Sepuluh

758 185 155
                                    

Pernahkah tetangga kalian bergosip saat kalian diantar pulang oleh pasangan?

"Haaah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Haaah...."

Galen mendesah lelah. Tubuhnya, ia sandarkan pada kursi putar. Kepala dan kedua tangannya terkulai putus asa. Memejamkan matanya sebentar lalu kembali menegakkan punggung. Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja dengan cepat. Entah apa yang membuat Galen gelisah seperti itu.

Matanya menyipit pada ponsel yang menyala menampilkan roomchat dengan kontak yang ia beri nama 'Dara'. Dua centang berwarna abu belum juga berubah menjadi warna biru sejak terakhir kali Galen mengirim pesan tadi pagi. Pada fitur last seen pun Adara terlihat aktif sekitar lima belas menit yang lalu. Itu menandakan bahwa gadis itu memang tidak berniat membalas pesannya.

Galen menyesal karena sedikit terburu-terburu membalas pesan dari Adara. Ia sadar, dirinya terlalu kentara tengah mencari topik pembicaraan. Lagi pula, Adara sendiri yang hanya menjawab seperlunya hingga ia harus memutar otak bagaimana caranya agar chating tetap berlangsung.

Tidak apa-apa. Setidaknya Galen jadi tahu bahwa Adara bukan tipe gadis yang betah berada di dunia maya. Semenjak Adara menyimpan nomornya kemarin, gadis itu tidak sekali pun membuat status. Bio-nya pun hanya terdapat tampilan umum seperti 'Hey there! I am using WhatsApp'. Sangat mencerminkan gadis pendiam seperti Adara. Ah! Bahkan di saat gadis lain menggunakan wajah mereka sebagai foto profil, gadis itu hanya memakai foto buku yang disusun bersandingan dengan teh dan daun-daun kering. Benar-benar tipikal Adara sekali.

Memutuskan untuk bangkit dari duduknya, Galen lalu melangkah keluar dari ruangan tanpa pintu yang menjadi tempatnya beristirahat selagi menunggu orang yang akan menggunakan jasanya. Melewati sekat kaca yang diberi stiker blur tiga per empatnya kemudian melangkah menuju ruangan yang berada di sebelah sekat. Ah! Ruangan ini memang terbagi menjadi dua bagian yang hanya dipisahkan oleh sekat kaca. Satu sebagai ruangan pribadi miliknya dan yang satu lagi untuk para karyawannya beristirahat.

Baru beberapa langkah, suara pintu terbuka menghentikan niatnya yang akan ke toilet. Galen mendongkak dan melihat beberapa karyawannya memasuki ruangan.

"Boss!" sapa Ujang salah satu karyawannya yang memiliki sifat tengil. Ia juga salah satu karyawan yang cukup akrab dengan Galen karena sikapnya itu. Saat karyawannya yang lain memanggilnya 'Bapak', Ujang malah memanggilnya 'Boss'. Entah apa alasannya.

Melihat sosok Ujang ada di depannya. Dengan segera, Galen mendorong bahu Ujang agar duduk di salah satu kursi, disusul dirinya yang menempatkan diri di kursi yang lain. Ujang yang melihat tingkah atasannya itu hanya memasang wajah bingung yang terlihat konyol.

"Jang, kamu punya pacar kan?" tanya Galen dengan wajah berharap. Mengabaikan karyawan lain yang juga menatapnya bingung.

"Punya." Ujang mengangguk lalu mengibaskan rambut jambulnya dengan satu tangan. "Saya ini laku loh, Boss. Walaupun muka pas-pasan," lanjut Ujang dengan percaya diri.

Nyonya InsecureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang