mengusap puncak kepala Lexa

"Tentu saja ayah" jawab Lixie dengan patuh

Jie hanya diam saja mendengar percakapan diantara Ayah dan anak itu

"Ayah akan sering melihat kami kan?"

"Tentu saja" jawab Felix dengan yakin
"Ayah percayakan ibu dan gadis kecil ini kepadamu"

"Baik ayah" Lixie tersenyum lalu memeluk Felix dengan erat
"Sampaikan salamku kepada bibi Giselle"

"Akan ayah sampaikan" Felix melepas pelukannya lalu menepuk pundak putranya itu dengan bangga, setelah itu ia kembali memperhatikan balita kecil yang berdiri menyender pada Jie. Felix berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan balita itu. Ditatapnya dengan lekat binar indah berwarna kebiruan milik balita kecil itu
"Tidak ada yang boleh menyakitimu di dunia ini, tidak  ada" ucap Felix dengan senyum dipaksakan
"Aku akan melindungimu, aku janji. Sekarang kau juga memiliki saudara yang akan menjagamu sepanjang waktu, maaf karena aku pernah mengambilnya dan membuatmu kesepian" sesalnya
"Jagalah ibu, jangan sampai membuatnya bersedih dan menangis, kau mengerti?"

Dengan patuh Lexa menganggukkan kepalanya, seakan ia mengerti dengan apa yang disampaikan pria asing itu kepadanya

Felix memegang tangan mungil Lexa lalu menciumnya berkali-kali, airmata yang sejak tadi ditahannya mengalir begitu saja tanpa bisa ia kendalikan
"Matamu mengatakan bahwa kau adalah putriku" ucapnya sesenggukan
"Jika itu benar, maafkan aku. Sungguh maafkan aku karena telah menjadi ayah yang jahat" sesalnya
"Tumbuhlah tanpa mengingatku, karena aku hanya akan memberimu kepahitan" Felix memeluk Lexa dengan erat sebagai tanda perpisahan

Jie mengalihkan pandangannya ke arah lain dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis

Felix mencium kening Lexa dengan sayang lalu segara bangkit  berdiri, ia menatap Jie yang sedang membuang wajah ke arah lain
"Aku pergi" ucapnya singkat dan segara membalik tubuhnya

"Lexa adalah putrimu"

Felix menghentikan langkahnya begitu mendengar Jie menyebutkan nama putrinya
"Matanya telah mengatakan segalanya"

"Lantas kenapa kau meninggalkannya?" tanya Jie tak habis fikir
"Setalah kau membuatku menderita dengan membawa kabur putraku selama bertahun-tahun dan pergi entah kemana, sekarang kau datang dan menunjukkan wajahmu kepada Lexa, tapi kau tidak membiarkan dia memanggilmu ayah bahkan hanya untuk sekali saja" ucapnya miris

Lixie yang sudah cukup mengerti dengan keadaan itu segera membawa adiknya Lexa pergi dari sana menuju ruangan lain, agar mereka tidak mendengar pertengkaran kedua orang tua mereka

Felix terdiam mendengar semua perkataan Jie, ia segera mengatupkan matanya untuk membuang rasa bersalahnya
"Aku ketinggalan pesawat" ucapnya datar lalu segera melanjutkan langkahnya. Tanpa ia duga Jie mengejarnya dan manarik mantelnya dengan begitu kuat. Saat matanya dengan mata Jie bertemu, ia dapat melihat kebencian di mata Jie yang sedang menatapnya dengan tajam

"Setidaknya kau harus meminta maaf padaku berengsek!" ucap Jie sembari menggertakkan giginya

"Aku bukan tidak ingin meminta pengampunanmu, tapi aku tidak berhak melakukan itu, untuk melihatmu saja aku sudah berhak lagi" ucap Felix menyesal
"Penderitaanmu selama bertahun-tahun ini akan kutanggung disisa umurku. Hiduplah bahagia bersama kedua anakmu, kalian akan bersama selamanya. Aku akan pastikan itu" Felix berusaha melepaskan tangan Jie yang mencengkeram mantelnya namun sia-sia karena Jie semakin kuat mencengkramnya
"Lepaskan Jie" pintanya memohon
"Kau bisa terluka" Felix menghembuskan nafasnya melihat sikap keras kepala ibu dari anak-anaknya itu. Felix terdiam sejenak lalu setelah itu ia membuka mantelnya
"Kau ingin mantel ini kan?" ucapnya sembari memasangkan mantel itu di tubuh Jie yang terlihat sangat kurus. Lalu ia tersenyum melihat Jie terbalut dengan mantelnya
"Makanlah yang banyak dan rawat dirimu, hmm?" ucap Felix sembari merapikan mantel itu di bahu Jie
"Aku akan menikah dua minggu lagi, dan saat ini gadis itu sedang mengandung anakku" tuturnya tiba-tiba

Jie terbelalak begitu mendengar Felix akan segera menikah dan memiliki anak dari wanita lain

"Namanya Giselle"

"Kau mencintanya?"

"Dia cantik"

"Aku tanya apa kau mencintainya?!"

"Lixie menyukainya, karena itu aku dekat dengannya. Tapi hal itu membuatku takut, aku takut jika Lixie lebih menyayangi wanita lain dibanding ibu kandungnya sendiri, karena itu aku membawanya kembali padamu"

"Lalu bagaimana dengan dirimu? apa kau mencintainya?"

Felix terdiam, dilihatnya mata Jie mulai berair, ia segera mendekat untuk mengikis jarak diantara mereka
"Cintaku hanya tumbuh sekali dan cinta itu telah berbuah, kedua buah itu bernama Lixie dan Lexa" ucapnya seraya menyusupkan jari-jarinya diantara rambut dan telinga Jie. Perlahan ia mendekatkan wajahnya sembari menekan tekuk Jie dengan lembut hingga kedua ujung bibir mereka menyatu

Felix tampak sangat menikmati ciumannya namun tidak dengan Jie yang hanya diam dan tidak berniat membalas ciuman itu. Felix tidak kehabisan akal untuk membuat Jie takluk, ia menarik pinggang Jie dan memeluknya dengan posesif. Tangannya yang tadi hanya menekan tekuk Jie kini telah menjambak rambutnya dengan agak kasar. Felix memiringkan kepalanya dan berusaha menerobos kedua bibir Jie yang saling mengatup namun tampaknya tidak berhasil, ia pun segera menjauhkan wajahnya
"Kau tidak mau, hmm?" tanyanya seraya memijit-mijit tekuk Jie dengan lembut
"Ya sudah kalau tidak mau" Felix menghentikan gerakan tangannya dan berniat melepaskan tengkuk Jie namun tiba-tiba Jie menarik kerah kemejanya dan menyatukan bibir mereka kembali

Felix tidak membuang kesempatan ia segera melumat rakus bibir Jie dan menjulurkan lidahnya untuk mengeksplor bagian dalam rongga mulut Jie, mereka saling berpangutan dengan gencarnya hingga decakan bibir mereka terdengar di tiap sudut ruangan itu

Mantel yang ada di bahu Jie terjatuh saat tangannya melingkar dileher Felix. Desahan mulai terdengar dari mulutnya saat Felix melumat rakus bibirnya tanpa henti. Jie mulai merasakan panas disekujur tubuhnya, ia ingin segera menyatu dengan pria yang mencumbunya itu

Hal yang serupa dirasakan oleh Felix saat desakan dari dalam tubuhnya menginginkan hal lebih, ia langsung mendorong tubuh Jie ketembok dan mulai membuka satu persatu kancing kemejanya tanpa melepaskan ciumannya. Dengan bantuan Jie, Felix berhasil melepaskan kemejanya dan membuangnya ke lantai

Tangan Jie langsung meraba dada bidang Felix dengan gerakan sensual hingga ke punggungnya, Jie dapat merasakan otot-otot Felix hampir diseluruh bagian tubuhnya, sentuhan itu berubah menjadi pijatan-pijatan kecil saat Felix menciumi kulit lehernya hingga ke tulang cantiknya yang mencuat keluar

Jie mengeram menahan libidonya yang telah memuncak. Dengan sekuat tenaga ia menahan desahannya, sebab ia tidak ingin kedua anaknya mendengar percintaannya bersama Felix

Off shoulder dress yang dikenakan Jie memudahkan Felix untuk mengeksplor tubuh wanita yang sangat dirindukannya itu, hanya dengan menariknya ke bawah Felix sudah dapat melihat dada padat Jie yang sintal. Bak binatang buas Felix ingin langsung menerkamnya namun cepat-cepat dihentikan oleh Jie
"Ada apa?" tanya Felix kecewa

"Jangan di sini, anak-anak bisa melihat kita" jawab Jie ragu seraya menoleh ke belakang

Felix tersenyum dan menganggukkan kepalanya mengerti
"Di mana kamarmu?"

Jie menunjuk kamarnya hanya dengan lirikan matanya, setelah itu Felix segera menggendong Jie ala bridal dan membawanya ke sana

®®®

Felix bangkit dari ranjang dan bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, setelah itu ia mengenakan kembali pakaiannya sembari menatap Jie yang tampak kelelahan di ranjang
"Kau lelah?"

"Hmm" jawab Jie seadanya

"Kau baru berumur empat puluh tahun tapi kemampuanmu sudah menurun cukup jauh"

"Apa kau mau mati?!"

Seketika Felix terkekeh dan segera naik ke atas ranjang
"Mandilah, karena kita harus merayakan ulang tahun Lixie" ucapnya seraya mengusap bahu Jie

"Kau benar, aku sampai lupa" Jie berniat bangkit dari ranjang namun Felix malah menindih tubuhnya

"Aku berbohong"

"Bohong?" tanya Jie bingung

"Giselle adalah bibi pengasuh Lixie yang berumur lima puluh tahun"

Jie mengerutkan dahinya bingung

"Tidak ada wanita lain, aku hanya fokus dengan Lixie selama empat tahun ini, dan sibuk merindukanmu"

"Kau berbohong padaku hanya untuk__"

"Ayo kita menikah"

Jie terdiam begitu mendengar permintaan Felix padanya

"Aku tidak tau ini sudah permintaan yang keberapa kali, tapi seingatku kau selalu menolaknya. Jika kali ini kau tetap menolakku, mungkin lebih baik aku ma__"

Jie refleks membungkam mulut Felix menggunakan telapak tangannya saat mengetahui arah pembicaraan Felix

"Menikahlah denganku Jie" pinta Felix sekali lagi setelah ia menarik tangan Jie dari mulutnya

Jie tersenyum sembari menganggukkan kepalanya dengan yakin

Felix tampak begitu bahagia dengan jawaban Jie yang bersedia menikah dengannya, ia mendekatkan wajahnya dan memberikan kecupan mesra dibibir Jie yang membengkak karena ulahnya

®®®

Felix mendapati keanehan yang terjadi diantara Jie dan Lexa, dimana mereka tidak saling menatap satu sama lain saat mereka sedang berbicara. Felix curiga dengan hal itu sehingga ia memutuskan menggendong Lexa dan mendudukkannya diatas pangkuannya
"Kenapa kau tidak menatap ibu saat kau berbicara dengannya?" tanya Felix penasaran

"Ibu akan menjerit dan menangis jika melihatku" jawab Lexa dengan polos

"Menjerit?"

"Seperti kejadian di taman, paman melihatnya?"

Felix menganggukkan kepalanya mengiyakan
"Setiap saat seperti itu?"

"Hmm" jawab Lexa dengab anggukan

Felix tersenyum lalu mengusap rambut putrinya itu dengan sayang
"Kau pernah melihat foto ayahmu?"

Lexa menggelengkan kepalanya
"Aku hanya memiliki ibu" jawabnya singkat

"Apa kau ingin memiliki ayah?"

Lexa sesaat menoleh kepada Jie yang sedang menata makanan di meja makan lalu setelah itu ia menatap Felix kembali
"Apa aku memiliki ayah?" tanyanya dengan polos hingga membuat Felix menitikkan airmatanya

"Tentu saja" jawab Felix cepat seraya mengusap airmatanya

"Kalau begitu aku ingin melihatnya"

Lagi-lagi Felix tidak dapat menahan airmatanya hingga ia menangis di hadapan putri kecilnya itu
"Aku adalah ayahmu" isaknya dengan pilu

"Paman adalah ayahku?"

Jie yang sibuk menata piring di meja makan terpaku begitu mendengar putrinya memanggil Felix dengan sebutan ayah

"Iya, benar, aku adalah ayahmu" jawab Felix dengan lirih
"Maafkan aku, sungguh maafkan aku" sesalnya dengan linangan airmata

Lexa mengangguk dan langsung memeluk Felix dengan erat
"Jangan menangis Ayah" ucapnya pelan seraya menyenderkan kepalanya dipundak Felix

Jie yang melihat hal itu ikut menangis namun ia cepat-cepat mengusap airmatanya saat putranya Lixie berjalan menghampirinya

"Jangan menangis ibu" bujuk Lixie sembari memeluk pinggang ibunya dengan erat

"Tidak sayang, ibu tidak menangis" dengan sayang Jie mencium puncak kepala Lixie dan memeluknya tidak  kalah erat
"Sebaiknya kau tiap lilin dulu, hmm?"

Lixie mengangguk setuju dan segera melepas pelukannya
"Ayah kemari lah" teriaknya seraya menoleh kepada Felix dan Lexa yang duduk di sofa

Buru-buru Felix mengusap airmatanya dan bergegas menuju meja makan bersama Lexa yang ada di gendongannya. Mereka bersama-sama menyanyikan lagu ucapan selamat ulang tahun untuk Lixie hingga ia selesai meniup semua lilin ulang tahunnya, tampak kebahagiaan terpancar dari wajah keempatnya terlebih Jie yang tidak bosan-bosannya memeluk putra kesayangannya itu, yang sudah empat tahun tidak dilihatnya

Begitu juga dengan Lexa yang tidak lepas dari pangkuan Felix, ia begitu bahagia saat mengetahui jika Felix adalah ayahnya

®®®

Felix menyelimuti kedua anaknya yang terlelap diranjang setelah berjam-jam mereka berlari-larian bersama, tak lupa ia mencium pipi putrinya Lexa yang terlihat sangat menggemaskan lalu mengusap puncak kepala Lixie dengan sayang, kemudian mematikan lampu di kamar itu dan segera pergi dari sana

Felix memperhatikan sekelilingnya untuk mencari keberadaan Jie, dan ia melihat Jie berdiri di meja makan dengan memegang segelas air
"Apa itu?" teriaknya, saat melihat Jie meneguk beberapa butir pil

Buru-buru Jie menelan pil itu sebelum Felix mendekatinya
"Bukan apa-apa" jawabanya gugup

"Apa itu?!" tanya Felix dengan nada meninggi

"Bukan apa-apa!" balas Jie dengan balik berteriak dan berniat pergi dari sana namun Felix menahan tangannya

"Kau berbohong padaku"

Jie berdecih dan berusaha menarik tangannya namun tidak bisa karena Felix menahannya dengan kuat
"Lepaskan__"

"Kenapa kau tidak mau menatap mata puterimu sendiri?! hah!" teriak Felix kesal saat Jie tidak mau berkata jujur padanya

Jie terpaku begitu mendengar pertanyaan Felix padanya
"Itu hanya perasaanmu saja"ucapnya berbohong

"Tidak, ini bukan perasaanku saja. Lexa sudah mengatakan segalanya. Kau akan berteriak dan menangis histeris saat melihatnya. Katakan padaku, ada apa sebenarnya?" selidik Felix penasaran

"Kau percaya dengan ucapan anak berumur tiga tahun?"

"Aku melihatnya sendiri, di taman pagi tadi"

"Kau salah paham, aku marah kepada Lexa karena dia nakal"

"Lagi-lagi kau berbohong Jie!"

"Cukup Felix! kau membuat kepalaku sakit!" Jie manarik kasar tangannya dari genggaman Felix dan bergegas pergi menuju kamar kedua anaknya
"Aku akan tidur bersama anak-anakku" tegasnya dan sagera menutup pintu

Felix hanya bisa menghena nafas panjang saat melihat keras kepala Jie yang semakin menjadi

****
<<

Felix terbangun dari tidur lelapnya begitu tangisan Lexa terdengar nyaring ditelinganya. Ia mengucek matanya dan bergegas bangkit dari ranjang menuju ruang keluarga, terkejutnya ia saat mendapati Sovia sedang menenangkan kedua anaknya yang sedang menangis
"Lixie,," panggilnya bingung kala putranya itu juga ikut menangis

Lexie segera berlari dan menghampiri Felix yang tampak kebingungan
"Ayah,," tangisnya dengan pilu

"Ada apa?" tanya Felix heran

"Ibu,,"

"Ada apa dengan ibu?" desaknya tak sabaran

"Mereka membawa ibu"

"Mereka siapa Lixie?!"

"Aku tidak tau"

Felix segera memeluk Lixie dan menggiringnya mendekati Sovia yang sedang menenangkan Lexa
"Dimana Jie?" tanyanya spontan pada Sovia

"Dia pergi ketempat yang seharusnya"

"Apa maksudmu?" tanya Felix bingung

"Sejak Lexa lahir, Jie memiliki kejiwaan yang tidak stabil, ia akan berteriak histeris setiap kali ia melihat Lexa karena Lexa memiliki binar yang persis sama dengan milikmu, ia akan mengira Lexa adalah dirimu. Jie akan memuaskan rasa sakit hatinya kepada Lexa dan tidak segan-segan melukainya" jelas Sovia panjang lebar

Felix terdiam begitu mengetahui kebenarannya, sekilas ia mengingat kejadian ditaman saat Jie mencengkeram dagu Lexa sembari berteriak dengan kencang. Penjelasan itu juga menjawab semua rasa penasarannya kenapa Jie tidak mau menatap mata putrinya

Felix segera meraih kesadarannya lalu berbicara kepada Lixie
"Cepat pergi ke mobil, kita akan menjemput ibu" perintahnya kepada putranya itu dan bergegas mendekati Sovia

"Kau mau apa?" tanya Sovia curiga

"Aku tidak akan membiarkan Jie tinggal di tempat terkutuk itu lagi" ucapnya dengan tegas sembari mengambil Lexa dari dekapan Sovia
"Aku pergi ibu" pamitnya singkat lalu bergegas menyusul Lixie yang terlebih dahulu masuk ke mobilnya

****
<<

Samuel Sanatorium

Felix sedikit kesulitan mendapat persetujuan untuk membawa anak-anaknya masuk ke dalam rumah perawatan jangka panjang itu, namun dengan pengaruh dan kekuasaannya ia berhasil melampauinya

Dengan menggendong Lexa dan memegang tangan Lixie, Felix keluar dari lift dan berjalan menuju ruangan yang disebutkan oleh perawat tadi kepadanya. Terkejutnya Felix saat mendapati SamD dan semua sahabat-sahabat Jie ada di depan ruangan itu termasuk Vernon sahabatnya

Tidak hanya Felix, tapi mereka semua yang ada disitu juga ikut terkejut dengan kedatangan Felix dan kedua anaknya yang masih mengenakan piyama tidur

Felix mengabaikan tatapan-tatapan tajam itu dan fokus dengan tujuannya datang ke sanatorium, hingga Zico dan SamD menghentikan langkahnya
"Pergi dari hadapanku" ucapnya penuh penekanan

"Lexa dan Lixie tidak boleh masuk kedalam" ucap Zico memperingatkan

"Siapa kau berani melarang kedua anakku bertemu dengan ibunya"

"Yakk!! perhatikan ucapanmu!" teriak SamD kesal melihat sikap angkuh Felix

"Kau yang harus memperhatikan ucapanmu! kau tidak punya hak apa-apa lagi atas Jie!"

SamD yang semakin kesal hanya bisa mengepalkan tangannya karena ia tidak ingin menimbulkan keributan di sana

"Ini rumah perawatan, kenapa kalian ribut sekali?"

Semua orang yang ada di sana termasuk Felix mengalihkan tatapan mereka kepada pria tampan yang baru saja keluar dari ruangan tempat Jie dirawat

"Dokter Wang" sapa Lucas sopan sembari menunjukkan senyum terbaiknya kepada dokter bernama Tonyy Wang tersebut

"Aku harap kalian tenang, karena Jie membutuhkan istirahat" ucapnya memperingatkan seluruh orang yang ada di sana

Felix cukup terganggu dengan panggilan dokter tersebut terhadap Jie. Tampak seperti dua orang yang cukup dekat
"Aku dan anak-anakku ingin bertemu dengan ibunya" ucap Felix ketus

"Tentu saja" jawab dokter Wang sambil tersenyum


"Tapi tidak sekarang"

Felix semakin kesal melihat senyum menjijikkan pria yang ada dihadapannya
"Tidak ada satupun orang di dunia ini yang bisa menghentikan aku!" ucapnya dengan tegas seraya menatap tajam pria tersebut
"Termasuk dirimu!"

Lagi-lagi pria itu hanya tersenyum mendengar ucapan tegas dari Felix
"Kau fikir siapa dirimu?!" tanyanya sarkastik

"Aku?" Felix tersenyum sinis mendengar pertanyaan dokter tersebut
"Aku adalah orang yang bisa menendangmu dari sini"
Suasana berubah menjadi sangat menegangkan setelah Felix menyelesaikan ucapnya
"Aku bukan Felix yang dulu lagi, aku akan menghancurkan siapapun yang menghalangi jalanku" ucapnya tegas dan segera masuk ke ruangan Jie bersama kedua anaknya

Dokter Wang membalik tubuhnya dan menatap punggung Felix yang menghilang di balik pintu
"Jie adalah milikku, kau tidak akan bisa mendapatkannya" batinnya dengan senyum mengerikan


****
<<

Tbc


****
>>

Tambahan Cast

- Wang Duo/ Tonyy Wang (Chinese Actor)

Jangan lupa Vote 💋

Continue Reading

You'll Also Like

28.9M 618K 22
🔴DILARANG KERAS PLAGIAT/JIPLAK DALAM BENTUK APAPUN kalo lo mau di hargain,hargain orang!🔴 ❗️original story by inigue18❗️ 🕊 "Truth or dare?" "Dare...
7.4K 430 26
Namanya Alex Si bocil unik dengan segala tingkah, kesayangan papi Adi dan juga warga perumahan. Namun dia tidak tahu jika salah satu teman nya itu se...
1.9M 58K 51
[ CERITA ASLI HANYA INI.. SELEBIHNYA PLAGIAT :) SEDANG DALAM REVISI ] Aku gadis yang biasa-biasa saja berharap mendapatkan laki-laki yang paling popu...
20.5K 3.2K 200
"Aku tidak bisa melakukannya lagi. Hentikan... aku tidak tahan lagi!" Tuan muda kedua berhenti dan mengangkat alisnya saat dia menatap Nona Jung. "Ya...